Saṅgha Theravāda Indonesia: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{rapikan|date=2011}}{{paragraf_pembuka|date=2011}} |
{{rapikan|date=2011}}{{paragraf_pembuka|date=2011}} |
||
'''Sangha Theravada Indonesia''' mulai terbentuk pada sore hari di tanggal 23 Oktober 1976, bertempat di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah Putih), Semarang, 5 orang Bhikkhu dan tokoh umat yaitu Bhikkhu Aggabalo, Bhikkhu Khemasarano, Bhikkhu Sudhammo, Bhikkhu Khemiyo, serta Bhikkhu Nanavutto dan juga beberapa tokoh umat, yaitu Bapak Suratin MS, Bapak Mochtar Rasyid, dan Ibu Supangat mengadakan pertemuan untuk membahas pembinaan umat oleh para Bhikkhu sesuai dengan perintah Sang Buddha kepada para bhikkhu yang dikirim sebagai dhammaduta pertama (yaitu 60 bhikkhu arahat, lihat Vinaya Pitaka IV) ke berbagai penjuru adalah untuk membabarkan dhamma. |
''' Sangha Theravada Indonesia''' mulai terbentuk pada sore hari di tanggal 23 Oktober 1976, bertempat di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah Putih), Semarang, 5 orang Bhikkhu dan tokoh umat yaitu Bhikkhu Aggabalo, Bhikkhu Khemasarano, Bhikkhu Sudhammo, Bhikkhu Khemiyo, serta Bhikkhu Nanavutto dan juga beberapa tokoh umat, yaitu Bapak Suratin MS, Bapak Mochtar Rasyid, dan Ibu Supangat mengadakan pertemuan untuk membahas pembinaan umat oleh para Bhikkhu sesuai dengan perintah Sang Buddha kepada para bhikkhu yang dikirim sebagai dhammaduta pertama (yaitu 60 bhikkhu arahat, lihat Vinaya Pitaka IV) ke berbagai penjuru adalah untuk membabarkan dhamma. |
||
Berdasarkan pertimbangan di atas dan dengan dorongan keyakinan kepada [[Tiratana]], maka dibentuklah SANGHA THERAVADA INDONESIA di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah Putih), Semarang; pada tanggal 23 Oktober 1976. Adapun para bhikkhu yang mencetuskan gagasan dan membentuk Sangha Theravada Indonesia. |
Berdasarkan pertimbangan di atas dan dengan dorongan keyakinan kepada [[Tiratana]], maka dibentuklah SANGHA THERAVADA INDONESIA di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah Putih), Semarang; pada tanggal 23 Oktober 1976. Adapun para bhikkhu yang mencetuskan gagasan dan membentuk Sangha Theravada Indonesia. |
Revisi per 24 Januari 2020 18.41
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. (2011) |
Sangha Theravada Indonesia mulai terbentuk pada sore hari di tanggal 23 Oktober 1976, bertempat di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah Putih), Semarang, 5 orang Bhikkhu dan tokoh umat yaitu Bhikkhu Aggabalo, Bhikkhu Khemasarano, Bhikkhu Sudhammo, Bhikkhu Khemiyo, serta Bhikkhu Nanavutto dan juga beberapa tokoh umat, yaitu Bapak Suratin MS, Bapak Mochtar Rasyid, dan Ibu Supangat mengadakan pertemuan untuk membahas pembinaan umat oleh para Bhikkhu sesuai dengan perintah Sang Buddha kepada para bhikkhu yang dikirim sebagai dhammaduta pertama (yaitu 60 bhikkhu arahat, lihat Vinaya Pitaka IV) ke berbagai penjuru adalah untuk membabarkan dhamma.
Berdasarkan pertimbangan di atas dan dengan dorongan keyakinan kepada Tiratana, maka dibentuklah SANGHA THERAVADA INDONESIA di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah Putih), Semarang; pada tanggal 23 Oktober 1976. Adapun para bhikkhu yang mencetuskan gagasan dan membentuk Sangha Theravada Indonesia.
Sangha Theravada Indonesia dibentuk oleh para bhikkhu yang bukan anggota dari Sangha yang sudah ada di Indonesia pada waktu itu. Dari kelima Bhikkhu itu hanya Bhikkhu Khemasarano yang merupakan Bhikkhu dari Sangha yang sudah ada, dan sudah menyatakan keluar.
Bhikkhu Aggabalo diangkat menjadi Sekretaris jenderal yang pertama dalam Sangha Theravada Indonesia.
Kepemimpinan Sangha Theravada Indonesia ditangani oleh Dewan Pimpinan Sangha (Karaka Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia.
