Lompat ke isi

Perubahan iklim dan pertanian: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rosmi95 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Rosmi95 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3: Baris 3:
'''Perubahan iklim''' adalah masalah yang serius pada abad 21 ini. Para peneliti dan pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap permasalahan ini dalam diskusi pada Intergovernmental Planet on Climate Change (IPCC) yang menyimpulkan bahwa perubahan iklim bukan merupakan proses alami tapi juga merupakan intervensi dari aktivitas manusia dimuka bumi.<ref>{{Cite book|title=Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan: Sebuah Pengantar Perubahan Iklim dan Tantangan Peradaban|last=Hadad|first=Ismid|publisher=LP3ES|year=2010|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref> Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyatakan bahwa salah satu ancaman paling serius terhadap masa depan keberlanjutan ketahanan pangan adalah implikasi perubahan iklim.<ref>FAO. 2008. Climate Change and Food Security: A Framework Document. Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). Rome.</ref> Sejak terjadinya perubahan iklim, peluang munculnya kejadian iklim ekstrim meningkat. Di sisilain, manusia tidak dapat mengendalikan perilaku iklim. Oleh karena itu, yang secara teknis dan sosial ekonomi layak ditempuh adalah memperkuat kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Untuk jangka menengah-panjang, adaptasi saja tidak cukup. Strategi yang dipandang tepat adalah melakukan adapatsi dan mitigasi secara sinergis (IPCC, 2001; IPCC, 2007).<ref>FAO. 2007. Adaptation to Climate Change in Agriculture, Forestry and Fisheries: Perspective, Framework and Priorities, Interdepartmental Working Group on Climate Change, Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations. Rome.</ref> Dampak perubahan iklim terhadap pertanian bersifat langsung dan tidak langsung dan mencakup aspek biofisik maupun sosial ekonomi.
'''Perubahan iklim''' adalah masalah yang serius pada abad 21 ini. Para peneliti dan pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap permasalahan ini dalam diskusi pada Intergovernmental Planet on Climate Change (IPCC) yang menyimpulkan bahwa perubahan iklim bukan merupakan proses alami tapi juga merupakan intervensi dari aktivitas manusia dimuka bumi.<ref>{{Cite book|title=Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan: Sebuah Pengantar Perubahan Iklim dan Tantangan Peradaban|last=Hadad|first=Ismid|publisher=LP3ES|year=2010|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref> Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyatakan bahwa salah satu ancaman paling serius terhadap masa depan keberlanjutan ketahanan pangan adalah implikasi perubahan iklim.<ref>FAO. 2008. Climate Change and Food Security: A Framework Document. Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). Rome.</ref> Sejak terjadinya perubahan iklim, peluang munculnya kejadian iklim ekstrim meningkat. Di sisilain, manusia tidak dapat mengendalikan perilaku iklim. Oleh karena itu, yang secara teknis dan sosial ekonomi layak ditempuh adalah memperkuat kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Untuk jangka menengah-panjang, adaptasi saja tidak cukup. Strategi yang dipandang tepat adalah melakukan adapatsi dan mitigasi secara sinergis (IPCC, 2001; IPCC, 2007).<ref>FAO. 2007. Adaptation to Climate Change in Agriculture, Forestry and Fisheries: Perspective, Framework and Priorities, Interdepartmental Working Group on Climate Change, Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations. Rome.</ref> Dampak perubahan iklim terhadap pertanian bersifat langsung dan tidak langsung dan mencakup aspek biofisik maupun sosial ekonomi.


