Lompat ke isi

Sutan Takdir Alisjahbana: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
*drew (bicara | kontrib)
{{rapikan}}, kateg
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
Lahir : Tapanuli Selatan, 11 Febuari 1908
'''Sutan Takdir Ali Sjahbana''' atau biasa dipanggil STA ([[Tapanuli Selatan]], [[11 Februari]] [[1908]] - [[15 Juli]] [[1995]]) disebut sebagai Paus Sastra Indonesia. Koleksi karya sastranya hanya dapat dibandingkan dengan koleksi sastrawan besar Indonesia, Pramudya Ananta Toer. mereka mengoleksi hampir semua karya sastra indonesia. STA bahkan punya naskah asli puisi seorang rekan yang ditulis di bungkus rokok.
Wafat : 15 Juli 1995

Sutan Takdir Ali Sjahbana atau biasa dipanggil STA disebut sebagai Paus Sastra Indonesia. Koleksi karya sastranya hanya dapat dibandingkan dengan koleksi sastrawan besar Indonesia, Pramudya Ananta Toer. mereka mengoleksi hampir semua karya sastra indonesia. STA bahkan punya naskah asli puisi seorang rekan yang ditulis di bungkus rokok.


STA memulai karir sebagai guru. namun ia dinilai terlampau pemberang sehingga dianggap tidak cocok jadi pendidik. pekerjaan pertama yang bersentuhan dengan sastra adalah di penerbitan buku. Sambil bekerja, ia menerbitkan novel perdana, Dian Jang Tak Koendjoeng Padam. selanjutnya terbit, Lajar Terkembang yang bercerita tentang cinta segitiga.
STA memulai karir sebagai guru. namun ia dinilai terlampau pemberang sehingga dianggap tidak cocok jadi pendidik. pekerjaan pertama yang bersentuhan dengan sastra adalah di penerbitan buku. Sambil bekerja, ia menerbitkan novel perdana, Dian Jang Tak Koendjoeng Padam. selanjutnya terbit, Lajar Terkembang yang bercerita tentang cinta segitiga.
Baris 19: Baris 17:


kini, kelima bangsa itu berlomba-lomba meninggalkan bahasa melayu.
kini, kelima bangsa itu berlomba-lomba meninggalkan bahasa melayu.

[[Kategori:Kelahiran 1908|Takdir Alisyahbana, Sultan]]
[[Kategori:Kematian 1995|Takdir Alisyahbana, Sultan]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia|Takdir Alisyahbana, Sultan]]

Revisi per 3 Maret 2006 02.00

Sutan Takdir Ali Sjahbana atau biasa dipanggil STA (Tapanuli Selatan, 11 Februari 1908 - 15 Juli 1995) disebut sebagai Paus Sastra Indonesia. Koleksi karya sastranya hanya dapat dibandingkan dengan koleksi sastrawan besar Indonesia, Pramudya Ananta Toer. mereka mengoleksi hampir semua karya sastra indonesia. STA bahkan punya naskah asli puisi seorang rekan yang ditulis di bungkus rokok.

STA memulai karir sebagai guru. namun ia dinilai terlampau pemberang sehingga dianggap tidak cocok jadi pendidik. pekerjaan pertama yang bersentuhan dengan sastra adalah di penerbitan buku. Sambil bekerja, ia menerbitkan novel perdana, Dian Jang Tak Koendjoeng Padam. selanjutnya terbit, Lajar Terkembang yang bercerita tentang cinta segitiga.

Ia memulai jasanya dalam memajukan dunia sastra saat melesatkan proyek "Gerakan Sastra Baru" bersama 20 intelektual dan sastrawan sezamannya.

sayang, bagi sementara orang, kecemerlangan jasanya ternoda pendapatnya tentang sejarah Indonesia. baginya, sejarah Indonesia dimulai pada awal abad 20. masa sebelum itu disebut sebagai pra Indonesia. anggapan itu dianggap menafikan sejarah Indonesia yang sudah ribuan tahun. setidaknya sejak abad kelima masehi, saat Kudungga memerintah di Kalimantan.

meski demikian, tidak dapat ditampik besarnya jasa STA dalam memodernkan bahasa Indonesia. Ia juga tidak lelah menganjurkan penerjemahan sastra asing ke bahas Indonesia.

sampai akhirnya hayatnya, ia belum mewujudkan cita-cita terbesarnya, menjadikan bahasa melayu sebagai bahasa pengantar kawasan di Asia Tenggara.

Ia kecewa, bahasa Indonesia semakin surut perkembangannya. padahal bahasa itu pernah menggetarkan dunia linguistik saat dijadikan bahasa persatuan untuk penduduk di 13.000 pulau di Nusantara.

ia kecewa, Bangsa Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, sebagian Filiphina, dan Indonesia yang menjadi penutur bahasa melayu gagal mengantarkan bahasa itu kembali menjadi bahasa pengantara kawasan. padahal, di masa perdagangan rempah pada abad 14, bahasa itu menjadi bahasa pergaulan.

kini, kelima bangsa itu berlomba-lomba meninggalkan bahasa melayu.