Lompat ke isi

Harunurrasyid II: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 83: Baris 83:
Syafiatuddin Sultanah Sumbawa 1791 – 1795 sekaligus Permaisuri Sultan Abdul Hamid. Sultan Bima ke 9 yang memerintah pada tahun 1773 – 1819. Pernikahan Abdul Hamid dengan Syafiatuddin tidak dikaruniai anak. Setelah meninggal, Sultan Abdul Hamid menikah lagi dengan Datu Sagiri atau Datu Giri yang merupakan adik kandung dari Syafiatuddin. Dari pernikahan inilah melahirkan Sultan Ismail, Sultan Bima ke 10 yang memerintah tahun 1819 – 1854. Dalam adat Sumbawa Datu Sagiri disebut GENTAN TIPAR karena menikah dengan suami kakaknya yang telah meninggal dunia. Makam Datu Sagiri adalah di kompleks makam Dana Taraha.
Syafiatuddin Sultanah Sumbawa 1791 – 1795 sekaligus Permaisuri Sultan Abdul Hamid. Sultan Bima ke 9 yang memerintah pada tahun 1773 – 1819. Pernikahan Abdul Hamid dengan Syafiatuddin tidak dikaruniai anak. Setelah meninggal, Sultan Abdul Hamid menikah lagi dengan Datu Sagiri atau Datu Giri yang merupakan adik kandung dari Syafiatuddin. Dari pernikahan inilah melahirkan Sultan Ismail, Sultan Bima ke 10 yang memerintah tahun 1819 – 1854. Dalam adat Sumbawa Datu Sagiri disebut GENTAN TIPAR karena menikah dengan suami kakaknya yang telah meninggal dunia. Makam Datu Sagiri adalah di kompleks makam Dana Taraha.


Pada malam Ahad pukul sebelas malam, tanggal 1 Zulhijah 1211 Tahun Alif, Datu Sagiri melahirkan Sultan Ismail Muhammad Syah Raja Bima X. Sedangkan dari gundik yang bernama Tipa pada malam Selasa jam pukul dua belas malam, tanggal 19 Jumadilakhir tahun 1212, tahun Ha, Sultan Bima Abdul Hamid kembali memperoleh seorang anak perempuan yang diberi nama Sitti Jamilah Bumi Kaka.
Pada hari Ahad, 28 Mei 1797 (1 Zulhijah 1211) Tahun Alif, Datu Sagiri melahirkan Sultan Ismail Muhammad Syah Raja Bima X. Sedangkan dari gundik yang bernama Tipa pada hari Sabtu, 9 Desember 1797 (19 Jumadilakhir tahun 1212), tahun Ha, Sultan Bima Abdul Hamid kembali memperoleh seorang anak perempuan yang diberi nama Sitti Jamilah Bumi Kaka.


Sitti Maryam Rachmat Salahuddin (1999:441) dalam Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai:<ref>{{cite book
Sitti Maryam Rachmat Salahuddin (1999:441) dalam Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai:<ref>{{cite book
Baris 103: Baris 103:


{{cquote|
{{cquote|
Hijrat al-Nabi salla'llahu alaihi wa sallama seribu dua ratus sebelas tahun, tahun Alif, pada sehari bulan Zulhijah pada malam Ahad jam pukul sebelas, dewasa itulah Raja Paduka Sumbawa ismuhu Datu Sagiri isteri Yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul Hamid yang mempunyai takhta kerajaan Bima berputra seorang laki-laki ismuhu Ismail, wa yutiluwa zadahu fadlahu wa ahsana jasadahu adanya<ref>Artinya,"semoga Allah memanjangkan usianya,menambah keutamaannya dan membaguskan badannya".</ref>, Tam.
Hijrat al-Nabi salla'llahu alaihi wa sallama seribu dua ratus sebelas tahun, tahun Alif, pada sehari bulan Zulhijah pada malam Ahad<ref>Yaitu hari Ahad, 28 Mei 1797</ref> jam pukul sebelas, dewasa itulah Raja Paduka Sumbawa ismuhu Datu Sagiri isteri Yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul Hamid yang mempunyai takhta kerajaan Bima berputra seorang laki-laki ismuhu Ismail, wa yutiluwa zadahu fadlahu wa ahsana jasadahu adanya<ref>Artinya,"semoga Allah memanjangkan usianya,menambah keutamaannya dan membaguskan badannya".</ref>, Tam.
Hijrat al-Nabi salla'llahu alaihi wa sallama seribu dua ratus dua sebelas tahun, tahun Ha, pada sembilan belas hari bulan Jumadilakhir pada malam Selasa jam pukul dua belas, tatkala [itulah] gundik Yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul Hamid bernama Tipa beranak seorang perempuan dinamai Siti Jamila, wa yutilu Allah kiranya umraha, amin.
Hijrat al-Nabi salla'llahu alaihi wa sallama seribu dua ratus dua sebelas tahun, tahun Ha, pada sembilan belas hari bulan Jumadilakhir pada malam Selasa<ref>Yaitu hari Sabtu, 9 Desember 1797</ref> jam pukul dua belas, tatkala [itulah] gundik Yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul Hamid bernama Tipa beranak seorang perempuan dinamai Siti Jamila, wa yutilu Allah kiranya umraha, amin.
|}}
|}}