= Pengertian Perubahan Iklim dan Pertanian =
= Konsep Perubahan Iklim dan Pertanian =
Iklim berbeda dengan cuaca. Iklim mengacu pada perilaku cuaca jangka panjang, termasuk dinamikanya. Perubahan iklim dicirikan oleh berubahnya dinamika dan besaran dan atau intensitas unsur-unsur iklim yang cenderung menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan iklim terkait variasi radiasi matahari, deviasi orbit bumi, gerak lempeng tektonik, perilaku vulkanik, dan konsentrasi gas rumah kaca.  Mengacu pada sejumlah besar hasil penelitian, sebagian besar pakar iklim internasional sepakat dengan kesimpulan bahwa penyebab perubahan iklim sangat terkait dengan aktivitas manusia (anthro-pogenics). Diyakini bahwa aktivitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan komposisi atmosfer bumi berubah, antara lain terjadinya peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca (GRK) yang drastis.<ref>Trenberth, K. E., J. T. Houughton, and L. G. Meira Filho. 1995.  The Climate System: an Overview In: Climate Change 1995. The Science of Climate Change. Contribution of Working Group I to the Second Assessment Report of The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Cambridge University Press. </ref>
Iklim berbeda dengan cuaca. Iklim mengacu pada perilaku cuaca jangka panjang, termasuk dinamikanya. Perubahan iklim dicirikan oleh berubahnya dinamika dan besaran dan atau intensitas unsur-unsur iklim yang cenderung menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan iklim terkait variasi radiasi matahari, deviasi orbit bumi, gerak lempeng tektonik, perilaku vulkanik, dan konsentrasi gas rumah kaca.  Mengacu pada sejumlah besar hasil penelitian, sebagian besar pakar iklim internasional sepakat dengan kesimpulan bahwa penyebab perubahan iklim sangat terkait dengan aktivitas manusia (anthro-pogenics). Diyakini bahwa aktivitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan komposisi atmosfer bumi berubah, antara lain terjadinya peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca (GRK) yang drastis.<ref>Trenberth, K. E., J. T. Houughton, and L. G. Meira Filho. 1995.  The Climate System: an Overview In: Climate Change 1995. The Science of Climate Change. Contribution of Working Group I to the Second Assessment Report of The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Cambridge University Press. </ref>


Baris 10: Baris 10:
Pertanian adalah manifestasi kebudayaan/peradaban manusia yang keberadaannya dewasa ini tidak lepas dari sejarah perkembangan kebudayaan/peradaban manusia sejak zaman purbakala. Kegiatan Belajar ini menguraikan tinjauan sejarah perkembangan pertanian di dunia dan sejarah perkembangan pertanian di Indonesia, sehingga pertanian Indonesia menjadi seperti yang ada sekarang. Perkembangan pertanian sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia. Ada baiknya kita mengenal beberapa model pertanian yang berhubungan dengan sejarah manusia. Perkembangan ilmu pertanian terapan yang pesat di negara maju telah menyebabkan terjadinya perbedaan yang makin besar dengan negara-negara sedang berkembang di dalam kemampuan memberi makan penduduknya. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan antara kenaikan efisiensi teknologi pertanian dengan kenaikan jumlah penduduk.<ref>{{Cite journal|last=Kusmiadi|first=Edi|year=2014|title=Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian|url=http://repository.ut.ac.id/4425/1/LUHT4219-M1.pdf|journal=Pengantar Ilmu Pertanian|volume=|issue=|pages=|doi=}}</ref>
Pertanian adalah manifestasi kebudayaan/peradaban manusia yang keberadaannya dewasa ini tidak lepas dari sejarah perkembangan kebudayaan/peradaban manusia sejak zaman purbakala. Kegiatan Belajar ini menguraikan tinjauan sejarah perkembangan pertanian di dunia dan sejarah perkembangan pertanian di Indonesia, sehingga pertanian Indonesia menjadi seperti yang ada sekarang. Perkembangan pertanian sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia. Ada baiknya kita mengenal beberapa model pertanian yang berhubungan dengan sejarah manusia. Perkembangan ilmu pertanian terapan yang pesat di negara maju telah menyebabkan terjadinya perbedaan yang makin besar dengan negara-negara sedang berkembang di dalam kemampuan memberi makan penduduknya. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan antara kenaikan efisiensi teknologi pertanian dengan kenaikan jumlah penduduk.<ref>{{Cite journal|last=Kusmiadi|first=Edi|year=2014|title=Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian|url=http://repository.ut.ac.id/4425/1/LUHT4219-M1.pdf|journal=Pengantar Ilmu Pertanian|volume=|issue=|pages=|doi=}}</ref>


= Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian =
Perubahan iklim diyakini akan berdampak buruk terhadap berbagai aspek kehidupan dan sektor pembangunan, terutama sektor pertanian dan dikhawatirkan akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi pertanian, terutama tanaman pangan. Pada masa mendatang, pembangunan pertanian akan dihadapkan pada beberapa masalah serius, yaitu: 1) penurunan produktivitas dan pelandaian produksi yang tentunya membutuhkan inovasi teknologi untuk mengatasinya, 2) degradasi sumber daya lahan dan air yang mengakibatkan ''soil sickness'', penurunan tingkat kesuburan, dan pencemaran, 3) variabilitas dan perubahan iklim yang mengakibatkan banjir dan kekeringan, serta 4) alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Surmaini|first=Elza., Eleonora Runtunuwu dan Irsal Las|year=2011|title=Upaya Sektor Pertanian dalam Menghadapi Perubahan Iklim|url=http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/1252/Upaya%20sektor%20Pertanian%20dalam%20Menghadapi%20Perubahan%20Iklim.pdf?sequence=1&isAllowed=y|journal=Litbang Pertanian|volume=30|issue=1|pages=|doi=}}</ref>

