Bangun Pemudi Pemuda: Perbedaan antara revisi
k ←Suntingan 103.10.65.98 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bagas Chrisara Tag: Pengembalian |
lirik Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 13: | Baris 13: | ||
''Bangun pemudi pemuda Indonesia''<br> |
''Bangun pemudi pemuda Indonesia''<br> |
||
'' |
Tan''gan bajumu singsingkan untuk negara''<br> |
||
''Masa yang akan datang kewajibanmu lah''<br> |
''Masa yang akan datang kewajibanmu lah''<br> |
||
''Menjadi tanggunganmu terhadap nusa''<br> |
''Menjadi tanggunganmu terhadap nusa''<br> |
Revisi per 26 Oktober 2019 00.08
Bangun Pemudi-Pemuda adalah lagu nasional Indonesia yang diciptakan oleh Alfred Simanjuntak, dan hingga saat ini lagu Bangun Pemudi-Pemuda tetap dikumandangkan, seperti pada setiap perayaan Kemerdekaan RI 17 Agustus dan Sumpah Pemuda 28 Oktober.
Partitur
Lirik Lagu
Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
Tak usah banyak bicara trus kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih
Bertingkah laku halus hai putra negri
Bertingkah laku halus hai putra negri
Sejarah
Cikal-bakal lagu Bangun Pemudi Pemuda adalah mars Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang juga diciptakan oleh Alfred Simanjuntak. Dengan demikian, nadanya telah tercipta sebelum liriknya. Alfred menggubah liriknya supaya semangat yang ia sampaikan tidak hanya dimiliki Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang hanya memiliki enam kelas, melainkan seluruh Indonesia. Alfred Simanjuntak berpendapat bahwa nasionalisme di kalangan pemuda harus dipupuk. Ia menempatkan pemudi di depan pemuda karena pada umumnya penyebutan wanita berada di depan, misalnya damen und herren di Jerman, dames en heren di Belanda, dan ladies and gentlemen di Inggris. Karena lagu ini, polisi militer Jepang memasukkan dirinya ke dalam daftar hitam untuk dibunuh, tetapi hal tersebut baru diketahui Alfred setelah Indonesia merdeka.[1]
Lihat Pula
Referensi
- ^ Dody Hidayat, Dian Yuliastuti, dan Cornila. "Tempo", Edisi 5-11 November 2012. "Alfred Simanjuntak yang Membara".