Nama Tionghoa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 211: Baris 211:
| {belum<br />dikelompokkan)
| {belum<br />dikelompokkan)
| &nbsp;
| &nbsp;
| Djiaw, Lo, Pek, Auwjong, Poo, Keng<br />Siauw, Sie, Tjoa, Tjong, Tjun, Tjiam, Tong,
| Djiaw, Lo, Pek, Auwjong, Poo, Keng<br />Siauw, Sie, Tjoa, Tjong, Tjun, Tjiam, Tong, He
| Kurniawan, Ojong
| Kurniawan, Ojong, Hoyaranda
|}
|}



Revisi per 3 September 2008 03.30

Berkas:Xingming.png
Karakter Xingming yang berarti nama dan marga

Nama Tionghoa adalah nama yang diekspresikan dengan karakter Han (Hanzi). Nama ini digunakan secara luas oleh warga negara Republik Rakyat Cina, Republik Cina, Hong Kong, Makau dan keturunan Tionghoa di negara-negara lainnya.

Nama Tionghoa biasanya terdiri dari 2 karakter sampai 4 karakter, walaupun ada yang lebih dari 4 karakter, namun umumnya nama seperti itu adalah mengambil terjemahan dari bahasa lain sehingga tidak dianggap sebagai nama Tionghoa.

Nama Tionghoa mengandung marga dan nama. Marga Tionghoa diletakkan di depan nama, biasanya 1 sampai 2 karakter; nama mengikuti marga.

Evolusi nama Tionghoa

Di zaman dahulu, menurut catatan literatur kuno ada peraturan bahwa nama seorang anak biasanya baru akan ditetapkan 3 bulan setelah kelahirannya. Namun pada praktiknya, banyak yang memberikan nama sebulan setelah kelahiran sang anak, bahkan ada yang baru diberikan setahun setelahnya. Juga ada yang telah menetapkan nama terlebih dahulu sebelum kelahiran sang anak.

Di zaman Dinasti Shang, orang-orang masih menggunakan nama dengan 1 karakter. Ini dikarenakan mereka belum mengenal marga dan juga karena jumlah penduduk yang tidak banyak.

Sebelum zaman Dinasti Han, biasanya nama Tionghoa hanya terdiri dari 2 karakter yang terdiri dari 1 karakter marga dan 1 karakter nama. Namun setelah Dinasti Han, orang-orang mulai memiliki sebuah nama lengkap yang terdiri dari 3 karakter (1 karakter marga dan 2 karakter nama pribadi - yang terdiri dari 1 karakter nama generasi dan 1 karakter nama diri) selain daripada nama resmi mereka yang 2 karakter itu.

Di zaman Dinasti Jin, orang-orang baru memakai nama dengan 3 karakter seperti yang kita kenal sekarang.

Nama menjadi sebuah hal yang penting bagi seseorang dipengaruhi oleh pemikiran Konfusius tentang pentingnya penamaan bagi penonjolan karakter seseorang.

Pada kasus-kasus yang sangat langka, seseorang dapat memiliki nama dengan lebih dari tiga karakter :

Nama generasi

Di dalam nama dengan 3 karakter, biasanya kita mengenal adanya nama generasi. Nama yang mengandung nama generasi adalah 1 karakter marga, 1 karakter generasi dan 1 karakter marga. Pada tingkatan generasi yang sama dalam satu keluarga besar biasanya memiliki nama generasi yang sama.

Nama generasi ditetapkan oleh leluhur dengan mengambil sebuah puisi atau bait di dalamnya untuk penamaan generasi turun-temurun. Biasanya sebuah puisi berisikan 16, 20 atau bahkan 24 karakter buat 16, 20 atau 24 generasi ke bawah. Sampai generasi ke-17, 21 atau 25, nama generasi akan dimulai kembali dari karakter generasi pertama.

Nama generasi ini tidak lazim digunakan di semua keluarga karena biasanya hal seperti ini merupakan monopoli orang terpelajar. Karena pendidikan tidak umum bagi rakyat biasa di zaman dulu di Tiongkok, maka banyak pula keluarga yang tidak menggunakan nama generasi dalam pemberian nama.

