Pelajar Islam Indonesia: Perbedaan antara revisi
Tag: Dikembalikan VisualEditor |
|||
Baris 51: | Baris 51: | ||
Selanjutnya dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 1947, Yoesdi Ghozali mengemukakan gagasan tersebut kepada para peserta Kongres. Setelah melalui proses perdebatan karena perbedaan pandangan, akhirnya peserta menyetujui ide ini. Kongres kemudian memutuskan untuk melepas GPII sayap pelajar guna bergabung ke organisasi pelajar Islam juga mengamanatkan kepada utusan Kongres GPII yang kembali ke daerah masing-masing untuk memperlancar berdirinya organisasi khusus pelajar Islam itu. |
Selanjutnya dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 1947, Yoesdi Ghozali mengemukakan gagasan tersebut kepada para peserta Kongres. Setelah melalui proses perdebatan karena perbedaan pandangan, akhirnya peserta menyetujui ide ini. Kongres kemudian memutuskan untuk melepas GPII sayap pelajar guna bergabung ke organisasi pelajar Islam juga mengamanatkan kepada utusan Kongres GPII yang kembali ke daerah masing-masing untuk memperlancar berdirinya organisasi khusus pelajar Islam itu. |
||
Tindak lanjut keputusan Kongres itu, pada hari Ahad tanggal 4 Mei 1947 digelar pertemuan di Kantor GPII, Jalan Margamulyo No. 8 Yogyakarta. Dalam pertemuan itu hadir Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amin Syahri, Ibrahim Zarkasyi, dan wakil-wakil organisasi pelajar Islam lokal yang telah ada. Pertemuan yang dipimpin oleh Yoesdi Ghozali itu diputuskan berdirinya organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) tepat pada pukul 10.00 WIB tanggal 4 Mei 1947. |
Tindak lanjut keputusan Kongres itu, pada hari Ahad tanggal 4 Mei 1947 digelar pertemuan di Kantor GPII, Jalan Margamulyo No. 8 Yogyakarta. Dalam pertemuan itu hadir Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amin Syahri, Ibrahim Zarkasyi, dan wakil-wakil organisasi pelajar Islam lokal yang telah ada. Pertemuan yang dipimpin oleh Yoesdi Ghozali itu diputuskan berdirinya organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) tepat pada pukul 10.00 WIB tanggal 4 Mei 1947.Dan potensi terbesar kader PII saat ini berada di Kab.Temanggung |
||
. |
|||
<!-- |
<!-- |
||
== Tujuan, Tugas, dan Fungsi == |
== Tujuan, Tugas, dan Fungsi == |
||
Baris 332: | Baris 334: | ||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
[[Kategori:Organisasi Islam di Indonesia]] |
[[Kategori:Organisasi Islam di Indonesia]] |
Revisi per 1 April 2020 13.56
Topik artikel ini mungkin tidak memenuhi kriteria kelayakan organisasi dan perusahaan. (Oktober 2016) |
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Berkas:Pelajar Islam Indonesia.jpg | |
Singkatan | PII |
---|---|
Tanggal pendirian | 4 Mei 1947 M / 12 Jumadi Tsani 1366 H |
Tipe | Organisasi Kepelajaran dan Perkaderan. |
Tujuan | Kesempurnaan Pendidikan Dan Kebudayaan Yang Sesuai Dengan Islam Bagi Segenap Rakyat Indonesia dan Umat Manusia. |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Lokasi |
|
Bahasa resmi | Indonesia |
Ketua Umum | Husin Tasrik Makrup Nasution (2017-2020) |
Pelajar Islam Indonesia adalah organisasi massa Pelajar Islam yang bergerak di bidang kepelajaran dan perkaderan[1] yang bertujuan terciptanya kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang berdasarkan Islam bagi segenap bangsa Indonesia dan umat manusia. Berdiri hari Ahad, 4 Mei 1947 M/ 12 Jumadi Tsani 1366 H di Yogyakarta dengan tokoh pertamanya Yoesdi Ghazali[2] dan saat ini Ketua Umum PB (Pengurus Besar) PII, Husin Tasrik Makrup Nasution.[3]
Sebab-sebab berdirinya PII
Kebijakan politik Belanda dan Jepang pada masa pra kemerdekaan telah memberikan dampak yang sangat negatif bagi umat Islam. Salah satu dampak yang terasa di kalangan pelajar yaitu adannya perpecahan antara pelajar yang mengenyam pendidikan di sekolah umum dan pelajar (santri) yang mengenyam pendidikan di pesantren. Dalam hal kurikulum, pemikiran Belanda (Barat) yang sangat materialistis telah menjadi basis cara pandang pelajar didikan Belanda (sekolah umum). Mereka cenderung banyak meniru Barat dalam pola hidup maupun budaya pribadi seperti terlihat pada cara berpakaian, bersikap, dan bertingkah laku. Sisi positif yang dapat diambil dari hasil pendidikan Barat ini terletak pada metode yang modern karena memakai kurikulum dan kelas. Metode ini dapat memberikan keteraturan dan kedinamisan. Sementara sisi negatifnya terletak pada kemerosotan rasa patriotisme dan masuknya paham sekulerisme ke dalam pikiran para pelajarnya. Dari sisi pekerjaan, umumnya pelajar hasil pendidikan gaya Belanda ini menjadi pegawai rendahan pada pemerintah kolonial Belanda.[4]
Kemudian tampak bahwa keadaan seperti ini mulai menimbulkan dikotomi dalam dunia pendidikan sekaligus memunculkan jurang pemisah antara pelajar hasil pendidikan umum (Barat) dengan pelajar hasil pendidikan pesantren. Para pelajar hasil didikan Belanda merasa canggung bergaul dengan masyarakat Islam. Padahal, mereka juga muslim. Sebaliknya, banyak masyarakat Indonesia umumnya dan khususnya umat Islam yang tidak bersimpati pada mereka karena dianggap sebagai pengikut Belanda. Keadaan seperti ini tentu saja akan mengancam perkembangan bangsa dan umat Islam ke depan.
