Jalur kereta api Merakurak–Babat: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 53: | Baris 53: | ||
Dalam buku ''Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2'', disebutkan bahwa dimasa awal kemerdekaan Indonesia, Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) mewacanakan untuk mereaktivasi sejumlah jalur kereta api di [[Pulau Jawa]] yang dibongkar Jepang. Salah satu jalur kereta api yang direaktivasi adalah Jalur kereta api Merakurak–Babat segmen Plumpang–Tuban sepanjang 22 km. Reaktivasi tersebut diselesaikan tahun 1945-1946. Bahkan, dalam pelaksanannya seluruh biaya reaktivasi ditanggung oleh rakyat setempat.<ref>{{id}}{{Citebook|title=Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2|location=Bandung|publisher=CV. Angkasa|last1=Nusantara|first1=Tim Telaga Bakti|first2=Asosiasi Pakar|last2=Perkeretaapian|year=1997|page=52-53|ISBN=}}</ref> |
Dalam buku ''Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2'', disebutkan bahwa dimasa awal kemerdekaan Indonesia, Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) mewacanakan untuk mereaktivasi sejumlah jalur kereta api di [[Pulau Jawa]] yang dibongkar Jepang. Salah satu jalur kereta api yang direaktivasi adalah Jalur kereta api Merakurak–Babat segmen Plumpang–Tuban sepanjang 22 km. Reaktivasi tersebut diselesaikan tahun 1945-1946. Bahkan, dalam pelaksanannya seluruh biaya reaktivasi ditanggung oleh rakyat setempat.<ref>{{id}}{{Citebook|title=Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2|location=Bandung|publisher=CV. Angkasa|last1=Nusantara|first1=Tim Telaga Bakti|first2=Asosiasi Pakar|last2=Perkeretaapian|year=1997|page=52-53|ISBN=}}</ref> |
||
Hingga era Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), lintas [[Stasiun Tuban|Tuban]]–[[Stasiun Babat|Babat]] tetap beroperasi normal. Namun pada era [[Perusahaan Jawatan Kereta Api|PJKA]], tepatnya pada 5 Desember 1990 lintas ini kembali dinonaktifkan. Hingga saat ini |
Hingga era Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), lintas [[Stasiun Tuban|Tuban]]–[[Stasiun Babat|Babat]] tetap beroperasi normal. Namun pada era [[Perusahaan Jawatan Kereta Api|PJKA]], tepatnya pada 5 Desember 1990 lintas ini kembali dinonaktifkan. Hingga saat ini tidak ada progres reaktivasi lagi untuk jalur ini. |
||
== Jalur terhubung == |
== Jalur terhubung == |
Revisi per 5 Januari 2020 10.51
Jalur kereta api Merakurak–Babat | |
---|---|
Ikhtisar | |
Jenis | Jalur lintas cabang |
Sistem | Jalur kereta api rel ringan |
Status | Tidak beroperasi |
Terminus | |
Stasiun | 14 |
Operasi | |
Dibangun oleh | Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij |
Dibuka | 1 Agustus 1920 |
Ditutup | 1942 (segmen Merakurak–Plumpang) |
Dibuka kembali | 1945-1946 (segmen Tuban–Plumpang) |
Ditutup kembali | 5 Februari 1990 (segmen Tuban–Babat) |
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia (pemilik aset jalur dan stasiun) |
Operator | Wilayah Aset VIII Surabaya |
Depo |
|
Data teknis | |
Panjang rel | 46,3 km |
Lebar sepur | 1.067 mm (3 ft 6 in) |
Jalur kereta api Merakurak–Babat adalah salah satu jalur kereta api nonaktif yang berada di Jawa Timur; termasuk dalam Wilayah Aset VIII Surabaya. Jalur ini dibangun oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, difungsikan untuk menghubungkan Babat di Kabupaten Lamongan dengan Kabupaten Tuban.
