Lompat ke isi

Ngaseuk Pare: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5: Baris 5:
Kehidupan suku Baduy masih sangat tradisional, ini terlihat dengan masih bergantungnya mereka pada alam dan senantiasa menjaga keseimbangan alam. Mayoritas penduduk hidup dari hasil pertanian yang mereka tanam dan olah sendiri. Hal ini telah turun-temurun dilakukan oleh nenek moyang dari Suku Baduy hingga generasi yang ada sekarang dan masih bertahan. Salah satu tradisi yang masih bertahan adalah kegiatan Ngasek Pare ini.
Kehidupan suku Baduy masih sangat tradisional, ini terlihat dengan masih bergantungnya mereka pada alam dan senantiasa menjaga keseimbangan alam. Mayoritas penduduk hidup dari hasil pertanian yang mereka tanam dan olah sendiri. Hal ini telah turun-temurun dilakukan oleh nenek moyang dari Suku Baduy hingga generasi yang ada sekarang dan masih bertahan. Salah satu tradisi yang masih bertahan adalah kegiatan Ngasek Pare ini.


Sama seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, beras menjadi makanan pokok utama bagi masyarakat suku Baduy. Beras yang mereka peroleh merupakan hasil dari padi yang mereka tanam sendiri, serupa dengan beberapa hasil pertanian lain. Hal yang membedakan masyarakat suku Baduy dengan masyarakat lainnya dalam hal menanam padi adalah mereka menanam padi bukan di lahan pribadi atau lahan yang mereka garap sendiri, tetapi mereka menanam padi di daerah tegalan atau lahan yang terletak di daerah yang memiliki kemiringan yang cukup signifikan.
Sama seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, beras menjadi makanan pokok utama bagi masyarakat suku Baduy. Beras yang mereka peroleh merupakan hasil dari padi yang mereka tanam sendiri, serupa dengan beberapa hasil pertanian lain. Hal yang membedakan masyarakat suku Baduy dengan masyarakat lainnya dalam hal menanam padi adalah mereka menanam padi bukan di lahan pribadi atau lahan yang mereka garap sendiri, tetapi mereka menanam padi di daerah tegalan atau lahan kering yang hanya bisa ditumbuhi beberapa jenis tanaman sesuai dengan musimnya. Tidak hanya itu, mereka mencari lahan yang berada di daerah perbukitan dan memiliki kemiringan yang signifikan dari 30 hingga 45 derajat.





Revisi per 12 Maret 2019 13.18

Ngasek Pare atau Ngaseuk Pare atau cukup Ngasek adalah salah satu upacara ritual tahunan yang dilakukan oleh kalangan masyarakat Kanekes atau Suku Baduy, utamanya di wilayah Banten. Ritual yang dilakukan adalah menanam padi yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat. Ngasek Pare yang merupakan warisan nenek moyang Suku Baduy ini bertujuan menjaga kerukunan dengan tokoh adat dan sesama masyarakat dari Kanekes atau Suku Baduy.[1]

Kegiatan

Kehidupan suku Baduy masih sangat tradisional, ini terlihat dengan masih bergantungnya mereka pada alam dan senantiasa menjaga keseimbangan alam. Mayoritas penduduk hidup dari hasil pertanian yang mereka tanam dan olah sendiri. Hal ini telah turun-temurun dilakukan oleh nenek moyang dari Suku Baduy hingga generasi yang ada sekarang dan masih bertahan. Salah satu tradisi yang masih bertahan adalah kegiatan Ngasek Pare ini.

Sama seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, beras menjadi makanan pokok utama bagi masyarakat suku Baduy. Beras yang mereka peroleh merupakan hasil dari padi yang mereka tanam sendiri, serupa dengan beberapa hasil pertanian lain. Hal yang membedakan masyarakat suku Baduy dengan masyarakat lainnya dalam hal menanam padi adalah mereka menanam padi bukan di lahan pribadi atau lahan yang mereka garap sendiri, tetapi mereka menanam padi di daerah tegalan atau lahan kering yang hanya bisa ditumbuhi beberapa jenis tanaman sesuai dengan musimnya. Tidak hanya itu, mereka mencari lahan yang berada di daerah perbukitan dan memiliki kemiringan yang signifikan dari 30 hingga 45 derajat.


Referensi

  1. ^ Lomba Foto Astra Satu Indonesia: Ritual Ngasek Pare Suku Baduy. 13 November 2017. Diakses 11 Maret 2019.