Lompat ke isi

Jabariyah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
'''Jabariyah''' adalah sebuah ideologi dan sekte bidah di dalam akidah yang muncul pada abad ke-2 hijriah di [[Khurasan]]. Jabariyah memiliki keyakinan bahwa setiap manusia [[Fatalisme|terpaksa oleh takdir]] tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam perbuatannya. Tokoh utamanya adalah Ja’ad bin Dirham dan [[Jahm bin Shafwan]].
'''Jabariyah''' adalah sebuah ideologi dan sekte bidah di dalam akidah yang muncul pada abad ke-2 hijriah di [[Khurasan]]. Jabariyah memiliki keyakinan bahwa setiap manusia [[Fatalisme|terpaksa oleh takdir]] tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam perbuatannya. Tokoh utamanya adalah Ja’ad bin Dirham dan [[Jahm bin Shafwan]Pas \(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥☁😊☁☁😊☁😁☁
☁😊☁☁😊☁☁☁
☁😊😊😊😊☁😊☁
☁😊☁☁😊☁😊☁
☁😊☁☁😊☁😊☁
pgo0🌟💚🌟🌟💚🌟💙🌟
🌟💚💚💚💚🌟💚🌟
🌟💚🌟🌟💚🌟💚🌟
🌟💚🌟🌟💚🌟💙🌟
🌟💚💚💚💚🌟💚🌟
🌟💚🌟🌟💚🌟💚🌟
🌟💚🌟🌟💚🌟💙🌟
🌟💚💚💚💚🌟💚🌟
🌟💚🌟🌟💚🌟💚🌟
☁😊☁☁😊☁😁☁
☁😊☁☁😊☁☁☁
☁😊😊😊😊☁😊☁
☁😊☁☁😊☁😊☁
☁😊☁☁😊☁😊☁
😘😚😘😚😘😚
🍸🍸🍸🍸🍸🍸
Happy New Year
😘😚😘😚😘😚
🍸🍸🍸🍸🍸🍸
Happy New Year
I ko lappp


== Ideologi ==
== Ideologi ==

Revisi per 7 September 2019 01.28

Jabariyah adalah sebuah ideologi dan sekte bidah di dalam akidah yang muncul pada abad ke-2 hijriah di Khurasan. Jabariyah memiliki keyakinan bahwa setiap manusia terpaksa oleh takdir tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam perbuatannya. Tokoh utamanya adalah Ja’ad bin Dirham dan [[Jahm bin Shafwan]Pas \(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥☁😊☁☁😊☁😁☁ ☁😊☁☁😊☁☁☁ ☁😊😊😊😊☁😊☁ ☁😊☁☁😊☁😊☁ ☁😊☁☁😊☁😊☁

pgo0🌟💚🌟🌟💚🌟💙🌟

🌟💚💚💚💚🌟💚🌟 🌟💚🌟🌟💚🌟💚🌟 🌟💚🌟🌟💚🌟💙🌟 🌟💚💚💚💚🌟💚🌟 🌟💚🌟🌟💚🌟💚🌟 🌟💚🌟🌟💚🌟💙🌟 🌟💚💚💚💚🌟💚🌟 🌟💚🌟🌟💚🌟💚🌟 ☁😊☁☁😊☁😁☁ ☁😊☁☁😊☁☁☁ ☁😊😊😊😊☁😊☁ ☁😊☁☁😊☁😊☁ ☁😊☁☁😊☁😊☁ 😘😚😘😚😘😚 🍸🍸🍸🍸🍸🍸 Happy New Year 😘😚😘😚😘😚 🍸🍸🍸🍸🍸🍸 Happy New Year I ko lappp

Ideologi

Menurut Asy-Syahrastani 548 H/1153 M, Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah. Artinya, manusia tidak punya andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya, Tuhanlah yang menentukan segala-galanya.

Keyakinan Jabariyah bertolak belakang dengan keyakinan Qadariyah namun keduanya dikatakan menyimpang dari akidah Ahlussunnah yang berada dipertengahan, karena menurut akidah Ahlussunnah mengenai takdir bahwa setiap manusia memiliki pilihan dan kebebasan dalam menentukan kehendak, manusia diperintahkan untuk berusaha yakni diperintah berbuat baik dan dilarang berbuat kejahatan, dijanjikan pahala atau diancam siksa atas konsekuensi dari perbuatannya, sementara apapun yang akan dilakukannya sudah ditetapkan (telah tertulis) dalam takdirnya, yang mana setiap makhluk tidak pernah mengetahui bagaimana takdirnya (baik atau buruk) kecuali setelah terjadinya (berlakunya) takdir itu.

Sejarah Kemunculan

Ada seorang bernama Jaham bin Safwan, berasal dari Khurasan. Mulanya ia menjadi jurutulis dari seorang pemimpin bernama Harits bin Sureih yang memberontak terhadap kerajaan Bani Umayyah di Khurasan. Kemudian nama Jaham bin Safwan menjadi terkenal karena ia adalah seorang yang sangat sungguh dan rajin bertabligh, menyeru manusia kepada jalan Allah dan berbakti kepada-Nya. Tetapi ada satu fatwanya yang keliru, yang bertentangan dengan ulama-ulama Islam yang lain, yaitu fatwa yang mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai daya dan upaya, tidak ada ikhtiar dan tidak ada kasab. Sekalian perbuatan manusia itu hanya terpaksa di luar kemauannya, sebagai keadaan bulu ayam yang diterbangkan angin di udara atau sebagai sepotong kayu di tengah lautan yang dihempaskan ombak ke sana ke mari.

Madzhabnya ini dinamai madzhab Jabariyah, yakni madzhab orang-orang yang berpaham tidak ada ikhtiar bagi manusia. I'tiqadnya pada mulanya hampir sama dengan i'tiqad kaum ahlussunnah wal jamaah, yakni berpendapat bahwa sekalian yang terjadi dalam alam ini pada hakikatnya dijadikan Tuhan, tetapi kaum Jabariyah ini sangat radikal, sehingga menganggap bahwa meninggalkan shalat atau berbuat kejahatan semuanya tidak apa-apa, karena hal itu dijadikan oleh Tuhan.[1]

Lihat pula

Catatan kaki

Daftar pustaka
  1. ^ Siradjuddin Abbas, I'tiqad Ahlussunnah wal Jamaah, Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru, 1995, 276.