Perkembangan STI
Tahun 1977 Bhikkhu Pannavaro dan Bhikkhu Subalaratano di-upasampada menjadi bhikkhu di Bangkok. Setelah kembali di tanah air, Bhikkhu Pannavaro menjadi Wakil Sekretaris Jenderal Sangha Theravada Indonesia pada tahun 1978.
Pada bulan Januari 1979, Bhikkhu Girirakkhito Thera secara resmi menjadi anggota Sangha Theravada Indonesia.
Tahun 1980 Bhikkhu Pannavaro menggantikan Bhikkhu Aggabalo menjadi Sekretaris Jenderal kedua Sangha Theravada Indonesia. Sedangkan Wakil Sekretaris Jenderal adalah Bhikkhu Khemasarano.
Pada tanggal 19 November 1988 diadakan Pasamuan III/1988 Sangha Theravada Indonesia di Vihara Mendut, Magelang, yang dihadiri 14 bhikkhu peserta, salah satu keputusannya adalah perubahan kepemimpinan Sanigha Theravada Indonesia. Dibentuk Karaka Sangha Sabha (Dewan Pimpinan Sangha) Sangha Theravada Indonesia.
Susunan Karaka Sangha Sabha (Dewan Pimpinan Sangha) Sangha Theravada Indonesia, sebagai berikut:
1. Sangha Anusasanacariya (Penasehat): Girirakkhito Mahathera 2. Sanghanayaka (Ketua Umum): Sri Paññavaro Thera 3. Anu Sanghanayaka I (Wakil Ketua I dan Vinaya): Sukhemo Thera 4. Anu Sanghanayaka II (Wakil Ketua II): Khemasarano Thera 5. Anu Sanghanayaka III (Wakil Ketua III): Girirakkhito Mahathera 6. Sekretaris Jendral: Subalaratano Thera 7. Asisten Sekretaris Jendral: Bhikkhu Jotidhammo
Pasamuan Sangha Theravada Indonesia Tahun 1989, di Brahmavihara Arama, Banjar, Singaraja, pada tanggal 25 November 1989, yang dihadiri 14 bhikkhu peserta, memutuskan perubahan istilah Anu Sanghanayaka menjadi Upa Sanghanayaka, dan mengubah Asisten Sekretaris Jenderal menjadi Wakil Sekretaris Jenderal.
Pasamuan Agung (Maha Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 1992, di Vihara Buddha Gaya, Watugong, Semarang, pada tanggal 27 November 1992, yang dihadiri 16 bhikkhu peserta, 1 bhikkhu peninjau, dan 1 bhikkhu Sanghanayaka, mengangkat Cittasanto Thera sebagai Upa Sanghanayaka (Wakil Ketua Umum) III.
Pasamuan Agung (Maha Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 1994, di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jakarta Utara, pada tanggal 18 November 1994, yang dihadiri 15 bhikkhu peserta dan 3 bhikkhu peninjau, mengangkat Bhikkhu Thitaketuko sebagai Upa Sanghanayaka (Wakil Ketua Umum) III.
Pasamuan Agung (Maha Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 1995, di Saung Paramita, Ciapus, Bogor, pada tanggal 4 November 1995, yang dihadiri 15 bhikkhu peserta, 5 bhikkhu peninjau, dan 1 bhikkhu Sanghanayaka, mengangkat Khemasarano Mahathera sebagai Sangha Anusasanacariya (Penasihat), dan Subalaratano Thera menjadi Upa Sanghanayaka (Wakil Ketua Umum) II. Sedangkan Bhikkhu Jotidhammo menjadi Sekretaris Jenderal.
Rapat Pimpinan I/1999 Sangha Theravada Indonesia di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jakarta Utara, pada tanggal 2 April 1999, mengangkat Bhikkhu Suddhimano sebagai Wakil Sekretaris Jenderal.
Rapat Pimpinan III/1999 Sangha Theravada Indonesia di Saung Nini, Cianjur, pada tanggal 11 Desember 1999, mengangkat Bhikkhu Cittagutto sebagai Wakil Sekretaris Jenderal menggantikan Bhikkhu Suddhimano.
Pasamuan Agung (Maha Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 1999 di Saung Nini, Cianjur, pada tanggal 11 Desember 1999, yang dihadiri 22 bhikkhu peserta, 4 bhikkhu peninjau, dan 1 bhikkhu Sainghanayaka, memutuskan restrukturisasi lembaga Sangha Theravada Indonesia. Struktur lembaga Saingha Theravada Indonesia yang baru mulai berlaku pada Pasamuan Agung (Maha Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 2000.
