Candi Tegowangi: Perbedaan antara revisi
k Bot: Perubahan kosmetika |
menambahkan sejarah dan bentuk |
||
Baris 2: | Baris 2: | ||
Menurut [[Kitab Pararaton]], candi ini merupakan tempat Pendharmaan [[Bhre Matahun]]. Sedangkan dalam kitab [[Negarakertagama]] dijelaskan bahwa Bhre Matahun meninggal tahun [[1388]] M. Maka diperkirakan candi ini dibuat pada tahun 1400 M dimasa [[Majapahit]] karena pendharmaan seorang raja dilakukan 12 tahun setelah raja meninggal dengan upacara srada. |
Menurut [[Kitab Pararaton]], candi ini merupakan tempat Pendharmaan [[Bhre Matahun]]. Sedangkan dalam kitab [[Negarakertagama]] dijelaskan bahwa Bhre Matahun meninggal tahun [[1388]] M. Maka diperkirakan candi ini dibuat pada tahun 1400 M dimasa [[Majapahit]] karena pendharmaan seorang raja dilakukan 12 tahun setelah raja meninggal dengan upacara srada. |
||
== Sejarah == |
|||
Candi Tegowangi dapat pula disebut Candi Sentul. N. W. Hoepormans adalah orang yang pertama kali membuat tulisan tentang Candi Tegowangi, selanjutnya diikuti oleh R.D.M Verbeek, J. Knebel (1902), dan P.J Perquin (1915). Pemugarn dilakukan pada taun 1983-1984. |
|||
Menurut ''Nāgarakrtāgama'' Candi Tegowangi merupakan candi pendharmaan [[Raja Watsari.|Raja ''Watsari.'']] Raja ''Matahun,'' adalah ipar dai Raja Hayam Wuruk yang meninggal pada tahun 1388. Saat Candi Tegowangi belum selesai dibangun Raja ''Matahun'' sudah meninggal, sehingga panil bagian akhir relief cerita Sudamala tidak dikerjakan <ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/886882212|title=Candi Indonesia|last=Sedyawati, Edi, 1938-|others=Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman,|isbn=9786021766934|edition=Cetakan pertama|location=[Jakarta]|oclc=886882212}}</ref>. |
|||
== Bentuk == |
== Bentuk == |
||
Secara umum candi ini berdenah bujursangkar menghadap ke barat dengan memiliki ukuran 11,2 x 11,2 meter dan tinggi 4,35 m. Pondasinya terbuat dari bata sedangkan batu kaki dan sebagian tubuh yang masih tersisa terbuat dari batu andesit. Bagian kaki candi berlipit dan berhias. Tiap sisi kaki candi ditemukan tiga panel tegak yang dihiasi raksasa (gana) duduk jongkok; kedua tangan diangkat ketas seperti mendukung bangunan candi. Di atasnya terdapat tonjolan - tonjolan berukir melingkari candi di atas tonjolan terdapat sisi genta yang berhias. |
Secara umum candi ini berdenah bujursangkar menghadap ke barat dengan memiliki ukuran 11,2 x 11,2 meter dan tinggi 4,35 m. Pondasinya terbuat dari bata sedangkan batu kaki dan sebagian tubuh yang masih tersisa terbuat dari batu [[andesit]]. Bagian kaki candi berlipit dan berhias. Struktur dari candi ini berbentuk kaki candi dua tingkat dengan tinggi keseluruhannya 4,35 m. Tiap sisi kaki candi ditemukan tiga panel tegak yang dihiasi raksasa (gana) duduk jongkok; kedua tangan diangkat ketas seperti mendukung bangunan candi. Di atasnya terdapat tonjolan - tonjolan berukir melingkari candi di atas tonjolan terdapat sisi genta yang berhias. |
||
Pada bagian tubuh candi di tengah-tengah pada setiap sisinya terdapat pilar polos yang menghubungkan badan dan kaki candi. Pilar-pilar itu tampak belum selesai dikerjakan. Di sekeliling tubuh candi dihiasi relief cerita [[Sudamala]] yang berjumlah 14 panil yaitu 3 panil di sisi utara, 8 panil di sisi barat dan 3 panil sisi selatan. Cerita ini berisi tentang pengruatan (pensucian) [[Dewi Durga]] dalam bentuk jelek dan jahat menjadi [[Dewi Uma]] dalam bentuk baik yang dilakukan oleh [[Sadewa]], tokoh bungsu dalam cerita [[Pandawa]]. Sedangkan pada bilik tubuh candi terdapat [[Yoni]] dengan cerat (pancuran) berbentuk naga. |
Pada bagian tubuh candi di tengah-tengah pada setiap sisinya terdapat pilar polos yang menghubungkan badan dan kaki candi. Pilar-pilar itu tampak belum selesai dikerjakan. Di sekeliling tubuh candi dihiasi relief cerita [[Sudamala]] yang berjumlah 14 panil yaitu 3 panil di sisi utara, 8 panil di sisi barat dan 3 panil sisi selatan. Cerita ini berisi tentang pengruatan (pensucian) [[Dewi Durga]] dalam bentuk jelek dan jahat menjadi [[Dewi Uma]] dalam bentuk baik yang dilakukan oleh [[Sadewa]], tokoh bungsu dalam cerita [[Pandawa]]. Sedangkan pada bilik tubuh candi terdapat [[Yoni]] dengan cerat (pancuran) berbentuk naga. |
||
Baris 12: | Baris 17: | ||
== Lokasi Wisata == |
== Lokasi Wisata == |
||
Candi Tegowangi menepati sebuah areal yang cukup luas dan terbuka. Areal wisata arkeologi ini juga terawat dengan baik, tidak terlihat sampah bertebaran kecuali daun-daun kering pepohonan dalam jumlah yang juga tidak terlalu banyak. Didekat gerbang masuk anda akan menjumpai sebuah peternakan lebah milik penduduk setempat yang bisa dijadikan nilai tambah tersendiri saat berkunjung. |
Candi Tegowangi menepati sebuah areal yang cukup luas dan terbuka. Areal wisata arkeologi ini juga terawat dengan baik, tidak terlihat sampah bertebaran kecuali daun-daun kering pepohonan dalam jumlah yang juga tidak terlalu banyak. Didekat gerbang masuk anda akan menjumpai sebuah peternakan lebah milik penduduk setempat yang bisa dijadikan nilai tambah tersendiri saat berkunjung. |
||
<br /> |
|||
== Rujukan == |
|||
<references /> |
|||
== Galeri == |
== Galeri == |
Revisi per 27 Oktober 2019 04.14
Candi Tegowangi merupakan candi yang terletak di Desa Tegowangi Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Indonesia.
