Lompat ke isi

Busung lapar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{gabungkepada|Kwashiorkor}}
{{gabungkepada|Kwashiorkor}}
[[Image:hungerbanner.png|thumb|Poster anti kelaparan<ref>http://aghofur.com/</ref>]]
[[Image:hungerbanner.png|thumb|Poster anti kelaparan<ref>http://aghofur.com/</ref>]]
'''''Busung lapar''''' atau [[honger oedema]] disebabkan oleh simtoma '''''[[marasmus]] [[kwashiorkor]]''''' adalah sebuah fenomena penyakit kekurangan [[protein]] [[kronis]] pada anak-anak yang sering disebabkan beberapa hal, antara lain anak tidak cukup mendapat makanan [[gizi|bergizi]], anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita [[infeksi]] penyakit.
'''''Busung lapar''''' atau [[honger oedema]] disebabkan oleh simtoma '''''[[marasmus]] dan [[kwashiorkor]]''''' adalah sebuah fenomena penyakit di [[Indonesia]] kekurangan [[protein]] [[kronis]] pada anak-anak yang sering disebabkan beberapa hal, antara lain anak tidak cukup mendapat makanan [[gizi|bergizi]], anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita [[infeksi]] penyakit.


Penyebab langsung tersebut bisa dikarenakan adanya [[bencana alam]], daya beli masyarakat, tingkat [[pendidikan]], kondisi lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Penyebab langsung tersebut bisa dikarenakan adanya [[bencana alam]], daya beli masyarakat, tingkat [[pendidikan]], kondisi lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Revisi per 4 Agustus 2008 05.28

Berkas:Hungerbanner.png
Poster anti kelaparan[1]

Busung lapar atau honger oedema disebabkan oleh simtoma marasmus dan kwashiorkor adalah sebuah fenomena penyakit di Indonesia kekurangan protein kronis pada anak-anak yang sering disebabkan beberapa hal, antara lain anak tidak cukup mendapat makanan bergizi, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita infeksi penyakit.

Penyebab langsung tersebut bisa dikarenakan adanya bencana alam, daya beli masyarakat, tingkat pendidikan, kondisi lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Kekurangan gizi di Indonesia[2]

  • Tahun 1995: gizi kurang 31,6%; gizi buruk 11,6%
  • Tahun 2001: gizi kurang 26,1%; gizi buruk 6,3%
  • Tahun 2003: gizi kurang 27,5%; gizi buruk 8,3%
  • Tahun 2004: gizi kurang 25,4%; gizi buruk 7,2%

Rujukan

Pranala luar