Desa Adat Wologai: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Menyisipkan Gambar |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Raiyani Muharramah Suku Ende lio kini mulai belajar bertenun ketika tidak sedang bertani DSC 3196.jpg|jmpl|salah satu contoh kegiatan menenun oleh Suku Ende Lio]] |
|||
Wologai adalah kampung adat yang terletak di wilayah Ende Lio tepatnya di Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende – Nusa Tenggara Timur. |
Wologai adalah kampung adat yang terletak di wilayah Ende Lio tepatnya di Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende – [[Nusa Tenggara Timur]]. |
||
Wologai terletak sekitar 37 kilometer arah timur kota Ende yang dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun mobil sewaan dengan harga sekitar 300 ribu rupiah selama sehari. Kampung adat ini terletak di ketinggian sekitar 1.045 mdpl dan telah berusia sekitar 800 tahun.<ref>{{Cite web|url=https://www.mongabay.co.id/2017/04/02/wologai-kampung-adat-keren-yang-berusia-800-tahun/|title=Wologai, Kampung Adat Keren yang Telah Berusia 800 Tahun|date=2017-04-02|website=Mongabay Environmental News|language=en-US|access-date=2019-08-20}}</ref> |
Wologai terletak sekitar 37 kilometer arah timur kota Ende yang dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun mobil sewaan dengan harga sekitar 300 ribu rupiah selama sehari. Kampung adat ini terletak di ketinggian sekitar 1.045 mdpl dan telah berusia sekitar 800 tahun.<ref>{{Cite web|url=https://www.mongabay.co.id/2017/04/02/wologai-kampung-adat-keren-yang-berusia-800-tahun/|title=Wologai, Kampung Adat Keren yang Telah Berusia 800 Tahun|date=2017-04-02|website=Mongabay Environmental News|language=en-US|access-date=2019-08-20}}</ref> |
||
Desa Wologai adalah salah satu desa tradisional yang lebih terkenal di Flores. Menurut cerita, desa ini memiliki masa lalu yang kelam. Pada waktu dulu, penduduk desa Wologai menggunakan kulit manusia untuk gendang mereka. Untuk masuk Desa Wologai, pengunjung harus mengisi buku tamu dan membayar sedikit uang. Biaya masuknya sekitar Rp 10.000 per orang. |
Desa Wologai adalah salah satu desa tradisional yang lebih terkenal di [[Flores]]. Menurut cerita, desa ini memiliki masa lalu yang kelam. Pada waktu dulu, penduduk desa Wologai menggunakan kulit manusia untuk gendang mereka. Untuk masuk Desa Wologai, pengunjung harus mengisi buku tamu dan membayar sedikit uang. Biaya masuknya sekitar Rp 10.000 per orang. |
||
Di tengah Wologai, ada panggung ritual. Sebagai orang luar Anda dilarang memasuki kawasan ini. Jika pengunjung memasuki panggung ritual ini, maka jiwa pengunjung akan terjebak di desa selamanya. |
Di tengah Wologai, ada panggung ritual. Sebagai orang luar Anda dilarang memasuki kawasan ini. Jika pengunjung memasuki panggung ritual ini, maka jiwa pengunjung akan terjebak di desa selamanya. |
||
Desa ini juga memiliki batu seremonial. Batu ini dipagari dengan tongkat bambu sederhana, yang tidak diizinkan disentuh oleh pengunjung. Kata penduduk setempat, jika batu itu disentuh akan ada badai yang tiba-tiba meletus atau cuaca buruk akan mempengaruhi desa Pedoman Wisata<ref>{{Cite web|url=https://www.pedomanwisata.com/wisata-sejarah/desa-tradisional/desa-wologai-atau-kampung-adat-wologai-tempat-wisata-alternatif-setelah-mengujungi-danau-kelimutu-di-flores|title=Desa Wologai atau Kampung Adat Wologai : Tempat Wisata Alternatif Setelah Mengujungi Danau Kelimutu di Flores|website=www.pedomanwisata.com|access-date=2019-08-20}}</ref> |
Desa ini juga memiliki batu seremonial. Batu ini dipagari dengan tongkat bambu sederhana, yang tidak diizinkan disentuh oleh pengunjung. Kata penduduk setempat, jika batu itu disentuh akan ada badai yang tiba-tiba meletus atau cuaca buruk akan mempengaruhi desa Pedoman Wisata<ref>{{Cite web|url=https://www.pedomanwisata.com/wisata-sejarah/desa-tradisional/desa-wologai-atau-kampung-adat-wologai-tempat-wisata-alternatif-setelah-mengujungi-danau-kelimutu-di-flores|title=Desa Wologai atau Kampung Adat Wologai : Tempat Wisata Alternatif Setelah Mengujungi Danau Kelimutu di Flores|website=www.pedomanwisata.com|access-date=2019-08-20}}</ref> |
Revisi per 21 Agustus 2019 04.44
Wologai adalah kampung adat yang terletak di wilayah Ende Lio tepatnya di Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende – Nusa Tenggara Timur. Wologai terletak sekitar 37 kilometer arah timur kota Ende yang dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun mobil sewaan dengan harga sekitar 300 ribu rupiah selama sehari. Kampung adat ini terletak di ketinggian sekitar 1.045 mdpl dan telah berusia sekitar 800 tahun.[1]
Desa Wologai adalah salah satu desa tradisional yang lebih terkenal di Flores. Menurut cerita, desa ini memiliki masa lalu yang kelam. Pada waktu dulu, penduduk desa Wologai menggunakan kulit manusia untuk gendang mereka. Untuk masuk Desa Wologai, pengunjung harus mengisi buku tamu dan membayar sedikit uang. Biaya masuknya sekitar Rp 10.000 per orang. Di tengah Wologai, ada panggung ritual. Sebagai orang luar Anda dilarang memasuki kawasan ini. Jika pengunjung memasuki panggung ritual ini, maka jiwa pengunjung akan terjebak di desa selamanya. Desa ini juga memiliki batu seremonial. Batu ini dipagari dengan tongkat bambu sederhana, yang tidak diizinkan disentuh oleh pengunjung. Kata penduduk setempat, jika batu itu disentuh akan ada badai yang tiba-tiba meletus atau cuaca buruk akan mempengaruhi desa Pedoman Wisata[2]
Referensi
- ^ "Wologai, Kampung Adat Keren yang Telah Berusia 800 Tahun". Mongabay Environmental News (dalam bahasa Inggris). 2017-04-02. Diakses tanggal 2019-08-20.
- ^ "Desa Wologai atau Kampung Adat Wologai : Tempat Wisata Alternatif Setelah Mengujungi Danau Kelimutu di Flores". www.pedomanwisata.com. Diakses tanggal 2019-08-20.