Rakai Garung: Perbedaan antara revisi
Naval Scene (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Naval Scene (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{refimprove}} |
{{refimprove}} |
||
'''Rakai Garung''' adalah raja [[Kerajaan Mataram Kuno]] dari [[Wangsa Sanjaya]] yang berkuasa di [[Kerajaan Medang]] antara tahun |
'''Rakai Garung''' adalah raja [[Kerajaan Mataram Kuno]] dari [[Wangsa Sanjaya]] yang berkuasa di [[Kerajaan Medang]] antara tahun 828 sampai dengan 847. Dalam [[Prasasti Mantyasih]], nama gelarnya ialah '''Sri Maharaja Rakai Garung'''.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=YlBsbH0AX6gC&pg=PA16&dq=Mantyasih+Sri+Maharaja+Rakai+Garung&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiEmt61-rTnAhX873MBHYrUCJU4ChDoAQgoMAA#v=onepage&q=Mantyasih%20Sri%20Maharaja%20Rakai%20Garung&f=false|title=Sejarah: Untuk kelas 2 SMA|last=Mustopo|first=M. Habib|date=2005|publisher=Yudhistira|isbn=978-979-676-707-6|language=id}}</ref> |
||
Prasasti |
Prasasti tertua yang dikeluarkan Rakai Garung ialah [[Prasasti Pengging]] (819).<ref name=":0">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=BdFqDwAAQBAJ&pg=PA216&dq=rakarayan+garung&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwim7p3G9rTnAhV77nMBHe6rBasQuwUILjAA#v=onepage&q=rakarayan%20garung&f=false|title=Sriwijaya|last=Muljana|first=Prof Dr Slamet|date=2006-01-01|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=978-979-8451-62-1|language=id}}</ref> Dalam prasasti ini, namanya disebut sebagai '''Rakaryan i Garung,''' dan belum bergelar ''Sri Maharaja''.<ref name=":0" /> Diduga ia adalah pejabat tinggi sebelum naik tahta, serta ada kemungkinan masih berkerabat dengan raja sebelumnya.<ref name=":1">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=UE5nDwAAQBAJ&pg=PA312&dq=Rakai+Garung+Wanua+Tengah+III&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjtvYmS-7TnAhWQyDgGHbKUAj4QuwUILTAA#v=onepage&q=Rakai%20Garung%20Wanua%20Tengah%20III&f=false|title=MATA AIR PERADABAN ; Dua Milenium Wonosobo|last=Arif|first=H. A. Kholiq|date=2010-01-01|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=978-979-25-5331-4|language=id}}</ref> |
||
Dalam [[Prasasti Wanua Tengah III]] (908), ia disebutkan menjadi raja menggantikan [[Dyah Gula]], dan setelahnya digantikan [[Rakai Pikatan]]. Menurut prasasti itu, ia adalah anak dari ''Sang lumah i Tuk'', artinya seseorang (bangsawan/raja) yang dimakamkan di Tuk.<ref name=":1" /> Disebutkan pula bahwa Rakai Garung mengembalikan status ''sima'' (desa perdikan) Wanua Tengah setelah sempat dicabut oleh raja sebelumnya.<ref name=":1" /> |
|||
⚫ | |||
== Penyamaan dengan Pu Palar == |
|||
⚫ | [[Johannes Gijsbertus de Casparis|De Casparis]] menyamakan Rakai Garung dengan tokoh Dang Karayan Partapan Pu Palar yang tertulis di [[Prasasti Gandasuli]] <ref>R. Soekmono. ''The Javanese Candi: Function and Meaning.'' EJ Bril. 1995</ref> Di prasasti itu, Dang Karayan lah yang mengadakan upacara [[sima]]. Nama Pu Palar juga ditemukan dalam [[Prasasti Karangtengah]], bersamaan dengan [[Pramodawardhani]] dan [[Samaratungga]]. Putri Pramodhawardhani dianggap sama dengan Sri Kaluhunnan. Oleh karena itu, de Casparis menganggap bahwa Pramodawardhani adalah menantu Rakai Garung yang menikah dengan Rakai Pikatan. |
