Lompat ke isi

Paribatra Sukhumbandhu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aditreeslime (bicara | kontrib)
Penambahan referensi
Aditreeslime (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 10: Baris 10:
Pengaruh besar Pangeran Paribatra dalam pemerintahan Siam dianggap sebagai ancaman oleh Khana Ratsadon yang mengorganisir [[Revolusi Siam 1932|kudeta 1932]] yang mengakhiri monarki absolut di Siam. Akibatnya, ia diasingkan ke [[Kota Bandung|Bandung]], Indonesia, yang saat itu masih menjadi bagian dari Hindia Belanda, oleh pemerintah Belanda ia diangkat menjadi warga kehormatan kota Bandung. Di Bandung, ia bersama kerabat Kerajaan lainnya tinggal di sebuah Villa bernama "Praseban" dan "Dahapati" di daerah [[Cipaganti, Coblong, Bandung|Cipaganti]] dan memiliki hobi bertanam bunga.
Pengaruh besar Pangeran Paribatra dalam pemerintahan Siam dianggap sebagai ancaman oleh Khana Ratsadon yang mengorganisir [[Revolusi Siam 1932|kudeta 1932]] yang mengakhiri monarki absolut di Siam. Akibatnya, ia diasingkan ke [[Kota Bandung|Bandung]], Indonesia, yang saat itu masih menjadi bagian dari Hindia Belanda, oleh pemerintah Belanda ia diangkat menjadi warga kehormatan kota Bandung. Di Bandung, ia bersama kerabat Kerajaan lainnya tinggal di sebuah Villa bernama "Praseban" dan "Dahapati" di daerah [[Cipaganti, Coblong, Bandung|Cipaganti]] dan memiliki hobi bertanam bunga.


Pangeran Paribatra memiliki delapan anak dari istrinya yang masih berstatus kerabat Kerajaan, Mom Chao (Putri) Prasongsom Paribatra (Chaiyan). Dua anaknya adalah putra laki-laki, tetapi hanya satu, Chumbhotbongs Paribatra, yang hidup sampai dewasa. Pangeran Paribatra juga memiliki seorang putra dengan seorang istri biasa, Mom Somphan Paribatra na Ayudhaya (Palakawong), Pangeran Sukhumabhinanda - ayah dari Mom Ratchawong Sukhumbhand Paribatra, mantan gubernur Bangkok.
Pangeran Paribatra memiliki delapan anak dari istrinya yang masih berstatus kerabat Kerajaan, [[Mom Chao]] (Putri) Prasongsom Paribatra (Chaiyan). Dua anaknya adalah putra laki-laki, tetapi hanya satu, Chumbhotbongs Paribatra, yang hidup sampai dewasa. Pangeran Paribatra juga memiliki seorang putra dengan seorang istri biasa, Mom Somphan Paribatra na Ayudhaya (Palakawong), Pangeran Sukhumabhinanda - ayah dari Mom Rajawongse Sukhumbhand Paribatra, mantan gubernur Bangkok.


<span data-segmentid="160" class="cx-segment">Kediaman utama Pangeran Paribatra di Bangkok sampai pengasingannya pada 1932 adalah [[Istana Bang Khun Prom]] yang bergaya [[neo-baroque]], dibangun oleh arsitek [[Mario Tamagno]] dan [[Karl Döhring]] .</span> Di kemudian hari, istana tersebut <span data-segmentid="165" class="cx-segment">menjadi markas dan kemudian museum [[Bank of Thailand]].</span>
<span data-segmentid="160" class="cx-segment">Kediaman utama Pangeran Paribatra di Bangkok sampai pengasingannya pada 1932 adalah [[Istana Bang Khun Prom]] yang bergaya [[neo-baroque]], dibangun oleh arsitek [[Mario Tamagno]] dan [[Karl Döhring]] .</span> Di kemudian hari, istana tersebut <span data-segmentid="165" class="cx-segment">menjadi markas dan kemudian museum [[Bank of Thailand]].</span>