Nama Tionghoa di Indonesia

Suku Tionghoa-Indonesia sebelum zaman Orde Baru rata-rata masih memiliki nama Tionghoa dengan 3 karakter. Walaupun seseorang Tionghoa di Indonesia tidak mengenal karakter Han, namun biasanya nama Tionghoa di Indonesia tetap diberikan dengan cara romanisasi. Karena mayoritas orang Tionghoa di Indonesia adalah pendatang dari Hokkian, maka nama-nama Tionghoa berdialek Hokkian lebih lazim daripada dialek-dialek lainnya.

Di zaman Orde Baru, di bawah pemerintahan Suharto, warganegara Indonesia keturunan Tionghoa dianjurkan untuk mengindonesiakan nama Tionghoa mereka dalam arti mengambil sebuah nama Indonesia secara resmi. Misalnya Liem Sioe Liong diubah menjadi Soedono Salim. Walaupun demikian, di dalam acara kekeluargaan, nama Tionghoa masih sering digunakan; sedangkan nama Indonesia digunakan untuk keperluan surat-menyurat resmi.

Namun sebenarnya, ini tidak diharuskan karena tidak pernah ditetapkan sebagai undang-undang dan peraturan yang mengikat. Hanya tarik-menarik antara pendukung teori asimilasi dan teori integrasi wajar di kalangan Tionghoa sendiri yang menjadikan anjuran ini dipolitisir sedemikian rupa. Anjuran ganti nama tersebut muncul karena ketegangan hubungan Republik Rakyat Tiongkok dengan Indonesia setelah peristiwa G30S. Tahun 1966, Ketua Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa (LPKB), Kristoforus Sindhunata menyerukan penggantian nama orang-orang Tionghoa demi pembangunan karakter dan nasionalisme bangsa.

Seruan ini mendapat kecaman dari kalangan orang Tionghoa sendiri dan cemoohan dari kalangan anti-Tionghoa. Yap Thiam Hien secara terbuka menyatakan bahwa nama tidak dapat menjadi ukuran nasionalisme seseorang dan ini juga yang menyebabkan nasionalis terkemuka Indonesia itu tidak mengubah namanya sampai akhir hayatnya. Cemoohan datang dari KAMI dan KAPPI yang pada waktu itu mengumandangkan nada-nada anti-Tionghoa yang menyatakan bahwa ganti nama tidak akan mengganti otak orang Tionghoa serta menyerukan pemulangan seluruh orang Tionghoa berkewarganegaraan RRT di Indonesia ke negara leluhurnya.

Ganti nama ini memang merupakan satu kontroversi karena tidak ada kaitan antara pembangunan karakter dan nasionalisme bangsa dengan nama seseorang, juga karena tidak ada sebuah nama yang merupakan nama Indonesia asli.

Daftar nama marga Tionghoa yang diindonesiakan

Daftar ini diurutkan berdasarkank pinyin. Karakter yang menggunakan koma berarti ada lebih dari satu macam karakter untuk pinyin yang sama. Karakter dengan tanda garis miring berarti di sebelah kiri adalah Hanzi tradisional, dan di sebelah kanan Hanzi sederhana.

