Lompat ke isi

Batik Plumpungan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4: Baris 4:
Sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|warisan budaya tak benda]] dan karya seni kontemporer, motif batik ini diciptakan pada tanggal [[23 Juli]] [[2004]]<ref name=":0" /> oleh seorang [[Pegawai negeri sipil|Pegawai Negeri Sipil]] (PNS) [[Kota Salatiga]] bernama [[Bambang Pamulardi]] dan dipublikasikan pada tahun [[2005]] di harian [[Jawa Pos]].<ref name=":1" /> Bambang merupakan warga Dukuh Klasemen, Kelurahan Mangunsari, Salatiga, yang juga mendirikan Pusat Kerajinan Tangan Batik Plumpungan.<ref name=":2" />
Sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|warisan budaya tak benda]] dan karya seni kontemporer, motif batik ini diciptakan pada tanggal [[23 Juli]] [[2004]]<ref name=":0" /> oleh seorang [[Pegawai negeri sipil|Pegawai Negeri Sipil]] (PNS) [[Kota Salatiga]] bernama [[Bambang Pamulardi]] dan dipublikasikan pada tahun [[2005]] di harian [[Jawa Pos]].<ref name=":1" /> Bambang merupakan warga Dukuh Klasemen, Kelurahan Mangunsari, Salatiga, yang juga mendirikan Pusat Kerajinan Tangan Batik Plumpungan.<ref name=":2" />


Batik Plumpungan ciptaan [[Bambang Pamulardi]] tersebut pada saat ini telah digunakan oleh beberapa instansi yang berada di lingkup pemerintahan [[Kota Salatiga]]. [[Pegawai negeri sipil|PNS]] di [[Kota Salatiga]] sendiri menggunakan batik Plumpungan setiap hari [[Kamis]].<ref name=":1" />
Batik Plumpungan ciptaan [[Bambang Pamulardi]] tersebut pada saat ini telah digunakan oleh beberapa instansi yang berada di lingkup pemerintahan [[Kota Salatiga]]. [[Pegawai negeri sipil|PNS]] di [[Kota Salatiga]] sendiri menggunakan batik Plumpungan setiap hari [[Kamis]].<ref name=":1" /> Di sisi lain, Batik Plumpungan sampai saat ini terus diusulkan agar menjadi salah satu muatan lokal dalam kurikulum pembelajaran mulai SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), hingga SMA (Sekolah Menengah Atas) di [[Kota Salatiga]]. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pelestarian batik sebagai [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|warisan budaya takbenda Indonesia]], khususnya batik Plumpungan.<ref>{{Cite web|url=https://daerah.sindonews.com/read/1303698/22/wali-kota-salatiga-usulkan-membatik-masuk-kurikulum-sekolah-1525680240|title=Wali Kota Salatiga Usulkan Membatik Masuk Kurikulum Sekolah|last=Rosa|first=Angga|date=|website=|access-date=30 Maret 2019}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://jatengprov.go.id/beritadaerah/plumpungan-diharapkan-masuk-kurikulum-muatan-lokal/|title=Plumpungan Diharapkan Masuk Kurikulum Muatan Lokal|last=Portal Berita Pemerintah Provinsi Jawa Tengah|first=|date=|website=|access-date=30 Maret 2019}}</ref>


== Motif ==
== Motif ==

Revisi per 30 Maret 2019 09.37

Batik Plumpungan merupakan salah satu produk batik yang berasal dari Kota Salatiga. Motif khas dari batik Plumpungan sebagai batik khas dari Kota Salatiga terinspirasi dari Prasasti Plumpungan.[1][2] Prasasti berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi dan ditulis dengan huruf Jawa Kuno serta menggunakan bahasa Sansekerta tersebut dianggap sebagai cikal bakal berdirinya Kota Salatiga. Candrasengkala dalam Prasasti Plumpungan menunjuk hari Jumat (Suk) rawâra tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal itu merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah perdikan.[3] Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Kota Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomer 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.[4]

Pencipta

Sebagai salah satu warisan budaya tak benda dan karya seni kontemporer, motif batik ini diciptakan pada tanggal 23 Juli 2004[5] oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Salatiga bernama Bambang Pamulardi dan dipublikasikan pada tahun 2005 di harian Jawa Pos.[6] Bambang merupakan warga Dukuh Klasemen, Kelurahan Mangunsari, Salatiga, yang juga mendirikan Pusat Kerajinan Tangan Batik Plumpungan.[7]

Batik Plumpungan ciptaan Bambang Pamulardi tersebut pada saat ini telah digunakan oleh beberapa instansi yang berada di lingkup pemerintahan Kota Salatiga. PNS di Kota Salatiga sendiri menggunakan batik Plumpungan setiap hari Kamis.[6] Di sisi lain, Batik Plumpungan sampai saat ini terus diusulkan agar menjadi salah satu muatan lokal dalam kurikulum pembelajaran mulai SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), hingga SMA (Sekolah Menengah Atas) di Kota Salatiga. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pelestarian batik sebagai warisan budaya takbenda Indonesia, khususnya batik Plumpungan.[8][9]