Perubahan iklim global berdampak nyata pada produksi tanaman pangan. Secara global, perubahan iklim diproyeksikan dapat menurunkan produksi tanaman, terutama di wilayah pertanian yang terletak di lintang rendah akan mengalami dampak negatif. <ref>{{Cite journal|last=Cline|first=William|year=2007|title=Global Warming and Agriculture: Impact Estimates by Country|url=|journal=Choice Reviews Online|volume=45|issue=04|pages=97-98|doi=}}</ref> Dampak negatif tersebut dikarenakan wilayah lintang rendah memiliki suhu udara yang berada pada batas toleransi tanaman (di bawah 10 derajat celcius dan di atas 29 derajat celcius). <ref>{{Cite book|title=Agricultural Meteorology|last=Rao|first=G. S. L. H. V Prasada|publisher=PHI Learning Pvt|year=2008|isbn=|location=Thrissur|pages=58-61|url-status=live}}</ref>

Perubahan iklim merupakan proses alami yang bersifat tren yang terus-menerus dalam jangka panjang. Oleh karena itu, strategi antisipasi dan penyiapan teknologi adaptasi merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis Kementerian Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan iklim dan mengembangkan pertanian yang tahan (resilience) terhadap perubahan iklim. Besarnya dampak perubahan iklim terhadap pertanian sangat bergantung pada tingkat dan laju perubahan iklim di satu sisi serta sifat dan kelenturan sumber daya dan sistem produksi pertanian di sisi lain. Untuk itu, diperlukan berbagai penelitian dan pengkajian tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap sektor pertanian, baik sumber daya, infrastruktur, maupun sistem usaha tani/agribisnis dan ketahanan pangan nasional.<ref name=":0" />

<br />
= Referensi =
= Referensi =

Revisi per 29 Oktober 2019 14.51

Perubahan iklim adalah masalah yang serius pada abad 21 ini. Para peneliti dan pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap permasalahan ini dalam diskusi pada Intergovernmental Planet on Climate Change (IPCC) yang menyimpulkan bahwa perubahan iklim bukan merupakan proses alami tapi juga merupakan intervensi dari aktivitas manusia dimuka bumi.[1] Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyatakan bahwa salah satu ancaman paling serius terhadap masa depan keberlanjutan ketahanan pangan adalah implikasi perubahan iklim.[2] Sejak terjadinya perubahan iklim, peluang munculnya kejadian iklim ekstrim meningkat. Di sisilain, manusia tidak dapat mengendalikan perilaku iklim. Oleh karena itu, yang secara teknis dan sosial ekonomi layak ditempuh adalah memperkuat kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Untuk jangka menengah-panjang, adaptasi saja tidak cukup. Strategi yang dipandang tepat adalah melakukan adapatsi dan mitigasi secara sinergis (IPCC, 2001; IPCC, 2007).[3] Dampak perubahan iklim terhadap pertanian bersifat langsung dan tidak langsung dan mencakup aspek biofisik maupun sosial ekonomi.

Konsep Perubahan Iklim dan Pertanian

Iklim berbeda dengan cuaca. Iklim mengacu pada perilaku cuaca jangka panjang, termasuk dinamikanya. Perubahan iklim dicirikan oleh berubahnya dinamika dan besaran dan atau intensitas unsur-unsur iklim yang cenderung menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan iklim terkait variasi radiasi matahari, deviasi orbit bumi, gerak lempeng tektonik, perilaku vulkanik, dan konsentrasi gas rumah kaca.  Mengacu pada sejumlah besar hasil penelitian, sebagian besar pakar iklim internasional sepakat dengan kesimpulan bahwa penyebab perubahan iklim sangat terkait dengan aktivitas manusia (anthro-pogenics). Diyakini bahwa aktivitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan komposisi atmosfer bumi berubah, antara lain terjadinya peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca (GRK) yang drastis.[4]

Menurut IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim meungki terjadi karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer atau tata guna lahan.