Sejarah
Sejarah jalur ini bermula pada tahun 1915, SJS merencanakan untuk membuka jalur rel dengan rute Lasem–Pamotan–Jatirogo–Bojonegoro, Jenu–Tuban–Babat, dan Ngidon–Rengel–Ponco. Sementara itu, di wilayah selatan belum dibuka jalur kereta api karena masih mengandalkan transportasi air yang relatif murah melalui Sungai Bengawan Solo. Usulan membangun jalur kereta api Lasem–Pamotan–Jatirogo–Bojonegoro dan pengembangan pelabuhan Leran (Lasem) oleh Gongrijp (seorang pakar ekonomi sekaligus residen Rembang) telah menimbulkan perdebatan panjang di Parlemen Belanda. Di satu sisi, Gongrijp ingin memajukan perekonomian Rembang dengan membangun sarana transportasi yang memadai untuk mendukung kegiatan ekonomi rakyat di pedalaman dan industri perkebunan; di sisi lain, usulan itu ditolak karena Rembang dipandang sebagai daerah terbelakang yang tidak banyak menghasilkan barang-barang perdagangan. Pembangunan jalur kereta api dengan biaya yang mahal dianggap tidak akan menguntungkan secara ekonomis.
Aspek ekonomi selalu menjadi pertimbangan utama dalam membuka jaringan rel kereta api yang dilakukan oleh perusahaan kereta api. Pada 1917 NIS mewacanakan untuk membangun rel kereta api yang menghubungkan Bojonegoro–Jatirogo karena dianggap nantinya menguntungkan. Sebaliknya, SJS yang membangun jalur Pamotan-Jatirogo justru malah menghentikan pekerjaannya karena secara ekonomi dianggap tidak menguntungkan dan membatalkan rencana untuk membangun jaringan rel di utara Bengawan Solo yang selanjutnya dikerjakan oleh maskapai NIS.
Di kawasan hutan jati Karesidenan Rembang, sampai dasawarsa kedua abad ke-20 luas jaringan kereta api yang diusahakan oleh perusahaan partikulir NIS dan SJS tetap tidak berubah. Penyambungan jalur cabang yang menghubungkan Bojonegoro–Bojonegoro–Jatirogo dan Babat–Tuban–Merakurak, yang semula akan dikerjakan oleh NIS belum dapat dikerjakan. Salah satu kesulitan yang dihadapi adalah medan kawasan hutan jati yang berbukit dan berkapur. Di samping itu juga meskipun bantalan rel kereta api (kayu jati) mudah diperoleh, bahan material lainnya untuk memadatkan jalan kereta api sulit didapat dan juga karena kondisi tanah yang cukup labil karena sering terjadi pergerakan tanah. Hal inilah yang menyebabkan jalur utara Bengawan Solo sulit dikembangkan. Pembangunan sarana transportasi semakin sulit dilakukan ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1929 dan pemerintah melakukan politik penghematan (bezuinigings-politiek) di berbagai bidang termasuk dalam pembangunan prasarana jalan di Karesidenan Rembang. Sehingga rencana penyambungan jalur cabang Bojonegoro–Jatirogo dengan Babat–Tuban–Merakurak via utara (Merakurak-Jenu terus ke barat sampai Jatirogo) dan via selatan (Ngidon-Rengel-Ponco) gagal dikerjakan.
S.A. Reitsma menyebutkan bahwa jalur kereta api ini merupakan bagian dari program kerja NIS agar masyarakat Tuban dapat menikmati moda kereta api. Oleh karenanya, setelah sukses dengan jalur kereta api Gambringan–Surabaya Pasarturi, dibangunlah jalur-jalur cabangnya, yaitu dari Bojonegoro menuju Jatirogo dan Babat menuju Merak-Oerak (Merakurak). Jalur Merakurak–Babat panjangnya 46 km dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1920.[1][2][3]
Penonaktifan
Dalam riwayatnya, jalur kereta api ini tercatat pernah dinonaktifkan sebanyak dua kali yakni pada tahun 1942[4] dan 1990.
Tercatat dalam buku Het Indische Spoor in Oorlogstijd: de spoor- en tramwegmaatschappijen in Nederlands-Indië in de vuurlinie, 1873-1949, disebutkan bahwa segmen Plumpang–Tuban dibongkar Jepang pada tahun 1942.[4] Hal senada juga tercantum dalam data yang dibuat oleh PT. Kereta Api Indonesia dan dinyatakan bahwa segmen Merakurak–Tuban ditutup pada bulan Agustus 1942. Sementara lintas Tuban–Babat setelah segmen Tuban–Plumpang direaktivasi oleh DKARI tetap beroperasi hingga dinonaktifkan untuk kedua kalinya pada 5 Desember 1990. Berikut adalah data terkait dengan penutupan jalur kereta api di pulau Jawa oleh PT. Kereta Api Indonesia.