Motif

Batik tidak selamanya bermotif tradisional dan berwarna tua. Batik Plumpungan sendiri bergaya kontemporer, memiliki motif unik, dan berwarna cerah. Ciri khas batik Plumpungan adalah motifnya yang selalu memiliki bentuk dasar seperti Prasasti Plumpungan, yang terdiri dari satu batu besar dan satu batu kecil berbentuk agak melonjong dalam satu kesatuan pakem. Motif batik ini semula masih terbatas hanya lima macam, yaitu: Selo Giri, Kupu-Kupu, Kencono Sekar Plumpungan, Sekar Seling Pereng, dan Selo Temata.[6][10] Seiring dengan meningkatnya kreatifitas para pengrajin batik, motif batik Plumpungan semakin beragam tanpa meninggalkan pola dasar berupa bulatan kecil dan bulatan besar. Melalui pakem motif itu, muncullah berbagai ragam motif batik unik yang dibentuk menyerupai kupu-kupu, ikan, kura-kura, dan lain sebagainya. Kita bisa membedakan batik Plumpungan dengan batik yang lain dengan melihat motif dasar dua batu tersebut.[11]

Pola dasar batik Plumpungan sangat fleksibel untuk digunakan dalam pembuatan motif batik. Ada pengrajin batik yang menggunakan pola dasar batik Plumpungan sebagai klowongan (pola), dimana pola dasar batik Plumpungan ini menjadi motif utama dalam membentuk desain batik Plumpungan, seperti pada batik Plumpungan motif Semarak.[11] Selain itu, ada juga pengrajin batik yang menggunakan pola dasar batik Plumpungan sebagai isen-isen (isi) dari berbagai motif yang dibuat, seperti pada batik Plumpungan motif Merak Plumpungan dan Parang Plumpungan.[5]

Di pusat kerajinan batik Plumpungan yang didirikan oleh Bambang Pamulardi, semua batik Plumpungan merupakan batik buatan tangan. Warna-warna cerah, seperti kuning, biru, merah muda, dan hijau mendominasi kain-kain batik ini. Bahannya juga beragam, dari katun hingga sutra. Bambang mengkombinasikan motif batik Plumpungan dengan motif-motif batik tradisional yang sudah ada, seperti kawung. Kreasi tersebut mendapatkan sambutannya yang cukup baik di masyarakat, namun kendala justru dihadapi dalam hal pemasaran. Dulunya, sangat sedikit sekali masyarakat yang paham akan sejarah budaya yang ada di lingkungannya (tepatnya mengenai keberadaan Prasasti Plumpungan), namun masyarakat semakin tahu dan mengenal Prasasti Plumpungan sebagai peninggalan sejarah yang patut dirawat eksistensinya semenjak batik ini hadir.[7]

Lihat Pula

Referensi

Catatan Kaki

  1. ^ Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. "Sejarah Batik Plumpungan". Diakses tanggal 20 Februari 2019. 
  2. ^ Radar Semarang. "Prasasti Plumpungan Bisa Jadi Motif Batik". Diakses tanggal 30 Maret 2019. 
  3. ^ Soekarto Kartoatmadja, dkk (1995). hlm. 48. "Hasil koreksi tersebut menunjuk hari Jumat (Suk) rawara tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 M. Prasasti Plumpungan merupakan peresmian Desa Hampra menjadi daerah perdikan....."
  4. ^ Prakosa, Abel Jatayu (2017). hlm. 9–10. "Asal-usul Salatiga dapat dirunut dari sebuah desa bernama Hampra. Desa ini pada Jumat, 24 Juli tahun 750 Masehi mendapatkan anugerah dari Raja Bhanu dan ditetapkan sebagai perdikan atau swatantra....."
  5. ^ a b Forum for Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) Kota Salatiga. "Mengenal Lebih Lanjut Batik Plumpungan". Diakses tanggal 21 Februari 2019. 
  6. ^ a b c Utami, Widi. "Mengenal Batik Plumpungan, Motif Batik Khas Salatiga". Diakses tanggal 20 Februari 2019. 
  7. ^ a b Pemerintah Kota Salatiga. "Batik Plumpungan Angkat Nama Salatiga". Diakses tanggal 21 Februari 2019. 
  8. ^ Rosa, Angga. "Wali Kota Salatiga Usulkan Membatik Masuk Kurikulum Sekolah". Diakses tanggal 30 Maret 2019. 
  9. ^ Portal Berita Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. "Plumpungan Diharapkan Masuk Kurikulum Muatan Lokal". Diakses tanggal 30 Maret 2019. 
  10. ^ Redaksi Kompas. "Salatiga Kembangkan Batik Plumpungan". Diakses tanggal 30 Maret 2019. 
  11. ^ a b Widyatwati, Ken (September 2015). "Prasasti Plumpungan Sebagai Ikon Batik Kota Salatiga Serta Dampaknya Bagi Peningkatan Ekonomi dan Pariwisata". Humanika. Vol. 21, No. 1. ISSN 1412-9418. 

Daftar Pustaka

  • Prakosa, Abel Jatayu (2017). Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial: Salatiga 1917-1942. Salatiga: Sinar Hidoep. 
  • Soekarto Kartoatmadja, dkk (1995). Hari Jadi Kota Salatiga 24 Juli 750. Salatiga: Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga. 

Pranala Luar