Lompat ke isi

Suku Mapur: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17: Baris 17:


== Sistem Mata Pencaharian ==
== Sistem Mata Pencaharian ==
Bercocok tanam, berburu dan berternak merupakan profesi yang paling banyak dilakoni Orang Suku Mapur<ref name=":3" />.
Bercocok tanam, berburu dan berternak merupakan profesi yang paling banyak dilakoni Orang Suku Mapur<ref name=":3" />. Mereka menanam padi dengan tanaman selingan jagung, ubi kayu dan cabai.

Orang Mapur di pedalaman masih menerapkan sistem ladang berpindah dengan menggunakan teknologi sederhana (peralatan yang digunakan parang dan beliung). Hal tersebut mungkin karena lahannya luas. Meski suka berpindah-pindah, mereka akan kembali ke ladang yang pernah mereka tanami kira-kira 3 tahun kemudian.

Berbeda dengan di pedalaman, Orang Mapur yang tinggal di pesisir Pantai menerapkan sistem ladang cenderung menetap dalam jangka waktu yang lama. Sebagian besar dari mereka memiliki kebun kelapa, lada dan karet.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 18 Maret 2019 23.31

Suku Mapur merupakan salah satu suku di Provinsi Sumatera Selatan yang tinggal di Desa Air Abik, Pejem dan Tuing di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka Belitung. Dari tiga desa tersebut, persebaran Orang Suku Mapur terbanyak ada di Dusun Air Abik[1].

Suku Mapur dibedakan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya[2]. Orang Mapur yang hidup di pedalaman, atau di hutan-hutan, dan yang tinggal di pesisir pantai. Orang Mapur yang tinggal di pesisir Pantai lebih maju peradabannya daripada yang tinggal di pedalaman. Hal ini karena mereka lebih banyak menyerap kebudayaan dan pengetahuan baru.

Ciri-ciri Orang Mapur pesisir pantai mudah terlihat dari tempat tinggalnya yang sudah berdinding papan, beratap genting, bahkan banyak yang berlantaikan semen. Sedangkan yang hidup di hutan-hutan, rumah panggung mereka berdinding kulit kayu dan masih beratapkan rumbia.

Suku Mapur sering juga disebut sebagai Orang Lom atau Urang Lom. Penyebutan ini karena sebagian besar dari mereka awalnya tinggal di daerah Mapur[3].

Ada juga anggapan bahwa penyebutan tadi karena mereka belum memeluk agama formal yang diakui Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Agama Islam. Karena "Lom" atau "Lum" adalah bahasa Bangka yang terjemahan dalam bahasa Indonesianya berarti "belum"[4].

Asal-Usul

Suku Mapur diduga merupakan suku tertua yang tinggal di Pulau Bangka. Soal kapan Suku Mapur dan dari mana asalnya masih spekulatif. Diduga mereka pertama kali mendiami Air Abik yang lokasinya di hulu Sungai Mapur[1].

Menurut legenda, nenek moyang Orang Mapur berasal dari Majapahit. Konon, ada seorang bangsawan Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur, yang menolak menjadi Islam. Sekitar abad ke-16 penolakan itu ditindaklanjuti dengan melarikan diri lewat laut dan terdampar di Tanjung Tuing.

Ada juga yang percaya bahwa mereka sesungguhnya adalah keturunan orang-orang yang berasal dari Vietnam. Alkisah, ada sebuah kapal yang berlayar dari Vietnam. Kapal itu rusak lalu terdampar di Pantai Tanjung Tuing. Semua penumpang tewas, kecuali dua lelaki dan satu perempuan. Ketiga orang ini lalu mendirikan pemukiman di daerah Gunung Pelawan[3].

Sistem Mata Pencaharian

Bercocok tanam, berburu dan berternak merupakan profesi yang paling banyak dilakoni Orang Suku Mapur[4]. Mereka menanam padi dengan tanaman selingan jagung, ubi kayu dan cabai.

Orang Mapur di pedalaman masih menerapkan sistem ladang berpindah dengan menggunakan teknologi sederhana (peralatan yang digunakan parang dan beliung). Hal tersebut mungkin karena lahannya luas. Meski suka berpindah-pindah, mereka akan kembali ke ladang yang pernah mereka tanami kira-kira 3 tahun kemudian.

Berbeda dengan di pedalaman, Orang Mapur yang tinggal di pesisir Pantai menerapkan sistem ladang cenderung menetap dalam jangka waktu yang lama. Sebagian besar dari mereka memiliki kebun kelapa, lada dan karet.

Referensi


  1. ^ a b Cholillah, Jamilah (2015). "Orang Lom: Masalah Sosial dan Ancaman Kearifan Lokal Dalam Tinjauan Sosiologi" (PDF). Society. 3 (2). Diakses tanggal 18 Maret 2019. 
  2. ^ Melalatoa, M. Junus (1995). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L – Z. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 523. 
  3. ^ a b Agnes, Priscilla (18 Januari 2013). "Suku Lom, Kepulauan Bangka Belitung". wacana. Diakses tanggal 17 Maret 2019. 
  4. ^ a b Janawi (2015). Agama Adat Suku Mapur Bangka: Studi tentang Sistem Kepercayaan dan Budaya Orang Lom. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.