||
Beda lagi pendapat dari [[Slamet Muljana]]. Ia menganggap bahwa Rakai Garung adalah Samaratungga. Rakai Garung tidak sama dengan Dang Karayân Partâpan Pu Plâr.<ref>Sriwijaya. Slamet Muljana. LKiS. 2006</ref> Alasannya, Dang Karayân cuma memiliki gelar ''haji'' (raja kecil), bukan maharaja. Sementara Rakai Garung disebutkan memiliki gelar Maharaja. |
Beda lagi pendapat dari [[Slamet Muljana]]. Ia menganggap bahwa Rakai Garung adalah Samaratungga. Rakai Garung tidak sama dengan Dang Karayân Partâpan Pu Plâr.<ref>Sriwijaya. Slamet Muljana. LKiS. 2006</ref> Alasannya, Dang Karayân cuma memiliki gelar ''haji'' (raja kecil), bukan maharaja. Sementara Rakai Garung disebutkan memiliki gelar Maharaja. |
Revisi per 3 Februari 2020 10.20
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Rakai Garung adalah raja Kerajaan Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya yang berkuasa di Kerajaan Medang antara tahun 828 sampai dengan 847. Dalam Prasasti Mantyasih, nama gelarnya ialah Sri Maharaja Rakai Garung.[1]
Prasasti tertua yang dikeluarkan Rakai Garung ialah Prasasti Pengging (819).[2] Dalam prasasti ini, namanya disebut sebagai Rakaryan i Garung, dan belum bergelar Sri Maharaja.[2] Diduga ia adalah pejabat tinggi sebelum naik tahta, serta ada kemungkinan masih berkerabat dengan raja sebelumnya.[3]
Dalam Prasasti Wanua Tengah III (908), ia disebutkan menjadi raja menggantikan Dyah Gula, dan setelahnya digantikan Rakai Pikatan. Menurut prasasti itu, ia adalah anak dari Sang lumah i Tuk, artinya seseorang (bangsawan/raja) yang dimakamkan di Tuk.[3] Disebutkan pula bahwa Rakai Garung mengembalikan status sima (desa perdikan) Wanua Tengah setelah sempat dicabut oleh raja sebelumnya.[3]
Penyamaan dengan Pu Palar
De Casparis menyamakan Rakai Garung dengan tokoh Dang Karayan Partapan Pu Palar yang tertulis di Prasasti Gandasuli [4] Di prasasti itu, Dang Karayan lah yang mengadakan upacara sima. Nama Pu Palar juga ditemukan dalam Prasasti Karangtengah, bersamaan dengan Pramodawardhani dan Samaratungga. Putri Pramodhawardhani dianggap sama dengan Sri Kaluhunnan. Oleh karena itu, de Casparis menganggap bahwa Pramodawardhani adalah menantu Rakai Garung yang menikah dengan Rakai Pikatan.
Beda lagi pendapat dari Slamet Muljana. Ia menganggap bahwa Rakai Garung adalah Samaratungga. Rakai Garung tidak sama dengan Dang Karayân Partâpan Pu Plâr.[5] Alasannya, Dang Karayân cuma memiliki gelar haji (raja kecil), bukan maharaja. Sementara Rakai Garung disebutkan memiliki gelar Maharaja.
Referensi
- ^ Mustopo, M. Habib (2005). Sejarah: Untuk kelas 2 SMA. Yudhistira. ISBN 978-979-676-707-6.
- ^ a b Muljana, Prof Dr Slamet (2006-01-01). Sriwijaya. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-8451-62-1.
- ^ a b c Arif, H. A. Kholiq (2010-01-01). MATA AIR PERADABAN ; Dua Milenium Wonosobo. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-25-5331-4.
- ^ R. Soekmono. The Javanese Candi: Function and Meaning. EJ Bril. 1995
- ^ Sriwijaya. Slamet Muljana. LKiS. 2006
Didahului oleh: Dyah Gula |
Raja Mataram
(Wangsa Sanjaya) |
Diteruskan oleh: Rakai Pikatan |