Mahulae: Perbedaan antara revisi
←Mengalihkan ke Daftar marga Suku Batak Tag: Pengalihan baru |
Membalikkan revisi 15193065 oleh Glorious Engine (bicara) Tag: Menghapus pengalihan Pembatalan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{rapikan}} |
|||
#ALIH [[Daftar marga Suku Batak]] |
|||
== Mahulae == |
|||
Mahulae adalah sub Marga Batak, Nainggolan, keturunan Datu Parulas Parultop. Disematkan oleh keturunan Tuan Ampir / Guru Panuju, yang mendiami dataran tinggi Negeri Pusuk di Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hasundutan (Datu Parulas Parultop Sitombang tano jala Sisuan Bulu di Negeri Pusuk dohot na humalingna). |
|||
== Sejarah == |
|||
Merunut silsilah / tarombo maka Toga Nainggolan berada pada generasi ke V dari Raja Batak. Toga Nainggolan mempunyai 2 orang anak yaitu: Sibatu dan Sihombar (generasi VI), |
|||
Sibatu memiliki 2 orang anak yakni si Batuara dan Parhusip, sedangkan Sihombar memiliki 4 orang anak yakni Lumbannahor, Mogot Pinaungan, Lumbansiantar dan Hutabalian (generasi ke VII). |
|||
Mogot Pinaungan (Generasi VII) mempunyai 2 orang anak yaitu Tanjabau yang menjadi Lumbantungkup dan Datu Parulas Parultop (sering dikenal sebagai Lumban Raja). |
|||
Datu Parulas Parultop merantau dari kampung asalnya Harian, Nainggolan ke arah Humbang Hasundutan (nama kabupaten sekarang). Menurut penuturan sejarah tetua di Negeri Pusuk (Kecamatan Parlilitan), Datu Parulas Parultop adalah orang sakti yang seringkali dipanggil kepala kampung untuk berperang melawan musuh (teradang musuhnya adalah kampung tetangga).Saat itu kekuasaan masing masing kampung di Tanah Batak dipegang oleh para Raja Huta / Petinggi Kampung. Konon Datu Parulas Parultop adalah sosok dengan ikat kepala ulos dan bersenjatakan ultop (sejenis senjata tabung bambu yang tiup dengan anak panah beracun, seperti sumpit suku dayak), juga memiliki kesaktian menerbangkan losung (batu pengirikan). |
|||
Di hutan Parlilitan Datu Parulas Parultop dalam perburuan, sedang istirahat di Sopo (Gubuk) setelah semalaman berburu dan ditemukan oleh pemilik sopo / gubuk yang adalah Putri dari Tuan Nahoda Raja (Simbolon Nahoda Raja yang ada di Negeri Sionom Hudan, Parlilitan). Singkat cerita, Datu Parulas menikahi, putri yang bernama Bintang Maria boru Simbolon Nahoda Raja (Tinambunan). Mereka menetap di Negeri Pusuk, Kecamatan Parlilitan dan memiliki 5 orang anak (3 Putra / Anak , 2 Putri / Boru), yaitu Tuan Panalingan / Sarma Hata selanjutnya keterunannya memakai marga Pusuk, Mogotkualu / Darmahasi selanjutnya memakai marga Buaton dan Tuan Ampir / Guru Panuju dan keturunannya selanjutnya memakai marga Mahulae. Boru / Putri nya adalah Boru Sumangge, yang kemudian menikahi Raja Tunggal yang kemudian hari keturunan mereka memakai marga Hasugian. Kemudian putrinya 1 lagi adalah Boru Nahunik, yang tidak menikah dan meninggal, dan menjadi pelindung kampung Pusuk. |
|||
Kemudian Datu Parulas Parultop, sering dipanggil pergi berperang ke berbagai daerah di Tanah Batak, diberi upah dan upeti. Jika memenangkan perang, seringkali Datu Parulas Parultop diberikan Putri Raja setempat untuk dinikahi (Hal ini menjadi salah satu cara yang dipakai kepala kampung / penguasa kampung untuk mengamankan daerahya). Dengan menikahi putri raja setempat, Datu Parulas Parultop akan menjadi Boru Huta (menantu penguasa / raja) sehingga seringkali peran Datu parulas Parultop menjadi sangat besar untuk mengamankan daerah tersebut. Kemudian hari, keturunan dari Datu Parulas Parultop di luar Negeri Pusuk seringkali disebut Lumban Raja. Lumban Raja sendiri jika diartikan ke bahasa indonesia adalah Desa Raja / Tempat Raja, bisa dipahami hal ini karena Datu Parulas Parultop seringkali berpindah pindah dari satu daerah ke daerah lain dipanggil oleh penguasa / raja-raja, karena kemampuannya berperang. |
|||
== Lihat pula == |
|||
* [[Marga Batak]] |
|||
* [[Buaton]] |
|||
* [[Beny Cuknolan Mahulae]] |
|||
== Pranala luar == |
|||
{{suku-stub}} |
|||
[[Kategori:Marga Batak]] |
Revisi per 17 Juni 2019 04.15
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Mahulae
Mahulae adalah sub Marga Batak, Nainggolan, keturunan Datu Parulas Parultop. Disematkan oleh keturunan Tuan Ampir / Guru Panuju, yang mendiami dataran tinggi Negeri Pusuk di Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hasundutan (Datu Parulas Parultop Sitombang tano jala Sisuan Bulu di Negeri Pusuk dohot na humalingna).
