Lompat ke isi

Hikmat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mrbonbon (bicara | kontrib)
Dikembalikan ke revisi 14561398 oleh AABot (bicara) (TW)
Tag: Pembatalan
Soktay (bicara | kontrib)
Baris 121: Baris 121:
* [[Sirakh|Kebijaksanaan Sirakh]]
* [[Sirakh|Kebijaksanaan Sirakh]]
* [[Kebajikan]]
* [[Kebajikan]]
* [[Wisdom literature]]
* [[Sastra hikmat]]
* The Wikiversity [[v:Wisdom|course on Wisdom]]
* The Wikiversity [[v:Wisdom|course on Wisdom]]
{{Col-end}}
{{Col-end}}

Revisi per 27 Oktober 2019 02.59

Pancaran sinar, dilambangkan sebagai tanduk-tanduk yang keluar dari kepala Musa (pahatan Michelangelo), merupakan lambang Hikmat dalam Alkitab Ibrani.

Hikmat atau hikmah (bahasa Inggris: Wisdom adalah suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai orang, barang, kejadian atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan persepsi, penilaian dan perbuatan sesuai pengertian tersebut. Seringkali membutuhkan penguasaan reaksi emosional seseorang (passions) supaya prinsip, pertimbangan dan pengetahuan universal dapat menentukan tindakan seseorang. Hikmat juga berarti pemahaman akan apa yang benar dikaitkan dengan penilaian optimal terhadap suatu perbuatan. Sinonimnya termasuk: kebijaksanaan, kecerdasan, akal budi, akal sehat, kecerdikan; bahasa Inggris: sagacity, discernment, or insight.

Perspektif filsafat

Personifikasi "hikmat" dalam bahasa Yunani, "Σοφία" atau "Sofia") pada Celsus Library di Efesus, Turki.

Definisi dasar dari "Hikmat" adalah penggunaan suatu pengetahuan dengan benar.[1] Lawan dari hikmat adalah kebodohan atau kebebalan (foolishness, folly).

Masyarakat Yunani kuno menganggap hikmat adalah suatu kebajikan yang penting, dipersonifikasikan sebagai dewi Metis dan Athena. Athena dikatakan keluar dari kepala Zeus. Ia digambarkan sebagai kuat, adil, murah hati dan perawan suci.[2] Bagi Socrates dan Plato, filsafat secara harfiah adalah cinta akan Hikmat (kata Yunani untuk filsafat, "filosofi", tersusun dari kata "filo", artinya "cinta; kasih", dan "sofia", artinya "hikmat"). Ini meresap ke dalam dialog-dialog Plato, terutama karyanya "Republik". Aristoteles, dalam karyanya "Metafisik", mendefinisikan hikmat sebagai pemahaman sebab-akibat, yaitu mengetahui mengapa suatu hal itu seperti itu, yang lebih dalam dari sekadar mengetahui bahwa suatu hal itu seperti itu.[3]

Perspektif agamawi

Sejumlah agama memiliki pengajaran khusus yang berhubungan dengan hikmat.

Mesir kuno

Dewa Sia melambangkan personifikasi hikmat atau dewa kebijaksanaan dalam mitologi Mesir kuno.

Dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, hikmat dikaitkan dengan raja Salomo, yang meminta hikmat dari Allah menurut catatan dalam 2 Tawarikh 1. Sebagian besar isi Kitab Amsal, yang memuat pepatah-pepatah bijak, diyakini adalah karya Salomo. Dalam Amsal 1:7 dan Amsal 9:10, takut akan YHWH dikatakan sebagai permulaan atau landasan dari hikmat, sementara Amsal 8:13 menyatakan bahwa "Takut akan YHWH sama dengan membenci ketidakadilan". Dalam Amsal 1:20, ada rujukan kepada hikmat yang dilambangkan dalam wujud seorang perempuan, "Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya." (puja-puji kepada Sang Khalik layaknya puisi dan nyanyian). Diteruskan pada Amsal 8:22–31, perwujudan hikmat ini digambarkan hadir bersama-sama Allah sebelum permulaan penciptaan dan bahkan turut mengambil bagian dalam penciptaan itu sendiri, secara khusus mengenai penciptaan umat manusia.

Kata "hikmat" (חכם) disebutkan 222 kali dalam Alkitab Ibrani. Dianggap sebagai salah satu sifat baik tertinggi di antara orang-orang Israel bersama-sama dengan kebaikan (חסד) dan keadilan (צדק). Baik Kitab Amsal dan Kitab Mazmur mendorong pembaca untuk memperoleh dan meningkatkan hikmat.

Terdapat suatu elemen yang berlawanan dalam pemikiran Kristen mengenai hikmat sekuler (dunia) dan hikmat Allah. Rasul Paulus menyatakan bahwa hikmat dunia menganggap pemberitaan mengenai Kristus sebagai suatu kebodohan. Namun, bagi barangsiapa yang berada di "jalan keselamatan" Kristus melambangkan hikmat Allah. (1 Korintus 1:17–31) Hikmat juga merupakan satu dari tujuh karunia Roh Kudus menurut kepercayaan Anglikan, Katolik, dan Lutheran. 1 Korintus 12:8–10 mencatat daftar sembilan kebajikan, salah satunya adalah hikmat.

Dalam Islam, Hikmat dianggap salah satu karunia terbesar yang dapat dinikmati manusia. Al Qur'an menyatakan :

"Allah menganugrahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur'an dan as-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."

— Qur'an, surah 2 (Al-Baqarah), ayat 269[4]

Ada pula sejumlah ayat dimana Q'uran secara khusus berbicara mengenai hakikat "Hikmah". Dalam Surah 22 Al-Hajj dikatakan, "maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (ayat 46). Dalam bagian lain Surah Al-An'am mencatat,

"Katakanlah, "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami(nya)"

— Qur'an, surah 6 (Al-An'am), ayat 151[5]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Wisdom is the right use of knowledge." – Charles Haddon Spurgeon (1834–1892)
  2. ^ Turnbill, S (2011, 12 8). "Athena, Greek goddess of wisdom and craftsmanship". Goddessgift.com. 
  3. ^ Tetapi perlu dicatat bahwa dua ribu tahun setelah Aristoteles, Isaac Newton dipaksa untuk mengakui bahwa "Aku belum dapat menemukan sebab musabab sifat-sifat gaya tarik bumi (gravity) ini"
  4. ^ Qur'an Al-Baqarah:269
  5. ^ Qur'an Al-An'am:151

Pustaka tambahan

Templat:Importance-section

Pranala luar

Sumber-sumber