Maritam: Perbedaan antara revisi
←Membuat halaman berisi ''''Maritam''' (Naphelium Ramboutanake Leenh) merupakan buah khas dari Pulau Kalimantan. Bentuk buah maritam ini mirip dengan buah rambutan namun memiliki kulit...' |
Menambah Referensi |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Maritam''' (Naphelium Ramboutanake Leenh) merupakan buah khas dari Pulau [[Kalimantan]]. Bentuk buah maritam ini mirip dengan buah [[rambutan]] namun memiliki kulit yang berbeda. Rambutan memiliki tonjolan berupa rambut, sedangkan maritam memiliki tonjolan seperti duri tumpul. Warna kulit buah maritam saat sudah masak berwarna merah hati. Rasa buah maritam ini |
'''Maritam''' (Naphelium Ramboutanake Leenh) merupakan buah khas dari Pulau [[Kalimantan]]. Bentuk buah maritam ini mirip dengan buah [[rambutan]] namun memiliki kulit yang berbeda. Rambutan memiliki tonjolan berupa rambut, sedangkan maritam memiliki tonjolan seperti duri tumpul. Warna kulit buah maritam saat sudah masak berwarna merah hati. Rasa buah maritam ini cenderunRg hambar, agak manis cenderung masam. Jika dibandinkan dengan rambutan, besar buah maritam ini hampir sama. Daging buah maritam berwarna putih yang menempel pada biji buahnya sehingga sulit lepas ketika dimakan. |
||
Masyarakat [[Suku Banjar|suku banjar]] disebut maritam karena tanaman ini mirip buah rambutan dan berwarna merah kehitaman. Sedang penduduk [[Suku Dayak|suku dayak]] Kalimantan Tengah menyebut buah ini dengan nama [[tenggaring]]. |
Masyarakat [[Suku Banjar|suku banjar]] disebut maritam karena tanaman ini mirip buah rambutan dan berwarna merah kehitaman. Sedang penduduk [[Suku Dayak|suku dayak]] Kalimantan Tengah menyebut buah ini dengan nama [[tenggaring]]. |
||
Musim berbuah buah ini saat musim penghujan yakni sekitar bulan Oktober – Desember. Tanaman maritam bisa ditemui di hutan Kalimantan, daratan rendah hingga 300 m diatas permukaan laut. Buah maritam tumbuh subur di daerah dengan curah hujan tinggi dan air yang tidak menggenang. |
Musim berbuah buah ini saat musim penghujan yakni sekitar bulan Oktober – Desember. Tanaman maritam bisa ditemui di hutan Kalimantan, daratan rendah hingga 300 m diatas permukaan laut. Buah maritam tumbuh subur di daerah dengan curah hujan tinggi dan air yang tidak menggenang. |
||
⚫ | Buah maritam selain di manfaatkan buahnya, batang kayunya yg keras juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga seperti untuk perabot rumah tangga, bahan bangunan, dan kayu bakar. Daun buah maritam dijadikan sebagai perindang halaman rumah atau kebun penduduk.<ref>{{Cite book|title=Mengenal Buah-Buahan Kalimantan|last=Rohliansyah|first=Pahmi|date=2007|publisher=Adicita Karya Nusa|isbn=979-9246-71-7|location=Yogyakarta|pages=65-68|url-status=live}}</ref> |
||
== Referensi == |
|||
⚫ | |||
<references /> |
Revisi per 9 Februari 2020 03.57
Maritam (Naphelium Ramboutanake Leenh) merupakan buah khas dari Pulau Kalimantan. Bentuk buah maritam ini mirip dengan buah rambutan namun memiliki kulit yang berbeda. Rambutan memiliki tonjolan berupa rambut, sedangkan maritam memiliki tonjolan seperti duri tumpul. Warna kulit buah maritam saat sudah masak berwarna merah hati. Rasa buah maritam ini cenderunRg hambar, agak manis cenderung masam. Jika dibandinkan dengan rambutan, besar buah maritam ini hampir sama. Daging buah maritam berwarna putih yang menempel pada biji buahnya sehingga sulit lepas ketika dimakan.
Masyarakat suku banjar disebut maritam karena tanaman ini mirip buah rambutan dan berwarna merah kehitaman. Sedang penduduk suku dayak Kalimantan Tengah menyebut buah ini dengan nama tenggaring.
Musim berbuah buah ini saat musim penghujan yakni sekitar bulan Oktober – Desember. Tanaman maritam bisa ditemui di hutan Kalimantan, daratan rendah hingga 300 m diatas permukaan laut. Buah maritam tumbuh subur di daerah dengan curah hujan tinggi dan air yang tidak menggenang.
Buah maritam selain di manfaatkan buahnya, batang kayunya yg keras juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga seperti untuk perabot rumah tangga, bahan bangunan, dan kayu bakar. Daun buah maritam dijadikan sebagai perindang halaman rumah atau kebun penduduk.[1]
Referensi
- ^ Rohliansyah, Pahmi (2007). Mengenal Buah-Buahan Kalimantan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. hlm. 65–68. ISBN 979-9246-71-7.