Menurut Kitab Pararaton, candi ini merupakan tempat Pendharmaan Bhre Matahun. Sedangkan dalam kitab Negarakertagama dijelaskan bahwa Bhre Matahun meninggal tahun 1388 M. Maka diperkirakan candi ini dibuat pada tahun 1400 M dimasa Majapahit karena pendharmaan seorang raja dilakukan 12 tahun setelah raja meninggal dengan upacara srada.
Sejarah
Candi Tegowangi dapat pula disebut Candi Sentul. N. W. Hoepormans adalah orang yang pertama kali membuat tulisan tentang Candi Tegowangi, selanjutnya diikuti oleh R.D.M Verbeek, J. Knebel (1902), dan P.J Perquin (1915). Pemugarn dilakukan pada taun 1983-1984.
Menurut Nāgarakrtāgama Candi Tegowangi merupakan candi pendharmaan Raja Watsari. Raja Matahun, adalah ipar dai Raja Hayam Wuruk yang meninggal pada tahun 1388. Saat Candi Tegowangi belum selesai dibangun Raja Matahun sudah meninggal, sehingga panil bagian akhir relief cerita Sudamala tidak dikerjakan [1].
Bentuk
Secara umum candi ini berdenah bujursangkar menghadap ke barat dengan memiliki ukuran 11,2 x 11,2 meter dan tinggi 4,35 m. Pondasinya terbuat dari bata sedangkan batu kaki dan sebagian tubuh yang masih tersisa terbuat dari batu andesit. Bagian kaki candi berlipit dan berhias. Struktur dari candi ini berbentuk kaki candi dua tingkat dengan tinggi keseluruhannya 4,35 m. Tiap sisi kaki candi ditemukan tiga panel tegak yang dihiasi raksasa (gana) duduk jongkok; kedua tangan diangkat ketas seperti mendukung bangunan candi. Di atasnya terdapat tonjolan - tonjolan berukir melingkari candi di atas tonjolan terdapat sisi genta yang berhias.
Pada bagian tubuh candi di tengah-tengah pada setiap sisinya terdapat pilar polos yang menghubungkan badan dan kaki candi. Pilar-pilar itu tampak belum selesai dikerjakan. Di sekeliling tubuh candi dihiasi relief cerita Sudamala yang berjumlah 14 panil yaitu 3 panil di sisi utara, 8 panil di sisi barat dan 3 panil sisi selatan. Cerita ini berisi tentang pengruatan (pensucian) Dewi Durga dalam bentuk jelek dan jahat menjadi Dewi Uma dalam bentuk baik yang dilakukan oleh Sadewa, tokoh bungsu dalam cerita Pandawa. Sedangkan pada bilik tubuh candi terdapat Yoni dengan cerat (pancuran) berbentuk naga.
Dihalaman candi terdapat beberapa arca yaitu Parwati Ardhenari, Garuda berbadan manusia dan sisa candi di sudut tenggara. Berdasarkan arca-arca yang ditemukan dan adanya Yoni dibilik candi maka candi ini berlatar belakang agama Hindu.
Lokasi Wisata
Candi Tegowangi menepati sebuah areal yang cukup luas dan terbuka. Areal wisata arkeologi ini juga terawat dengan baik, tidak terlihat sampah bertebaran kecuali daun-daun kering pepohonan dalam jumlah yang juga tidak terlalu banyak. Didekat gerbang masuk anda akan menjumpai sebuah peternakan lebah milik penduduk setempat yang bisa dijadikan nilai tambah tersendiri saat berkunjung.
Rujukan
- ^ Sedyawati, Edi, 1938-. Candi Indonesia. Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, (edisi ke-Cetakan pertama). [Jakarta]. ISBN 9786021766934. OCLC 886882212.