Sejarah
Merunut silsilah / tarombo maka Toga Nainggolan berada pada generasi ke V dari Raja Batak. Toga Nainggolan mempunyai 2 orang anak yaitu: Sibatu dan Sihombar (generasi VI),
Sibatu memiliki 2 orang anak yakni si Batuara dan Parhusip, sedangkan Sihombar memiliki 4 orang anak yakni Lumbannahor, Mogot Pinaungan, Lumbansiantar dan Hutabalian (generasi ke VII).
Mogot Pinaungan (Generasi VII) mempunyai 2 orang anak yaitu Tanjabau yang menjadi Lumbantungkup dan Datu Parulas Parultop (sering dikenal sebagai Lumban Raja).
Datu Parulas Parultop merantau dari kampung asalnya Harian, Nainggolan ke arah Humbang Hasundutan (nama kabupaten sekarang). Menurut penuturan sejarah tetua di Negeri Pusuk (Kecamatan Parlilitan), Datu Parulas Parultop adalah orang sakti yang seringkali dipanggil kepala kampung untuk berperang melawan musuh (teradang musuhnya adalah kampung tetangga).Saat itu kekuasaan masing masing kampung di Tanah Batak dipegang oleh para Raja Huta / Petinggi Kampung. Konon Datu Parulas Parultop adalah sosok dengan ikat kepala ulos dan bersenjatakan ultop (sejenis senjata tabung bambu yang tiup dengan anak panah beracun, seperti sumpit suku dayak), juga memiliki kesaktian menerbangkan losung (batu pengirikan).
Di hutan Parlilitan Datu Parulas Parultop dalam perburuan, sedang istirahat di Sopo (Gubuk) setelah semalaman berburu dan ditemukan oleh pemilik sopo / gubuk yang adalah Putri dari Tuan Nahoda Raja (Simbolon Nahoda Raja yang ada di Negeri Sionom Hudan, Parlilitan). Singkat cerita, Datu Parulas menikahi, putri yang bernama Bintang Maria boru Simbolon Nahoda Raja (Tinambunan). Mereka menetap di Negeri Pusuk, Kecamatan Parlilitan dan memiliki 5 orang anak (3 Putra / Anak , 2 Putri / Boru), yaitu Tuan Panalingan / Sarma Hata selanjutnya keterunannya memakai marga Pusuk, Mogotkualu / Darmahasi selanjutnya memakai marga Buaton dan Tuan Ampir / Guru Panuju dan keturunannya selanjutnya memakai marga Mahulae. Boru / Putri nya adalah Boru Sumangge, yang kemudian menikahi Raja Tunggal yang kemudian hari keturunan mereka memakai marga Hasugian. Kemudian putrinya 1 lagi adalah Boru Nahunik, yang tidak menikah dan meninggal, dan menjadi pelindung kampung Pusuk.
Kemudian Datu Parulas Parultop, sering dipanggil pergi berperang ke berbagai daerah di Tanah Batak, diberi upah dan upeti. Jika memenangkan perang, seringkali Datu Parulas Parultop diberikan Putri Raja setempat untuk dinikahi (Hal ini menjadi salah satu cara yang dipakai kepala kampung / penguasa kampung untuk mengamankan daerahya). Dengan menikahi putri raja setempat, Datu Parulas Parultop akan menjadi Boru Huta (menantu penguasa / raja) sehingga seringkali peran Datu parulas Parultop menjadi sangat besar untuk mengamankan daerah tersebut. Kemudian hari, keturunan dari Datu Parulas Parultop di luar Negeri Pusuk seringkali disebut Lumban Raja. Lumban Raja sendiri jika diartikan ke bahasa indonesia adalah Desa Raja / Tempat Raja, bisa dipahami hal ini karena Datu Parulas Parultop seringkali berpindah pindah dari satu daerah ke daerah lain dipanggil oleh penguasa / raja-raja, karena kemampuannya berperang.