Pasamuan Agung (Maha Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 2000 di Panti Semadi Balerejo, Blitar, pada tanggal 26 Juni 2000, yang dihadiri 26 bhikkhu peserta,dan 1 bhikkhu Sanghanayaka, memutuskan pengangkatan:
A. Dewan Sesepuh (Thera Samagama) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2000 – 2005, terdiri:
1. Sri Pannavaro Mahathera (Kepala Sangha /Mahanayaka) 2. Sukhemo Mahathera (Wakil Kepala Sangha /Upa Mahanayaka) 3. Sri Subalaratano Mahathera 4. Khantidharo Thera 5. Thitaketuko Thera
B. Dewan Pimpinan (Karaka Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2000 – 2003, terdiri:
1. Ketua Umum (Sanghanayaka): Dhammasubho Thera 2. Wakil Ketua Umum (Upa Sanghanayaka): Uttamo Thera
Rapat Pimpinan 11/2000 Sangha Theravada Indonesia di Panti Semadi Balerejo, Blitar, pada tanggal 27 Juni 2000, mengangkat:
1. Sekretaris Jendral: Jotidhammo Thera 2. Wakil Sekretaris Jendral: Bhikkhu Cittagutto 3. Kepala Badan Pemeriksa Sanghadana: Bhikkhu Atimedho 4. Wakil Kepala Badan Pemeriksa Sanghadana: Bhikkhu Suddhimano 5. Koordinator Padesa Nayaka Wilayah Indonesia Barat: Bhikkhu Vijito 6. Koordinator Padesa Nayaka Wilayah Indonesia Tengah: Jagaro Thera 7. Koordinator Padesa Nayaka Indonesia Timur: Bhikkhu Suddhimano 8. Ketua Bidang Vinaya (Adhikarana Nayaka): Sukhemo Mahathera 9. Wakil Ketua Bidang Vinaya (Upa Adikarana Nayaka): Saddhaviro Thera
Rapat Pimpinan I/2002 Sangha Theravada Indonesia di Padepokan Dhammadipa Arama, Batu, pada tanggal 3 Maret 2002, mengangkat Subhapanno Thera sebagai Koordinator Padesa Nayaka Wilayah Indonesia Timur.
Pesamuan Agung (Maha Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 2003, di Vihara Dhammasoka, Banjarmasin, pada tanggal 17 Juni 2003, yang dihadiri 34 bhikkhu peserta, 6 bhikkhu peninjau, dan 2 bhikkhu Sanghanayaka/Upa Sanghanayaka, memutuskan pengangkatan:
Dewan Pimpinan (Karaka Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia masa ‘pengabdian tahun 2003 – 2006, terdiri:
1. Ketua Umum (Sanghanayaka): Dhammasubho Thera 2. Wakil Ketua Umum (Upa Sanghanayaka): Jotidhammo Thera 3. Sekretaris Jendral: Subhapanno Thera 4. Wakil Sekretaris Jendral: Bhikkhu Dhammakaro 5. Wakil Sekretaris Jendral: Bhikkhu Cittagutto 6. Kepala Badan Pemeriksa Sanghadana: Bhikkhu Vijito 7. Koordinator Padesa Nayaka Wilayah Indonesia Timur: Saddhaviro Thera 8. Koordinator Padesa Nayaka Wilayah Indonesia Tengah: Jagaro Thera 9. Koordinator Padesa Nayaka Wilayah Indonesia Barat: Atimedho Thera 10.Ketua Bidang Vinaya (Adhikarana Nayaka): Sukhemo Mahathera 11.Wakil Ketua Bidang Vinaya (Upa Adhikarana Nayaka): Uttamo Thera
Persamuhan Agung (Maha Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 2005 di Saung Paramita, Ciapus, Bogor, pada tanggal 11 Juni 2005, yang dihadiri 31 bhikkhu peserta, 6 bhikkhu peninjau, dan 2 bhikkhu peninjau khusus (Sanghanayaka / Upa Sarighanayaka), memutuskan:
A. Pengangkatan Dewan Sesepuh (Thera Samagama) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2005 – 2010, terdiri dari:
1. Sukhemo Mahathera (Ketua / Mahanayaka) 2. Sri Subalaratano Mahathera (Wakil Ketua / Upa Mahanayaka) 3. Sri Pannavaro Mahathera 4. Uttamo Thera 5. Khantidharo Thera 6. Thitaketuko Thera 7. Urudha Dhammapiyo Thera
B. Membentuk tim penyempurnaan struktur organisasi Sangha Theravada Indonesia untuk membuat rancangan struktur organisasi yang baru dan akan disahkan dalam Persamuhan Agung Sangha Theravada Indonesia Tahun 2006.