Kemudian secara umum PII memiliki kekhawatiran akan warisan zaman kolonial yang menjadi wabah pada masyarakat Indonesia, yaitu:
- Kepincangan di dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang berdasar materialisme dan menghilangkan agama
- Adanya semangat budak
- Rasa kurang harga diri
- Jiwa yang beku (statis)
Proses pembentukan PII
Pada tanggal 25 Februari 1947, Yoesdi Ghozali sedang beri’tikaf di Masjid Besar Kauman, Yogyakarta. Atas dasar refleksinya tentang situasi dan kondisi yang terjadi pada bangsa Indonesia saat itu, terlintas gagasan untuk membentuk suatu organisasi bagi pelajar Islam yang dapat mewadahi segenap lapisan pelajar Islam yang saat itu terpecah dan belum terkoordinasi. Gagasannya disampaikan pada Anton Timur Djaelani, Amin Syahri, Ibrahim Zarkasyi, dan Noersyaf saat pertemuan di Gedung SMP Negeri 2 Sekodiningratan, Yogyakarta. Semua yang hadir ini sepakat untuk mendirikan organsasi Pelajar Islam.
Selanjutnya dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 1947, Yoesdi Ghozali mengemukakan gagasan tersebut kepada para peserta Kongres. Setelah melalui proses perdebatan karena perbedaan pandangan, akhirnya peserta menyetujui ide ini. Kongres kemudian memutuskan untuk melepas GPII sayap pelajar guna bergabung ke organisasi pelajar Islam juga mengamanatkan kepada utusan Kongres GPII yang kembali ke daerah masing-masing untuk memperlancar berdirinya organisasi khusus pelajar Islam itu.
Tindak lanjut keputusan Kongres itu, pada hari Ahad tanggal 4 Mei 1947 digelar pertemuan di Kantor GPII, Jalan Margamulyo No. 8 Yogyakarta. Dalam pertemuan itu hadir Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amin Syahri, Ibrahim Zarkasyi, dan wakil-wakil organisasi pelajar Islam lokal yang telah ada. Pertemuan yang dipimpin oleh Yoesdi Ghozali itu diputuskan berdirinya organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) tepat pada pukul 10.00 WIB tanggal 4 Mei 1947.Dan potensi terbesar kader PII saat ini berada di Kab.Temanggung
.