Pada tahun 1944, Stasiun Tuban sempat diketahui masih beroperasi. Sebuah bukti masih beroperasinya Stasiun Tuban ditandai dengan adanya cap stempel stasiun dalam surat angkutan barang yang dari Stasiun Tuban menuju Stasiun Surabaya Pasarturi.[5]
Dalam buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2, disebutkan bahwa dimasa awal kemerdekaan Indonesia, Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) mewacanakan untuk mereaktivasi sejumlah jalur kereta api di Pulau Jawa yang dibongkar Jepang. Salah satu jalur kereta api yang direaktivasi adalah Jalur kereta api Merakurak–Babat segmen Plumpang–Tuban sepanjang 22 km. Reaktivasi tersebut diselesaikan tahun 1945-1946. Bahkan, dalam pelaksanannya seluruh biaya reaktivasi ditanggung oleh rakyat setempat.[6]
Hingga era Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), lintas Tuban–Babat tetap beroperasi normal. Namun pada era PJKA, tepatnya pada 5 Desember 1990 lintas ini kembali dinonaktifkan. Hingga saat ini tidak ada progres reaktivasi lagi untuk jalur ini.
Jalur terhubung
Lintas aktif
Lintas nonaktif
Layanan kereta api
Tidak ada layanan yang dijalankan di jalur ini.
Daftar stasiun
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Lintas 19 Merakurak–Babat |
Diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1920 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij Termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya | ||||||
Segmen Merakurak–Plumpang dibongkar Jepang pada tahun 1942 | |||||||
4301 | Merakurak | MKR | Jalan Pemuda, Sambonggede, Merakurak, Tuban | Tidak beroperasi | |||
4302 | Mondokan | MDK | Jalan Letda Sucipto, Mondokan, Tuban, Tuban | Tidak beroperasi | |||
Latsari | Latsari, Tuban, Tuban | km ?? | Tidak beroperasi | ||||
Segmen Tuban–Plumpang direaktivasi oleh DKARI pada tahun 1945-1946 dan kembali nonaktif diera PJKA pada tahun 1990 | |||||||
4303 | Tuban | TN | Jalan Stasiun Tuban, Doromukti, Tuban, Tuban | km 37+498 lintas Babat–Tuban km 0+000 cabang Tuban-Pabrik Kapur Tuban |
+7 m | Tidak beroperasi | |
Trosobo | Kebonsari, Tuban, Tuban | km ?? | Tidak beroperasi | ||||
4304 | Panyuran | PYR | km 33+798 | Tidak beroperasi | |||
4305 | Palang | PAG | km 31+637 | +1 m | Tidak beroperasi | ||
4306 | Dawung | DWG | km ? | Tidak beroperasi | |||
4307 | Kepet | KEP | Jalan Nasional 1/Raya Tuban-Babat, Tunah, Semanding, Tuban | km 24+364 | Tidak beroperasi | ||
4308 | Murosemo | MSO | km 19+056 | Tidak beroperasi | |||
Segmen Plumpang–Babat dinonaktifkan oleh PJKA pada tahun 1990 | |||||||
4309 | Plumpang | PMG | Plumpang, Plumpang, Tuban | km 15+450 | Tidak beroperasi | ||
4311 | Klotok | KOK | Klotok, Plumpang, Tuban | km 8+539 | Tidak beroperasi | ||
4309 | Tangkir | TNR | km 5+018 | Tidak beroperasi | |||
BH 5 Jembatan Cincim (Bengawan Solo) | |||||||
4407 | Babat | BBT | Jalan Stasiun Babat, Babat, Babat, Lamongan | km 160+373 lintas Gundih-Gambringan-Bojonegoro-Surabaya Pasarturi km 0+000 lintas Babat-Tuban km 71+431 lintas Jombang-Ploso-Babat |
+7 m | Beroperasi |
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
4303 | Tuban | TN | Jalan Stasiun Tuban, Doromukti, Tuban, Tuban | km 37+498 lintas Babat–Tuban km 0+000 cabang Tuban–Pabrik Kapur Tuban |
+7 m | Tidak beroperasi | |
- | Pabrik Kapur Tuban | Jalan Gajah Mada, Gedongombo, Semanding, Tuban | Dialihfungsikan menjadi hutan kota | Berkas:Pabrik Kapur Tuban.jpeg | |||
Keterangan:
|
Galeri
-
Bangunan Halte Perambatan sekitar tahun 1920-1925.
