Lompat ke isi

Brahmavihāra: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 8: Baris 8:
== Karuna ==
== Karuna ==
Karuna merupakan sifat welas kasih atau sifat yang timbul karena adanya perasaan iba.
Karuna merupakan sifat welas kasih atau sifat yang timbul karena adanya perasaan iba.
Sebagai contoh, saat Pangeran [[Siddhartha]] sedang bermain dengan para sahabat-Nya di hutan.<ref name="kronologi hidup Buddha">{{Cite book| last=Buddha|first=kronologi| year=2006| title=[[Kronologi Hidup Buddha]]| pages=42-43| publisher=[[Karaniya]]| isbn=979-8727-01-0}}</ref> Di antara mereka adalah Pangeran [[Devadatta]], sepupu Pangeran Siddhartha, yang memegang busur dan beberapa anak panah dalam kantung yang tergantung di punggungnya.<ref name="kronologi hidup Buddha"/>Ketika Pangeran Siddhartha tengah beristirahat di bawah pohon menikmati kedamaian dan keindahan alam.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Tiba-tiba, seekor angsa jatuh dari angkasa tidak jauh tepat di hadapan-Nya.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Ia tahu bahwa Pangeran Devadatta telah memanah angsa itu.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Pangeran Siddharta bangkit dan bergegas menolong si angsa.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Pangeran Devadatta juga mengejar angsa itu, namun Pangeran Siddharta berlari lebih cepat darinya.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Sebatang anak panah telah menusuk salah satu sayapnya; untunglah angsa itu masih hidup.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Dengan lembut Ia menarik anak panah itu keluar dari sayapnya; lalu memetik beberapa tanaman obat, memeras, dan meneteskan getahnya pada luka si angsa untuk menghentikan pendarahan.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Ia mengelus angsa tersebut dengan lembut dan menenangkan unggas yang ketakutan itu.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Angsa itu didekap di dada-Nya supaya merasa hangat dan nyaman.<ref name="kronologi hidup Buddha"/>
Sebagai contoh, saat Pangeran [[Siddhartha]] sedang bermain dengan para sahabat-Nya di hutan.<ref name="kronologi hidup Buddha">{{Cite book| last=Buddha|first=kronologi| year=2006| title=[[Kronologi Hidup Buddha]]| pages=42-43| publisher=[[Karaniya]]| isbn=979-8727-01-0}}</ref> Di antara mereka adalah Pangeran [[Devadatta]], sepupu Pangeran Siddhartha, yang memegang busur dan beberapa anak panah dalam kantung yang tergantung di punggungnya.<ref name="kronologi hidup Buddha"/>Ketika Pangeran Siddhartha tengah beristirahat di bawah pohon menikmati kedamaian dan keindahan alam.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Tiba-tiba, seekor angsa jatuh dari angkasa tidak jauh tepat di hadapan-Nya.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Ia tahu bahwa Pangeran Devadatta telah memanah angsa itu.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Pangeran Siddharta bangkit dan bergegas menolong si angsa.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Pangeran Devadatta juga mengejar angsa itu, tetapi Pangeran Siddharta berlari lebih cepat darinya.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Sebatang anak panah telah menusuk salah satu sayapnya; untunglah angsa itu masih hidup.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Dengan lembut Ia menarik anak panah itu keluar dari sayapnya; lalu memetik beberapa tanaman obat, memeras, dan meneteskan getahnya pada luka si angsa untuk menghentikan pendarahan.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Ia mengelus angsa tersebut dengan lembut dan menenangkan unggas yang ketakutan itu.<ref name="kronologi hidup Buddha"/> Angsa itu didekap di dada-Nya supaya merasa hangat dan nyaman.<ref name="kronologi hidup Buddha"/>


== Mudita ==
== Mudita ==

Revisi per 7 Juni 2019 20.13

Brahma Vihara adalah sifat-sifat luhur yang patut untuk dijalani semua mahkluk. Adapun sifat-sifat luhur yang dimaksudkan adalah Metta (Cinta Kasih), Karuna (Welas Asih), Mudita (Simpati), dan Uppekkha (Keseimbangan Batin).

Metta

Metta adalah cinta kasih Universal. Cinta kasih yang tanpa pamrih dan ikhlas. Layaknya cinta seorang Ibu kepada anaknya/anak tunggalnya. Kalimat ini sebagaimana yang tertuang dalam syair Karaniya Metta Sutta, Syair Sutta Cinta Kasih.

Karuna

Karuna merupakan sifat welas kasih atau sifat yang timbul karena adanya perasaan iba. Sebagai contoh, saat Pangeran Siddhartha sedang bermain dengan para sahabat-Nya di hutan.[1] Di antara mereka adalah Pangeran Devadatta, sepupu Pangeran Siddhartha, yang memegang busur dan beberapa anak panah dalam kantung yang tergantung di punggungnya.[1]Ketika Pangeran Siddhartha tengah beristirahat di bawah pohon menikmati kedamaian dan keindahan alam.[1] Tiba-tiba, seekor angsa jatuh dari angkasa tidak jauh tepat di hadapan-Nya.[1] Ia tahu bahwa Pangeran Devadatta telah memanah angsa itu.[1] Pangeran Siddharta bangkit dan bergegas menolong si angsa.[1] Pangeran Devadatta juga mengejar angsa itu, tetapi Pangeran Siddharta berlari lebih cepat darinya.[1] Sebatang anak panah telah menusuk salah satu sayapnya; untunglah angsa itu masih hidup.[1] Dengan lembut Ia menarik anak panah itu keluar dari sayapnya; lalu memetik beberapa tanaman obat, memeras, dan meneteskan getahnya pada luka si angsa untuk menghentikan pendarahan.[1] Ia mengelus angsa tersebut dengan lembut dan menenangkan unggas yang ketakutan itu.[1] Angsa itu didekap di dada-Nya supaya merasa hangat dan nyaman.[1]

Mudita

Mudita sebagai sifat luhur ketiga bermakna simpati.

Uppekkha

Sifat luhur keempat, Uppekkha berarti keseimbangan batin. Sikap batin yang teguh dan seimbang.

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k Buddha, kronologi (2006). Kronologi Hidup Buddha. Karaniya. hlm. 42–43. ISBN 979-8727-01-0.