Revisi per 19 Mei 2019 15.31

Paribatra Sukhumbandu
Pangeran Nakhon Sawan
Informasi pribadi
Kelahiran(1881-06-29)29 Juni 1881
Istana Raja, Bangkok, Siam
Kematian18 Januari 1944(1944-01-18) (umur 62)
Bandung, Indonesia
WangsaDinasti Chakri
AyahChulalongkorn (Rama V)
IbuSukhumala Marasri

Marsekal - Laksamana Paribatra Sukhumbandhu, Pangeran Nakhon Sawan (RTGS: Borpiphat Sukhumphan; Bahasa Thailand: สมเด็จระเจ้า บรมวงศ์อ เจ้าฟ้าบริพัตรสุขุมพันธุ์ กรมนครสวรค์วรพินิต) (1881–1944), adalah seorang perwira militer dan menteri yang sangat berpengaruh pada awal abad ke-20 pada masa monarki absolut terakhir Kerajaan Siam. Ia menjabat sebagai Kepala Staf Tentara Kerajaan Thailand, Panglima Angkatan Laut Kerajaan Thailand, Menteri Angkatan Laut, Menteri Angkatan Darat, Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri, dan sebagai anggota Dewan Penasehat di masa pemerintahan Raja Vajiravudh dan Raja Prajadhipok.

Kehidupan

Pangeran Paribatra adalah anak ke-33 (dan putra ke-13) Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Ratu Sukhumala Marasri. Ia mengikuti ayahnya untuk melakukan perjalanan ke Eropa pada tahun 1897, setelah itu ia memasuki Korps Kadet Prusia untuk belajar di akademi Militer Prusia di Groß-Lichterfelde, Berlin.

Setelah kembali ke Siam, saudara tirinya Raja Vajiravudh (Rama VI) mengangkatnya menjadi Panglima Angkatan Laut Kerajaan Thailand, Menteri Kelautan dan Menteri Angkatan Darat. Pada masa pemerintahan Raja Prajadhipok (Rama VII), ia diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri dan diangkat menjadi anggota Dewan Agung Negara Siam, yang bertanggung jawab untuk membantu Raja dalam menjalankan roda pemerintahan dan membuat keputusan mengenai urusan negara.

Pengaruh besar Pangeran Paribatra dalam pemerintahan Siam dianggap sebagai ancaman oleh Khana Ratsadon yang mengorganisir kudeta 1932 yang mengakhiri monarki absolut di Siam. Akibatnya, ia diasingkan ke Bandung, Indonesia, yang saat itu masih menjadi bagian dari Hindia Belanda, oleh pemerintah Belanda ia diangkat menjadi warga kehormatan kota Bandung. Di Bandung, ia bersama kerabat Kerajaan lainnya tinggal di sebuah Villa bernama "Praseban" dan "Dahapati" di daerah Cipaganti dan memiliki hobi bertanam bunga.

Pangeran Paribatra memiliki delapan anak dari istrinya yang masih berstatus kerabat Kerajaan, Mom Chao (Putri) Prasongsom Paribatra (Chaiyan). Dua anaknya adalah putra laki-laki, tetapi hanya satu, Chumbhotbongs Paribatra, yang hidup sampai dewasa. Pangeran Paribatra juga memiliki seorang putra dengan seorang istri biasa, Mom Somphan Paribatra na Ayudhaya (Palakawong), Pangeran Sukhumabhinanda - ayah dari Mom Rajawongse Sukhumbhand Paribatra, mantan gubernur Bangkok.

Kediaman utama Pangeran Paribatra di Bangkok sampai pengasingannya pada 1932 adalah Istana Bang Khun Prom yang bergaya neo-baroque, dibangun oleh arsitek Mario Tamagno dan Karl Döhring . Di kemudian hari, istana tersebut menjadi markas dan kemudian museum Bank of Thailand.

Kematian

Ia meninggal pada tahun 1944 di Bandung, di masa pemerintahan Jepang. Jenazahnya dipulangkan oleh Komisi Kerajaan pada tahun 1948 dan dikremasi di Sanam Luang, Bangkok pada tahun 1950.

Referensi

Lihat juga