Lompat ke isi

Rakai Garung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 6: Baris 6:
Dalam [[Prasasti Wanua Tengah III]] (908), ia adalah raja setelah [[Dyah Gula]] dan sebelum [[Rakai Pikatan]].<ref name=":2" /> Menurut prasasti itu, ia adalah anak dari ''Sang lumah i Tuk'', artinya seseorang (bangsawan/raja) yang dimakamkan di Tuk.<ref name=":1" /> Disebutkan bahwa Rakai Garung mengembalikan status ''[[sima]]'' (desa perdikan) Wanua Tengah yang pernah dicabut oleh raja sebelumnya.<ref name=":1" />
Dalam [[Prasasti Wanua Tengah III]] (908), ia adalah raja setelah [[Dyah Gula]] dan sebelum [[Rakai Pikatan]].<ref name=":2" /> Menurut prasasti itu, ia adalah anak dari ''Sang lumah i Tuk'', artinya seseorang (bangsawan/raja) yang dimakamkan di Tuk.<ref name=":1" /> Disebutkan bahwa Rakai Garung mengembalikan status ''[[sima]]'' (desa perdikan) Wanua Tengah yang pernah dicabut oleh raja sebelumnya.<ref name=":1" />
== Hubungan dengan Pu Palar ==
== Hubungan dengan Pu Palar ==
[[Johannes Gijsbertus de Casparis|De Casparis]] menyamakan Rakai Garung dengan tokoh Dang Karayan Partapan Pu Palar yang tertulis di [[Prasasti Gandasuli]] (832)<ref>R. Soekmono. ''The Javanese Candi: Function and Meaning.'' EJ Bril. 1995</ref> Di prasasti itu, Dang Karayan lah yang mengadakan upacara ''[[sima]]''. Nama Pu Palar ditemukan dalam [[Prasasti Karangtengah]] (824), bersamaan dengan [[Pramodawardhani]] dan [[Samaratungga]]. Putri Pramodhawardhani dianggap sama dengan Sri Kaluhunnan. Oleh karena itu, de Casparis menganggap bahwa Pramodawardhani adalah menantu Rakai Garung yang menikah dengan Rakai Pikatan.
[[Johannes Gijsbertus de Casparis|De Casparis]] menyamakan Rakai Garung dengan tokoh Dang Karayan Partapan Pu Palar yang tertulis di [[Prasasti Gandasuli]] (832)<ref name=":3">R. Soekmono. ''The Javanese Candi: Function and Meaning.'' EJ Bril. 1995</ref> Di prasasti itu, Dang Karayan lah yang mengadakan upacara ''[[sima]]''.<ref name=":3" /> Nama Pu Palar ditemukan dalam [[Prasasti Karangtengah]] (824), bersamaan dengan [[Pramodawardhani]] dan [[Samaratungga]]<ref name=":4">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=kThUuw1KGf0C&pg=PA49&dq=rakai+garung+de+casparis&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjl3fyLmrXnAhX8zDgGHfNtB8wQuwUILjAA#v=onepage&q=rakai%20garung%20de%20casparis&f=false|title=Handbook of Oriental Studies|last=Iongh|first=R. C. de|date=1977|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-04918-5|language=en}}</ref>. Putri Pramodhawardhani dianggap sama dengan Sri Kaluhunnan.<ref name=":4" /> Oleh karena itu, de Casparis menganggap bahwa Pramodawardhani adalah menantu Rakai Garung yang menikah dengan Rakai Pikatan.<ref name=":4" />


[[Slamet Muljana]] menyamakan Rakai Garung dengan Samaratungga, dan bukannya dengan Dang Karayân Partâpan Pu Palar.<ref name=":0" /> Hal tersebut karena Dang Karayân cuma memiliki gelar ''haji'' (raja kecil), bukan ''maharaja''.<ref name=":0" />
[[Slamet Muljana]] menyamakan Rakai Garung dengan Samaratungga, dan bukannya dengan Dang Karayân Partâpan Pu Palar.<ref name=":0" /> Hal tersebut karena Dang Karayân cuma memiliki gelar ''haji'' (raja kecil), bukan ''maharaja''.<ref name=":0" />

Revisi per 3 Februari 2020 10.48

Rakai Garung adalah raja Kerajaan Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya yang berkuasa di Kerajaan Medang antara tahun 828 sampai dengan 847.[1] Dalam Prasasti Mantyasih, nama gelarnya ialah Sri Maharaja Rakai Garung.[2]

Prasasti tertua yang dikeluarkan Rakai Garung ialah Prasasti Pengging (819).[3] Dalam prasasti ini, namanya disebut sebagai Rakaryan i Garung, dan masih belum bergelar Sri Maharaja.[3] Diduga ia adalah pejabat tinggi sebelum naik tahta, serta ada kemungkinan masih berkerabat dengan raja sebelumnya.[4]

Dalam Prasasti Wanua Tengah III (908), ia adalah raja setelah Dyah Gula dan sebelum Rakai Pikatan.[1] Menurut prasasti itu, ia adalah anak dari Sang lumah i Tuk, artinya seseorang (bangsawan/raja) yang dimakamkan di Tuk.[4] Disebutkan bahwa Rakai Garung mengembalikan status sima (desa perdikan) Wanua Tengah yang pernah dicabut oleh raja sebelumnya.[4]

Hubungan dengan Pu Palar

De Casparis menyamakan Rakai Garung dengan tokoh Dang Karayan Partapan Pu Palar yang tertulis di Prasasti Gandasuli (832)[5] Di prasasti itu, Dang Karayan lah yang mengadakan upacara sima.[5] Nama Pu Palar ditemukan dalam Prasasti Karangtengah (824), bersamaan dengan Pramodawardhani dan Samaratungga[6]. Putri Pramodhawardhani dianggap sama dengan Sri Kaluhunnan.[6] Oleh karena itu, de Casparis menganggap bahwa Pramodawardhani adalah menantu Rakai Garung yang menikah dengan Rakai Pikatan.[6]

Slamet Muljana menyamakan Rakai Garung dengan Samaratungga, dan bukannya dengan Dang Karayân Partâpan Pu Palar.[3] Hal tersebut karena Dang Karayân cuma memiliki gelar haji (raja kecil), bukan maharaja.[3]

Referensi

  1. ^ a b Dwiyanto, Djoko. 1986. Pengamatan terhadap Data Kesejarahan dari Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Dalam PIA IV (IIa). Jakarta: Pulit Arkenas, h. 92-110.
  2. ^ Mustopo, M. Habib (2005). Sejarah: Untuk kelas 2 SMA. Yudhistira. ISBN 978-979-676-707-6. 
  3. ^ a b c d Muljana, Prof Dr Slamet (2006-01-01). Sriwijaya. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-8451-62-1. 
  4. ^ a b c Arif, H. A. Kholiq (2010-01-01). MATA AIR PERADABAN ; Dua Milenium Wonosobo. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-25-5331-4. 
  5. ^ a b R. Soekmono. The Javanese Candi: Function and Meaning. EJ Bril. 1995
  6. ^ a b c Iongh, R. C. de (1977). Handbook of Oriental Studies (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-04918-5. 
Didahului oleh:
Dyah Gula
Raja Mataram

(Wangsa Sanjaya)
828—847

Diteruskan oleh:
Rakai Pikatan