Marga Tionghoa Dibaca Ejaan Latin Hokkian Pengindonesiaan
安 (Ān) An    
白, 柏 (Bái) Pai    
薄 () Po    
蔡 (Cài) Jae    
程, 成 (Chéng) Jheng    
叢/丛 (Cóng) Jhong    
陈 (Chen) Jen Tan, Tjhin Tanto, Tanoto, Tanu, Tanutama, Soetanto, Cendana, Tanudisastro, Tandiono, Tanujaya, Santoso, Tanzil, Tanasal, Tanadi, Tanusudibyo, Tanamal,
郭 (Guo) Kuo Kwee, Kwik  
韩 (Han) Han Han Handjojo, Handaya
黄 (Huang) Huang Oei, Oey Wibowo, Wijaya, Winata, Widagdo
江 (Jiang) Ciang Kang/Kong Kangean
李 (Li) Lhi Li, Lie, Lee Lijanto, Liman, Liedarto, Rusli
梁 (Liang) Lhiang Nio  
林 (Lin) Lhin Liem, Lim Halim, Salim, Limanto, Limantoro, Limianto, Limijanto, Wanandi, Liemena, Alim, Limawan, Liemantika
劉/刘 (Liu) Lhiu Lau, Lauw Mulawarman, Lawang, Lauwita
陆 (Lu) Lhû Liok, Liuk Loekito, Loekman
吕 () Liw Loe, Lu Loekito, Luna, Lukas
全 (Quán) Jhiwyen    
司徒 (Situ) Sê Dhu Sieto, Szeto, Seto, Siehu, Suhu Lutansieto, Suhuyanli, Suhuyanly
苏 (Su) Su Souw, So, Soe Soekotjo, Soehadi, Sosro, Solihin, Soeganda
王 (Wang) Whang Ong, Wong Ongko, Wangsadinata, Wangsa, Radja, Wongsojoyo, Ongkowijaya
温 (Wen) Whên Oen, Boen, Woen Benjamin, Bunjamin, Budiman, Gunawan, Basiroen, Bunda, Wendi, Unang
吳/吴, 武, 伍, 仵, 烏, 鄔 (Wu) Whu 吴 (Go, Gouw, Goh, Ng) 吴 (Gondo , Sugondo, Gozali, Wurianto, Gunawan, Gotama, Utama, Widargo, Sumargo)
许 (Xu) Xiw Kho, Khouw, Khoe Kosasih, Komar, Kurnia, Kusnadi
謝 (Xie) Shie Cia/Tjia Tjiawijaya
杨 (Yang) Yang Njoo, Nyoo, Jo, Yong Yongki, Yoso, Yohan
叶 (Ye) Ye Yap/Jap
曾 (Zeng) Ceng Tjan Tjandra, Chandra, Chandrawinata, Candrakusuma
张 (Zhang) Chang Thio, Tio, Chang, Theo, Teo Canggih, Setyo, Setio, Sulistio
郑 (Zheng) Cheng Te, The Suteja, Teja, Teddy, Tedjokumoro, Tejarukmana, Tejawati
朱 (Zhū) Chu    
{belum
dikelompokkan)
  Djiaw, Lo, Pek, Auwjong, Poo, Keng
Siauw, Sie, Tjoa, Tjong, Tjun, Tjiam, Tong, He
Kurniawan, Ojong, Hoyaranda

Nama Tionghoa dan romanisasinya

Sekarang ini, biasanya untuk memudahkan orang yang memiliki nama Tionghoa juga memiliki romanisasi dari lafal nama Tionghoa mereka ataupun memiliki nama Barat. Sistem romanisasi yang paling baku dan paling banyak digunakan sekarang ini adalah sistem Hanyu Pinyin. Tata cara penulisan nama Tionghoa dalam bentuk romanisasi yang paling sering digunakan saat ini adalah dengan memisahkan antara suku-kata marga dan nama.

  • Mao Zedong; Mao adalah marga 1 karakter, Zedong adalah nama 2 karakter
  • Jiang Zemin; Jiang adalah marga 1 karakter, Zemin adalah nama 2 karakter
  • Sima Yi; Sima adalah marga 2 karakter, Yi adalah nama 1 karakter
  • Auwjong Pengkoen (dialek Hokkian); Auwjong adalah marga 2 karakter, Pengkoen adalah nama 2 karakter

Ada pula penulisan dengan tata cara penulisan nama Barat, di mana nama pemberian ditulis terlebih dahulu dan nama keluarga mengikuti di belakang. Nama keluarga di Barat dapat disamakan dengan marga di kalangan Tionghoa.

  • Zemin, Jiang; Zemin adalah nama pemberian, Jiang adalah nama keluarga (marga)

Nama barat berikut ini disertai oleh marga Tionghoa di belakang nama Barat tersebut sesuai dengan kaidah penamaan di Barat yang menempatkan nama keluarga di belakang nama pemberian.

  • James Soong Chuyu; James adalah nama Barat, Soong adalah marga Tionghoa, Chuyu adalah nama Tionghoa
  • Jacky Cheung; Jacky adalah nama Barat, Cheung adalah marga Tionghoa dalam dialek Kantonis

Nama Korea, Vietnam dan Jepang

Nama orang Korea, Vietnam dan Jepang juga mendapat pengaruh besar dari nama Tionghoa.

Sampai sekarang nama orang Korea masih terdiri dari 3 karakter suku-kata walau ditulis dalam karakter Hangul. Marga orang Korea adalah bersumber dari marga Tionghoa.

Orang Vietnam sendiri menggunakan nama Tionghoa namun dengan lafal bahasa Viet serta ditulis dengan romanisasi.

Orang Jepang menggunakan nama yang ditulis dengan karakter Han, namun mayoritas dengan 4 karakter, 2 karakter marga dan 2 karakter nama.

Lihat pula

Pranala luar