Daftar Ketua Umum Pengurus Besar PII
No | Ketua Umum | Sekretaris Jendral | Periode |
---|---|---|---|
1 | Yoesdi Ghazali | Ibrahim Zarkasyi | 1947 |
2 | Noersyaf | Ibrahim Zarkasyi | 1947–1948 |
3 | Anton Timur Djaelani | Yoesdi Ghazali | 1948–1950 |
4 | Anton Timur Djaelani | Halim M. A Tuasikal | 1950–1952 |
5 | Ridwan Hasjim | Halim M. A Tuasikal | 1952–1954 |
6 | Amir Hamzah Wirjosoekanto | Ichwan Haryadi | 1954–1956 |
7 | Wartomo Dwijuwono | Agus Sudono | 1956–1958 |
8 | Ali Undaja | Abdurrahman Anshori | 1958–1960 |
9 | Thaher Sahabuddin | Hartono Mardjono | 1960–1962 |
10 | Ahmad Djuwaeni | Endang T. Jauhari | 1962–1964 |
11 | Syarifuddin Siregar Pahu | M. Husni Thamrin | 1964–1966 |
12A | M. Husnie Thamrin | Utomo Dananjaya | 1966–1969 |
12B | Hussein Umar | Mansyur M. Amien | |
12A | Utomo Dananjaya (Pj) | Khozin Arief | |
13A | Hussein Umar | Mansyur M. Amien | 1969–1973 |
13B | Usep Fathuddin | Khozin Arief | |
14 | Yusuf Rahimi | Achmad Djauhari | 1973–1976 |
15 | Ahmad Joenanie Aloetsjah | Nasrul H. Soemardep | 1976–1979 |
16 | Masyhuri Amin Mukhri | M. Ibnu Sulaiman St | 1979–1983 |
17 | Mutammimul Ula | A. Rasyid Muhammad | 1983–1986 |
18 | Chalidin Yacobs | Muchlis Abdi | 1986–1989 |
19 | Agus Salim | Abdullah Baqir Zein | 1989–1992 |
20 | Syaefunnur Maszah | A. Rahman Farid | 1992–1995 |
21 | Abdul Hakam Naja | Zaenul Ula M. J (1995–1996) | 1995–1998 |
Asep Effendi (1996–1997) | |||
Subarman H. S (1997–1998) | |||
22 | Djayadi Hanan | Irfan Amrullah (1998–1999) | 1998–2000 |
Rofiq Azhar (1999–2000) | |||
23 | Abdi Rahmat | Fajar Nursahid (2000–2001) | 2000–2002 |
M. Sujatmoko (2001–2002) | |||
24 | Zulfikar | Romdin Azhar (2002–2003) | 2002–2004 |
Tri Suhari Yadi (2003–2004) | |||
25 | Delianur | Jen Zuldi Rozalim (2004–2005) | 2004–2006 |
Pujo Priyono (2005–2006) | |||
26 | Muh. Zaid Markarma | Nuril Anwar (2006-2007) | 2006–2008 |
Yudi Helfi (2007-2008) | |||
27 | Nasrullah | Ahmad Jojon Novandri | 2008–2010 |
28 | Muhammad Ridha | Ridwan Zulmi (2010) | 2010–2012 |
Dede Rahmat (2010-2012 | |||
29 | Randi Muchariman | Ahmad Zaki (2012-2013) | 2012–2015 |
Erlan Tresna (2013–2014) | |||
Sofian (2014–2015) | |||
30 | Munawar Khalil | Win Salamsyah Lingga (2015–2016) | 2015–2017 |
M. Salman Ramdhani (2016-2017) | |||
Muhammad Rizkan (2017) | |||
31 | Husin Tasrik Makrup Nasution | Aris Darussalam | 2017–2020 |
Tokoh PII
- Sutrisno Bachir (Ketua KEIN)[5][6]
- Sofyan A. Djalil (Menteri Agraria dan Tata Ruang)[7]
- Yusril Ihza Mahendra (Eks Menteri Hukum dan Ham)[8]
- Dahlan Iskan (Eks Menteri BUMN)[9]
- Hatta Radjasa (Eks Menteri Keuangan RI)[10]
- Jimly Asshiddiqie (Eks Ketua Mahkamah Konstitusi)[11]
- Jusuf Kalla (Wakil Presiden 2014-2019)[12]
- Muhajir Efendy (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
- Tanri Abeng (Komisaris Utama PERTAMINA)[13]
- Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen[14]
- Letjend TNI (Purn) Syarwan Hamid[15]
- Mayjen TNI (Purn) Muchdi pr[16]
- Mahfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi)[17]
Referensi
- ^ "pelajar islam indonesia | ORGANIZATION". Diakses tanggal 2019-05-02.
- ^ "Sejarah PII". Pelajar Islam Indonesia #NTB. 2015-03-30. Diakses tanggal 2019-05-02.
- ^ kompas.id. "Ketua Umum PB PII Husin Tasrik Makruf Nasution – Kompas.Id". Kompas.Id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-18.
- ^ Djayadi Hanan, Gerakan Pelajar Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara. Yogyakarta: PB PII dan UII Press, 2006, hlm 55
- ^ Liputan6.com (2016-01-20). "Presiden Resmi Lantik Soetrisno Bachir Sebagai Ketua KEIN". liputan6.com. Diakses tanggal 2019-05-02.
- ^ "Soetrisno Bachir". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-02-09.
- ^ "Sofyan Djalil". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-03-14.
- ^ "Pengurus Cabang KB PII Resmi Dilantik". radarcirebon.com. 2018-05-13. Diakses tanggal 2019-05-02.
- ^ "Dahlan Iskan". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-02-09.
- ^ "Hatta Rajasa". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-04-26.
- ^ "Jimly Asshiddiqie". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2018-11-02.
- ^ "Jusuf Kalla". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-04-18.
- ^ Pertamina (Persero), P. T. "PT Pertamina (Persero)". www.pertamina.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-02.
- ^ "Kivlan Zen". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-03-26.
- ^ "Syarwan Hamid". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2018-05-30.
- ^ "Muchdi Purwoprandjono". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-04-01.
- ^ "Mahfud MD". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-05-02.