Revisi per 16 Februari 2020 14.05

Dewa Masmawa Sultan Harunurrasyid II (Hasan Rasyid) adalah Sultan Sumbawa ke-11 bertahta tahun 1777-9 Juli 1791.[1][2][3][4][5]

Kerajaan-kerajaan: Seran, Taliwang, dan Jereweh masing-masing merupakan kerajaan vasal dari kerajaan Sumbawa. Pemimpinnya masing-masing disebut Datu Seran, Datu Taliwang dan Datu Jereweh yang biasanya masih kerabat Sultan Sumbawa. Salah seorang dari Datu tersebut dapat ditarik ke pusat sebagai Sultan Sumbawa melalui keputusan permufakatan majelis adat Pangantong Lima Olas.[6]

Menurut silsilah yang dikeluarkan oleh Majelis Adat - Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS), Sultan Harun Arrasyid II sebelum menjadi Sultan Sumbawa menjabat sebagai Datu Seran (raja Kedatuan Seran) dengan nama asli Lalu Mahmud atau Datu Budi.[3]

Sumber lain menyatakan Sultan Harun Arrasyid II sebelum menjadi Sultan Sumbawa menjabat sebagai Datu Jereweh dengan nama asli Mahmud.[7][8]


Karier politik

Menjadi Datu Seran

Lalu Mahmud putra dari ALAUDDIN/HASANUDDIN Datu Jereweh, menikahi Ran Tambas alias Lala Tambas, puteri dari Datu Seran. Setelah Kemangkatan Datu Seran, maka oleh TANA SAMAWA (Majelis Pemerintahan Kesultanan Sumbawa) diangkatlah Lalu Mahmud Datu Budi menggantikan Sang Mertua sebagai Datu Seran.

Menjadi Sultan Sumbawa

Setelah dua tahun Datu Busing Lalu Komak mengendalikan pemerintahan Kesultanan Sumbawa, maka permufakatan hukum adat memutuskan melantik Datu Budi Datu Seran untuk menjadi Sultan Sumbawa bergelar Dewa Masmawa Sultan Harunnurasyid II.[3]

Ada tiga gelar induk atau Puin Kajuluk yang digunakan sebagai nama gelar kesultanan Sumbawa:

  1. Sultan Harun Arrasyid
  2. Sultan Jalaluddin
  3. Sultan Kaharuddin

Lau Mahmud Datu Budi Datu Seran merupakan Sultan Sumbawa kedua yang menggunakan gelar Sultan Harun ar Rasyid.

https://pl.m.wiki-indonesia.club/wiki/Władcy_Sumbawy#Sułtani_Sumbawy

Keturunan

Sultan mempunyai dua orang Putri hasil pernikahannya dg Lala TAMBAS atau Ran Tambas yakni ;