Pertanian adalah manifestasi kebudayaan/peradaban manusia yang keberadaannya dewasa ini tidak lepas dari sejarah perkembangan kebudayaan/peradaban manusia sejak zaman purbakala. Kegiatan Belajar ini menguraikan tinjauan sejarah perkembangan pertanian di dunia dan sejarah perkembangan pertanian di Indonesia, sehingga pertanian Indonesia menjadi seperti yang ada sekarang. Perkembangan pertanian sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia. Ada baiknya kita mengenal beberapa model pertanian yang berhubungan dengan sejarah manusia. Perkembangan ilmu pertanian terapan yang pesat di negara maju telah menyebabkan terjadinya perbedaan yang makin besar dengan negara-negara sedang berkembang di dalam kemampuan memberi makan penduduknya. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan antara kenaikan efisiensi teknologi pertanian dengan kenaikan jumlah penduduk.[5]

Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian

Perubahan iklim diyakini akan berdampak buruk terhadap berbagai aspek kehidupan dan sektor pembangunan, terutama sektor pertanian dan dikhawatirkan akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi pertanian, terutama tanaman pangan. Pada masa mendatang, pembangunan pertanian akan dihadapkan pada beberapa masalah serius, yaitu: 1) penurunan produktivitas dan pelandaian produksi yang tentunya membutuhkan inovasi teknologi untuk mengatasinya, 2) degradasi sumber daya lahan dan air yang mengakibatkan soil sickness, penurunan tingkat kesuburan, dan pencemaran, 3) variabilitas dan perubahan iklim yang mengakibatkan banjir dan kekeringan, serta 4) alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian.[6]

Perubahan iklim global berdampak nyata pada produksi tanaman pangan. Secara global, perubahan iklim diproyeksikan dapat menurunkan produksi tanaman, terutama di wilayah pertanian yang terletak di lintang rendah akan mengalami dampak negatif. [7] Dampak negatif tersebut dikarenakan wilayah lintang rendah memiliki suhu udara yang berada pada batas toleransi tanaman (di bawah 10 derajat celcius dan di atas 29 derajat celcius). [8]

Perubahan iklim merupakan proses alami yang bersifat tren yang terus-menerus dalam jangka panjang. Oleh karena itu, strategi antisipasi dan penyiapan teknologi adaptasi merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis Kementerian Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan iklim dan mengembangkan pertanian yang tahan (resilience) terhadap perubahan iklim. Besarnya dampak perubahan iklim terhadap pertanian sangat bergantung pada tingkat dan laju perubahan iklim di satu sisi serta sifat dan kelenturan sumber daya dan sistem produksi pertanian di sisi lain. Untuk itu, diperlukan berbagai penelitian dan pengkajian tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap sektor pertanian, baik sumber daya, infrastruktur, maupun sistem usaha tani/agribisnis dan ketahanan pangan nasional.[6]


Referensi

  1. ^ Hadad, Ismid (2010). Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan: Sebuah Pengantar Perubahan Iklim dan Tantangan Peradaban. Jakarta: LP3ES. 
  2. ^ FAO. 2008. Climate Change and Food Security: A Framework Document. Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). Rome.
  3. ^ FAO. 2007. Adaptation to Climate Change in Agriculture, Forestry and Fisheries: Perspective, Framework and Priorities, Interdepartmental Working Group on Climate Change, Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations. Rome.
  4. ^ Trenberth, K. E., J. T. Houughton, and L. G. Meira Filho. 1995.  The Climate System: an Overview In: Climate Change 1995. The Science of Climate Change. Contribution of Working Group I to the Second Assessment Report of The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Cambridge University Press.
  5. ^ Kusmiadi, Edi (2014). "Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian" (PDF). Pengantar Ilmu Pertanian. 
  6. ^ a b Surmaini, Elza., Eleonora Runtunuwu dan Irsal Las (2011). "Upaya Sektor Pertanian dalam Menghadapi Perubahan Iklim" (PDF). Litbang Pertanian. 30 (1). 
  7. ^ Cline, William (2007). "Global Warming and Agriculture: Impact Estimates by Country". Choice Reviews Online. 45 (04): 97–98. 
  8. ^ Rao, G. S. L. H. V Prasada (2008). Agricultural Meteorology. Thrissur: PHI Learning Pvt. hlm. 58–61.