-
Foto udara wilayah Tuban oleh Koninlijk Nederlands Indische Lutchvaart Maatschappij (KNILM) yang memperlihatkan daerah Tuban pada 17 Juni 1948. Tampak emplasemen timur, serta dipo lokomotif di pojok kiri bawah foto, dan percabangan menuju eks pabrik pengolahan batu kapur Tuban. Foto ini diambil dari arah selatan.
-
Foto udara Tuban 17 Juni 1948 oleh Koninlijk Nederlands Indische Lutchvaart Maatschappij (KNILM). Foto ini memperlihatkan percabangan rel kereta api dari Stasiun Tuban menuju eks-pabrik pengolahan batu kapur yang biasa disebut Pabrik Kapur Tuban. Foto ini diambil dari arah Utara.
-
Denah dan lokasi pertempuran antara Brigade V/Ronggolawe dan Belanda di Mondokan (ditandai kotak berwarna hitam) sewaktu agresi militer Belanda II yang berada sekitar jalur kereta api nonaktif segmen Merakurak–Tuban yang telah nonaktif di zaman pendudukan jepang.
-
Bekas Jembatan kereta api di segmen Plumpang–Klotok dengan konstruksi baja lengkungnya.
-
Bekas jembatan kereta api di Dusun Kepet, Tunah, Semanding, Tuban.
-
Bekas jembatan kereta api di Ngrayung, ruas Plumpang–Klotok yang dimanfaatkan untuk saluran pipa air bersih.
-
Stasiun Plumpang dengan spanduk kampanye pilgub Jawa Timur.
-
Sisa-sisa potongan rel di Jalur kereta api Merakurak-Babat dengan latar belakang gapura masuk Kabupaten Bojonegoro di perbatasan antara Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro.
-
Rumah sinyal dan emplasemen barat Stasiun Babat serta jalur badug di sebelah kanan yang dulunya adalah bekas percabangan jalur kereta api dari Stasiun Babat menuju Tuban hingga berakhir di Merakurak.
-
Tiga patok perusahaan kereta api dari kiri ke kanan; Perumka, NIS, dan PT. KAI yang dipasang saling berdampingan di areal persawahan Desa Klotok, Plumpang, Tuban.
-
Bekas jembatan kereta api untuk segmen Kepet–Murosemo di Desa Gesing, Semanding, Tuban.
-
Bekas pilar jembatan kereta api untuk segmen Kepet–Morosemo di Desa Gesing, Semanding, Tuban.
-
Wujud Stasiun Palang yang digunakan sebagai gudang peralatan tambak.
-
Bekas jembatan kereta api yang berlokasi di Kelurahan Panyuran, Palang, Tuban.
-
Jembatan kereta api Cincim dari bawah jembatan di sisi utara.
Referensi
- ^ Teeuwen, Dirk. "Trains in Dutch East-Indies[1], a fascination.pdf" (PDF). www.indonesia-dutchcolonialheritage.nl. Diakses tanggal 2018-09-03.
- ^ Arsip Nasional RI (1977). Memori Serah Jabatan, 1921-1930: Jawa Tengah. Jakarta: Arsip Nasional RI. hlm. 85.
- ^ Reitsma, S. A. (1920). Indische spoorweg-politiek. Landsdrukkerij.
- ^ a b Bruin, Jan de (2003). Het Indische Spoor in Oorlogstijd: de spoor- en tramwegmaatschappijen in Nederlands-Indië in de vuurlinie, 1873-1949. Uquilair B.V.
- ^ "TOEBAN 764, Lijn 50 Babat - Merak Oerak". www.studiegroepzwp.nl. Diakses tanggal 2018-10-13.
- ^ (Indonesia)Nusantara, Tim Telaga Bakti; Perkeretaapian, Asosiasi Pakar (1997). Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2. Bandung: CV. Angkasa. hlm. 52-53.
- ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
- ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.
- ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
- ^ Perusahaan Jawatan Kereta Api. Stasiun KA, Singkatan dan Jarak.
- ^ Wieringa, A. (1916). Beknopt Aadrijkskundig Woordenboek van Nederlandsch-Indie. 's Gravenhage.