  1. Daeng MASSIKI
  2. Daeng SAGIRI

Tahun 1791 Sultan HARUNNURRASYID II Mangkat, lalu dinobatlah putri pertama Beliau Daeng Massiki yg pada penobatannya mendapat Gelar DEWA MASMAWA SULTANAH SHAFIATUDDIN. Sebenarnya Daeng Massiki pada tahun 1790 telah dipersunting oleh Abdul Hamid Ruma Mantau Adi Saninu Sultan Bima sehingga pada saat penobatan Sultanah Safiatuddin berststus juga RUMA PA'DUKA atau Permaisuri Sultan Bima. Tahun 1795 Sultanah Safiatuddin diturunkan dari tahta Kesultanan Sumbawa Oleh Pangantong Lima Olas salah satu penyebabnya adalah terlampau banyak campur tangan Sang Suami, Sultan Abdul Hamid dalam urusan Pemerintahan Kesultanan Sumbawa. Kembalinya Sang Sultanah ke Bima sebagai Ruma Pa'duka Sultan Abdul Hamid membawa serta Harta Pusaka Kesultanan Sumbawa. Oleh Pangantong Lima Olas telah berkali kali diminta namun Kesultanan Bima enggan utk mengembalikan. Daftar Pusaka tersebut terdokumentasi dengan baik hingga kini. Sejak saat itulah Oleh TANA SAMAWA dikeluarkanlah maklumat yg antara lain menegaskan bahwa TIDAK LAGI MENGANGKAT WANITA sebagai Sultan. Maklumat tsb dihormati hingga kini. Sultanah Shafiatuddin mangkat tanpa berputra sehingga Sultan Bima Abdul Hamid melakukan GENTAN TIPAR dengan mempersunting adek dari Sultan Shafiatuddin yg bernama SAGIRI atau di Bima lebih dikenal dg DATU GIRI.

Syafiatuddin Sultanah Sumbawa 1791 – 1795 sekaligus Permaisuri Sultan Abdul Hamid. Sultan Bima ke 9 yang memerintah pada tahun 1773 – 1819. Pernikahan Abdul Hamid dengan Syafiatuddin tidak dikaruniai anak. Setelah meninggal, Sultan Abdul Hamid menikah lagi dengan Datu Sagiri atau Datu Giri yang merupakan adik kandung dari Syafiatuddin. Dari pernikahan inilah melahirkan Sultan Ismail, Sultan Bima ke 10 yang memerintah tahun 1819 – 1854. Dalam adat Sumbawa Datu Sagiri disebut GENTAN TIPAR karena menikah dengan suami kakaknya yang telah meninggal dunia. Makam Datu Sagiri adalah di kompleks makam Dana Taraha.

Pada hari Ahad, 28 Mei 1797 (1 Zulhijah 1211) Tahun Alif, Datu Sagiri melahirkan Sultan Ismail Muhammad Syah Raja Bima X. Sedangkan dari gundik yang bernama Tipa pada hari Sabtu, 9 Desember 1797 (19 Jumadilakhir tahun 1212), tahun Ha, Sultan Bima Abdul Hamid kembali memperoleh seorang anak perempuan yang diberi nama Sitti Jamilah Bumi Kaka.

Sitti Maryam Rachmat Salahuddin (1999:441) dalam Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai:[9]

Hijrat al-Nabi salla'llahu alaihi wa sallama seribu dua ratus sebelas tahun, tahun Alif, pada sehari bulan Zulhijah pada malam Ahad[10] jam pukul sebelas, dewasa itulah Raja Paduka Sumbawa ismuhu Datu Sagiri isteri Yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul Hamid yang mempunyai takhta kerajaan Bima berputra seorang laki-laki ismuhu Ismail, wa yutiluwa zadahu fadlahu wa ahsana jasadahu adanya[11], Tam. Hijrat al-Nabi salla'llahu alaihi wa sallama seribu dua ratus dua sebelas tahun, tahun Ha, pada sembilan belas hari bulan Jumadilakhir pada malam Selasa[12] jam pukul dua belas, tatkala [itulah] gundik Yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul Hamid bernama Tipa beranak seorang perempuan dinamai Siti Jamila, wa yutilu Allah kiranya umraha, amin.

Sultan Harun Arrasyid II merupakan salah satu leluhur Raja Sumbawa Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV dan juga Raja Bima Sultan Haji Fery Zulkarnain.

Peristiwa penting

Pada masa pemerintahan Dewa Masmawa Sultan Harunurrasyid II Terdapat beberapa peristiwa penting antara lain:

