Film BPK: Perbedaan antara revisi
k Bot: Perubahan kosmetika |
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
||
Baris 41: | Baris 41: | ||
* '''Kertas si Omas''' |
* '''Kertas si Omas''' |
||
Menceritakan tentang seorang calon TKI yang memiliki masalah kesehatan, |
Menceritakan tentang seorang calon TKI yang memiliki masalah kesehatan, tetapi berusaha menyogok petugas agar diloloskan berangkat ke luar negeri. Film ini bertujuan mengedukasi masyarakat agar tidak menggunakan budaya jalan pintas dalam mencapai keinginannya. Dibintangi [[Happy Salma]]. |
||
* '''Cerita Kami''' |
* '''Cerita Kami''' |
Revisi per 7 Juni 2019 21.19
"Film BPK" | |
---|---|
Berkas:Film BPK.jpg | |
Sutradara | Sofyan D. Surza, Ari Ibnuhajar, Chairun Nissa |
Produser | Ninin Musa |
Tanggal rilis | 2014 |
Negara | |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
"Film BPK" terdiri dari tiga film pendek fiksi yang terinspirasi dari laporan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan. Ketiga film yang diproduseri oleh Ninin Musa ini adalah Uang Rujak Emak disutradarai Sofyan D. Surza, Kertas si Omas disutradarai Ari Ibnuhajar, dan Cerita Kami disutradarai Chairun Nissa.[1]
Tiga Film BPK:
- Uang Rujak Emak
Menceritakan tentang bagaimana pelayanan haji di Indonesia. Film ini bertujuan mengedukasi mayarakat agar memahami berbagai peraturan perundangan-undangan dan berbagai hal khusus yang diatur dalam perundang-undangan terkait dengan pelayanan haji. Film ini dibintangi oleh Ida Leman dan Mario Irwinsyah.
- Kertas si Omas
Menceritakan tentang seorang calon TKI yang memiliki masalah kesehatan, tetapi berusaha menyogok petugas agar diloloskan berangkat ke luar negeri. Film ini bertujuan mengedukasi masyarakat agar tidak menggunakan budaya jalan pintas dalam mencapai keinginannya. Dibintangi Happy Salma.
- Cerita Kami
Bercerita tentang anak-anak di sebuah sekolah menengah pertama yang memiliki keterbatasan fasilitas (di antanya, buku dan toilet), karena dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari Pemerintah yang seharusnya digunakan untuk buku, malah dikorupsi oleh kepala sekolah. Mereka menyiasati ketiadaan buku dengan memasukkan bahan pelajaran ke dalam beat box. Film ini bertujuan mengedukasi masyarakat, bahwa masyarakat juga bisa menjadi pengawas kegiatan penggunaan dana BOS dengan memanfaatkan media sosial yang dimiliki. Dibintangi oleh Lukman Sardi dan Astri Nurdin.[2]