Rapat Pimpinan 11/2005 Sangha Theravada Indonesia di Saung Paramita, Ciapus, Bogor, pada tanggal 13 Juni 2005, mengangkat:
Kepala Badan Sanghadana: Bhikkhu Dhammakaro Wakil Kepala Badan Sanghadana: Bhikkhu Cittanando
Sidang Persamuhan Agung (Mahasanghasabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 2006, di Brahmavihara Arama, Banjar, Singaraja, pada tanggal 10 Juni 2006, yang dihadiri 32 bhikkhu peserta, 8 bhikkhu peninjau, dan 2 bhikkhu peninjau khusus (Sanghanayaka /Upa Sanghanayaka), memutuskan: amendemen Piagam Sangha Theravada Indonesia, dan amendemen struktur organisasi Sangha Theravada Indonesia.
Sidang Persamuhan Agung (Mahasanghasabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 2006, di Brahmavihara Arama, Banjar, Singaraja, pada tanggal 10 Juni 2006, mengangkat:
A. Kepala Sangha (Sanghapamokha): Sri Pannavaro Mahathera B. Wakil Kepala Sangha (Upa Sanghapamokha): Sri Subalaratano Mahathera
Masa pengabdian Kepala Sangha dan Wakil Kepala Sangha Persamuhan Agung Sangha Theravada Indonesia sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
C. Ketua Dewan Sesepuh (Theranayaka): Dhammasubho Thera D. Ketua Umum Dewan Pimpinan (Sanghanayaka): Jotidhammo Thera E. Ketua Dewan Kehormatan (Adhikarananayaka): Sukhemo Mahathera
Masa pengabdian Ketua Dewan Sesepuh, Ketua Umum Dewan Pimpinan, Ketua Dewan Kehormatan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
Sidang Persamuhan Agung (Mahasanghasabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 2006, di Brahmavihara Arama, Banjar, Singaraja, pada tanggal 10 Juni 2006, mengukuhkan:
A. Dewan Sesepuh (Therasamagama) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2006 – 2011:
1. Ketua Dewan Sesepuh (Theranayaka): Dhammasubho Thera 2. Wakil Ketua Dewan Sesepuh (Upa Theranayaka): Dhammavijayo Mahathera 3. Anggota: Jagaro Thera 4. Anggota: Urudha Dhammapiyo Thera 5. Anggota: Viriyadharo Thera
B. Dewan Pimpinan (Karakasanghasabha) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2006 – 2011:
1. Ketua Umum (Sanghanayaka): Jotidhammo Thera 2. Ketua Bidang Sosial Budaya (Upa Sanghanayaka): Saddhaviro Thera 3. Ketua Bidang Pendidikan (Upa Sanghanayaka): Subhapanno Thera 4. Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga (Upa Sanghanayaka): Dhammakaro Thera 5. Sekretaris I: Bhikkhu Cittagutto 6. Sekretaris II: Bhikkhu Abhayanando 7. Pengelola Sanghadana I: Cittanando Thera 8. Pengelola Sanghadana II: Bhikkhu Cattamano
C. Dewan Kehormatan (Adhikaranasabha) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2006 – 2011; pada tanggal 7 Agustus 2006 Kepala Sangha Persamuhan Agung Saingha Theravada Indonesia mengangkat Atimedho Thera sebagai Wakil Ketua Dewan Kehormatan, dan Cittanando Thera sebagai anggota Dewan Kehormatan Sangha Theravada Indonesia:
1. Ketua Dewan Kehormatan (Adhikarananayaka): Sukhemo Mahathera 2. Wakil Ketua Dewan Kehormatan (Upa Adhikarananayaka): Atimedho Thera 3. Anggota: Candakaro Thera 4. Anggota: Suvijano Thera 5. Anggota: Cittanando Thera
Sampai dengan tanggal 23 Oktober 2006, tatkala Sangha Theravada Indonesia telah mempersembahkan pengabdian Dhamma di bumi pertiwi selama 30 tahun, terdapat 54 bhikkhu yang memiliki pengabdian bersama dalam Sangha Theravada Indonesia. Beberapa bhikkhu telah wafat meninggalkan Sangha Theravada Indonesia, beberapa bhikkhu juga telah meninggalkan Saingha Theravada Indonesia kembali menjadi perumahtangga, meskipun demikian tidak ada bhikkhu yang meninggalkan Sangha Theravada Indonesia karena menjadi anggota organisasi Sangha lain. Beberapa bhikkhu Sangha Theravada Indonesia juga masih menimba pengetahuan dan pengalaman dengan belajar Dhammavinaya serta berlatih meditasi di luar negeri. Sangha Theravada Indonesia telah melampaui masa demi masa kepemimpinan yang masing-masing berjasa memberi corak kualitas budaya persamuhan petapa Buddhis yang memegang teguh Dhammavinaya serta menjunjung kepribadian Nasional di tengah-tengah kehidupan zaman yang makin berkembang.