  • Mangkatnya Sultan Mahmud tanggal 8 Jumadil Akhir 1194 H ( 1780 )
  • Muhammad Ibnu Abdullah Al Jawi Assumbawi, seorang ulama besar Kesultanan Sumbawa selesai menulis sebuah Al Qur’an bermazhab Syafi’i pada tanggal 28 Dzulkaidah 1199 H ( 1784 ) yang sampai kini masih dapat dilihat di Istana Bala Kuning.
  • Penyerangan dan penghapusan Kerajaan Mento di Lantung disebabkan telah mengangkat Rajanya dari seseorang yang bukan keturunan raja serta bersalah karena tidak mau membayar upeti.
  • Terjadinya pemberontakan Kampung Bugis tahun 1788. Pemberontakan yang dilatarbelakangi kecemburuan Mele Badolah kepada Adipati Kesultanan Sumbawa, Lalu Kaidah Mele Habirah ditambah campur tangan Belanda dan susupan senjata oleh Raja Gowa, ipar dari Mele Badolah, sehingga puncak pemeberontakan terjadi pada 2 Sya’ban 1203 H. Namun pemberontakan yang diawali oleh Naiknya Mele Badolah ke atas Mesjid Kesultanan ini, dapat dipatahkan oleh Adipati Lalu Kaidah Dea Mele Habirah.

Peristiwa ini tertuang dalam sebuah syair lawas: “ Mele Badolah pasang su’ Ran balukis mantang gawe Datu Gowa ngaro ila’

Terjemahan bebas: Mele Badolah terbakar cemburu ( lentikan api perang saudara kian membara ) Belanda pula yang mengipasnya Akhirnya Raja Gowa terbeban malu

Gangguan bajak laut

Diantara tahun 1763 hingga 1790 keadaan masyarakat terganggu oleh Bajak Laut yang merajalela yang bernaung di Teluk Saleh. Hubungan keluar terutama melalui laut menjadi sangat terganggu karenanya. Sejak pemerintahan Dewa Mappaconga Mustafa maupun Datu Budi semasa menjadi Datu Seran, kondisi ini tidak dapat diatasi dengan baik. Guna melenyapkan Bajak Laut yang selalu mengacau di darat dan di laut, beliau memerintahkan Adipati Lalu Kaidah Dea Mele Habirah untuk memberantasnya. Adipati Mele Habirah bekerjasama dengan Inggris memblokir pantai menghantam penyelundup – penyelundup dari dan ke Maluku. Penyelundupan itu dilakukan oleh orang-orang Wajo. Dengan kekuatan bala bantuan Bajak Laut diserangnya.

Dalam kesempatan tersebut juga Empang yang merupakan daerah taklukan Dompu didudukinya pula, karena itu terjadilah peperangan antara Kesultanan Dompu dan Kesultanan Sumbawa.

Dalam berbagai pertempuran pasukan Dompu dapat dipukul mundur sehingga Adipati Mele Habirah dapat menduduki daerah – daerah Dompu seperti:Hu’u, Adu, Kempo dan Kwangko. Dalam perjanjian damai antara Kesultanan Dompu dan Kesultanan Sumbawa ditetapkan:

Baru saja perompak dapat ditumpas dari perairan Sumbawa, tahun 1788 timbul pemeberontakan yang dibantu orang-orang Bali, Sumbawa mendapat bantuan dari Kompeni dan Sultan Dompu. Pemberontakan dapat dipadamkan dan orang – orang bali diusir kembali ke Lombok. Baru pada tahun 1790, kondisi keamanan pulih kembali. Dewa Masmawa Sultan Harunurrasyid II mangkat pada tanggal 9 Juli 1791.


Hubungan silsilah kekerabatan dengan trah Sultan Bima

Tahun pemerintahan Sultan Bima.[13][14][15][2][3]

DATU JEREWEH
♂ ALAUDDIN
HASANUDDIN
SULTAN SUMBAWA XIV m. 1777-1791
DATU SERAN
♂ Sultan Harun Ar Rasyid II
Datu Budi
Lalu Mahmud
(+ 9 Juli 1791)


↓(beristeri)


♀ Ran Tambas
Lala Tambas
(puteri dari Datu Seran)
SULTANAH SUMBAWA XII m. 1791-1795
♀ Dewa Masmawa Sultanah Shafiyatuddin
Daeng Massiki
♀ Datu Giri
Daeng Sagiri


↓(bersuami)


SULTAN BIMA IX m. 1773-1817
♂ Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah
anumerta: Mantau Asi Saninu (yang mempunyai istana cermin)
(b. 1762, + 14 Juli 1817)
(duda dari Sultanah Shafiyatuddin Daeng Massiki)
SULTAN BIMA X m. 1818-1854
♂ Sultan Ismail Muhammad Syah
Rumata Mawa’a Alus
anumerta: Mantau Dana Sigi (yang mempunyai tanah mesjid)
(b. 28 Mei 1797, + 30 Mei atau 4 Juni 1854)


↓(beristeri)


♀ Putri Ma Wa'a Kali
SULTAN BIMA XI m. 1854-1868
♂ Sultan Abdullah Muhammad Syah
anumerta: "Rumata Mawa’a Adil" (yang membawa keadilan)
(b. 1844, + 10 Agustus 1868)


↓(beristeri)


♀ Siti Saleha Bumi Pertiga
binti
Lalu Cela Tureli Belo
bin
Lalu Abdullah Syahbandar
bin
Dewa Masmawa Sultan Lalu Onye Datu Ungkap Sermin Dewa Lengit Ling Dima SULTAN SUMBAWA IX m. 1761-1752
SULTAN BIMA XII m. 1868-1981
♂ Sultan Abdul Aziz
Mawa'a Sampela
SULTAN BIMA XIII m. 1881-1915
♂ Sultan Ibrahim
anumerta: Rumata Mawa’a Taho Perange (yang baik perangai)
(b. 19 Februari 1866; + 6 Desember 1915)


↓(beristeri)


♀ Sitti Fatimah
binti
Lalu Yusuf Ruma Sakuru
♂ Abdullah Ruma HajiSULTAN BIMA XIV m. 1915-1951
♂ Sultan Muhammad Salahuddin
anumerta: Marrbora di Jakarta, Ma Kakidi Agama (yang meninggal di Jakarta, yang menegakkan agama)
(b. 14 Juli 1889)[16]


↓(beristeri)


♀ Sitti Maryam
binti
Muhammad Qurais bin Muhammad Hidir Raja Bicara Bima
♂ Abdul Qodim Ruma Siso
♀ Siti Maryam Salahuddin Rachmad
Ruma Ina Ka'u Mari
Bumi Partiga
(b. 13 Juni 1927, + 18 Maret 2017)
SULTAN BIMA XV
♂ Sultan Haji Abdul Kahir II
Ama Ka'u Kahi
anumerta:Ruma Ma Wa'a Busi Ro Mawo
(b. 5 Mei 1925, + 24 Oktober 2001)


↓(beristeri)


♀ Hj. RM Zubaidah
♀ Hj. Ferra Amalia, SE, MM.
Dae Ferra
SULTAN BIMA XVI m. 4 Juli 2013-23 Desember 2013
♂ Putra (Iskandar) Zulkarnain
Sultan Haji Fery Zulkarnain
Dae Ferry
(mantan Bupati Bima 2015-26 Desember 2013)
(b.1 Oktober 1964, + 26 Desember 2013)


↓(beristeri)


♀ Hj. Indah Damayanti Putri
(Bupati Bima)
♂ ............Jena Teke SULTAN MUDA BIMA XVII
♂ Muhammad Putera Ferryandi
(b. 12 Desember 1995)
♂ ............

Hubungan silsilah kekerabatan dengan trah Sultan Sumbawa

Beliau merupakan salah satu leluhur Raja Sumbawa Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV.

Tahun pemerintahan Sultan Bima.[13][14][2][3]

DATU JEREWEH
♂ ALAUDDIN
HASANUDDIN
SULTAN SUMBAWA XIV m. 1777-1791
DATU SERAN
♂ Sultan Harun Ar Rasyid II
Datu Budi
Lalu Mahmud
(+ 9 Juli 1791)


↓(beristeri)


♀ Ran Tambas
Lala Tambas
(puteri dari Datu Seran)
SULTANAH SUMBAWA XII m. 1791-1795
♀ Dewa Masmawa Sultanah Shafiyatuddin
Daeng Massiki
♀ Datu Giri
Daeng Sagiri
(adik Daeng Massiki)


↓(bersuami)


SULTAN BIMA IX m. 1773-1817
♂ Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah
anumerta: Mantau Asi Saninu (yang mempunyai istana cermin)
(b. 1762, + 14 Juli 1817)
(duda dari Sultanah Shafiyatuddin Daeng Massiki)
SULTAN BIMA X m. 1818-1854
♂ Sultan Ismail Muhammad Syah
Rumata Mawa’a Alus
anumerta: Mantau Dana Sigi (yang mempunyai tanah mesjid)
(b. 28 Mei 1797, + 30 Mei atau 4 Juni 1854)


↓(beristeri)


♀ Putri Ma Wa'a Kali
SULTAN BIMA XI m. 1854-1868
♂ Sultan Abdullah Muhammad Syah
anumerta: "Rumata Mawa’a Adil" (yang membawa keadilan)
(b. 1844, + 10 Agustus 1868)


↓(beristeri)


♀ Siti Saleha Bumi Pertiga
binti
Lalu Cela Tureli Belo
bin
Lalu Abdullah Syahbandar
bin
Dewa Masmawa Sultan Lalu Onye Datu Ungkap Sermin Dewa Lengit Ling Dima SULTAN SUMBAWA IX m. 1761-1752
SULTAN BIMA XII m. 1868-1981
♂ Sultan Abdul Aziz
Mawa'a Sampela
SULTAN BIMA XIII m. 1881-1915
♂ Sultan Ibrahim
anumerta: Rumata Mawa’a Taho Perange (yang baik perangai)
(b. 19 Februari 1866; + 6 Desember 1915)


↓(beristeri)


♀ Sitti Fatimah
binti
Lalu Yusuf Ruma Sakuru
SULTAN BIMA XIV m. 1915-1951
♂ Sultan Muhammad Salahuddin

anumerta: Marrbora di Jakarta, Ma Kakidi Agama (yang meninggal di Jakarta, yang menegakkan agama)
(b. 14 Juli 1889)


↓(beristeri)


♀ Sitti Maryam
binti
Muhammad Qurais bin Muhammad Hidir Raja Bicara Bima
♀ Siti Khodijah Daeng Ante Ruma Pa'duka


↓(bersuami)


♂ Sultan Muhammad Kaharuddin III SULTAN SUMBAWA XVII m. 1931-1975
♀ Nindo Siti Rahayu Daeng RisompaSULTAN SUMBAWA XVIII m. 2011-sekarang


♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV
Muhammad Abdurrahman Daeng Rajadewa
Daeng Ewan
(b. 5 April 1941)
↓(beristeri)


Dewa Maraja Bini
♀ Andi Bau Tenri Djadjah
Datu Tenri
(b. 23 Oktober 1946)
binti
♂ Andi Burhanuddin Karaeng Pangkajene = ♀ Andi Tenri Ampareng Datu Sengngeng Pamanna Wajo[17]
♀ Daeng Nadia Indriana Hanoum♀ Daeng Sarrojini Naidu


↓(bersuami)


♂ Sentot Agus Priyanto
♂ Raehan Omar Hasani Priyanto♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Sultan-sultan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  2. ^ a b c "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  3. ^ a b c d e "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 2". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  4. ^ "Sejarah Kesultanan Sumbawa". Website Resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Diakses tanggal 2019-08-06. 
  5. ^ https://www.scribd.com/document/403789226/Data-Kesejarahan-Kesultanan-Sumbawa-bagian-1-docx
  6. ^ Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat. 1997. 
  7. ^ "Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters" (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia (dalam bahasa Inggris). hlm. 57. Diakses tanggal 2019-01-05. 
  8. ^ Ben Cahoon. "Indonesian Traditional States II". WORLD STATESMEN.org. Diakses tanggal 3 Juni 2019. 
  9. ^ Rachmat Salahuddin, Sitti Maryam (1999). Henri Chambert-Loir, ed. Bo' Sangaji Kai: catatan kerajaan Bima. Indonesia: Ecole française d'Extrême-Orient : Yayasan Obor Indonesia, 1999. hlm. 441. ISBN 9794613398.  ISBN 9789794613399
  10. ^ Yaitu hari Ahad, 28 Mei 1797
  11. ^ Artinya,"semoga Allah memanjangkan usianya,menambah keutamaannya dan membaguskan badannya".
  12. ^ Yaitu hari Sabtu, 9 Desember 1797
  13. ^ a b Chambert-Loir, Henri (Juli 2004). Henri Chambert-Loir, ed. Kerajaan Bima dalam sastra dan sejarah (edisi ke-2). Jl. Palmerah Selatan No. 21, Jakarta 10270, Indonesia: (KPG) Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 121. ISBN 9799100119.  ISBN 978-979-9100-11-5
  14. ^ a b Susanto Zuhdi, Triana Wulandari (1 Januari 1997). Tawalinuddin Haris, ed. Kerajaan Tradisional di Indonesia : BIMA. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 55. 
  15. ^ http://repositori.kemdikbud.go.id/7488/1/KERAJAAN%20TRADISIONAL%20%20DI%20INDONESIA%20BIMA.pdf
  16. ^ http://www.mbojoklopedia.com/2016/05/lebih-dekat-dengan-sultan-muhammad.html
  17. ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Lahirnya Kesultanan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 

Pranala luar