Ringhals: Perbedaan antara revisi
k Bot: Perubahan kosmetika |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 22: | Baris 22: | ||
'''Ringhals''' (''Hemachatus haemachatus'') adalah spesies [[ular berbisa]] yang endemik di [[benua Afrika]]. Sebutannya dalam bahasa Inggris adalah '''''Rinkhals''''', '''''Ringhals''''', atau '''''Ring-necked spitting cobra'''''. Walaupun disebut ''spitting-cobra'' juga, tetapi ular ini bukan [[kobra]] sejati (genus ''Naja''), melainkan diklasifikasikan sebagai spesies tunggal genus (''monotypic genus'') '''''Hemachatus'''''. |
'''Ringhals''' (''Hemachatus haemachatus'') adalah spesies [[ular berbisa]] yang endemik di [[benua Afrika]]. Sebutannya dalam bahasa Inggris adalah '''''Rinkhals''''', '''''Ringhals''''', atau '''''Ring-necked spitting cobra'''''. Walaupun disebut ''spitting-cobra'' juga, tetapi ular ini bukan [[kobra]] sejati (genus ''Naja''), melainkan diklasifikasikan sebagai spesies tunggal genus (''monotypic genus'') '''''Hemachatus'''''. |
||
== |
== Deskripsi fisik == |
||
[[Berkas:Elapidae - Hemachatus haemachatus.JPG|jmpl|kiri|240px|''Close-up'' kepala]] |
[[Berkas:Elapidae - Hemachatus haemachatus.JPG|jmpl|kiri|240px|''Close-up'' kepala]] |
||
[[Berkas:Hemachatus-1.jpg|jmpl|kiri|240px|Seekor ringhals mengembangkan lehernya]] |
[[Berkas:Hemachatus-1.jpg|jmpl|kiri|240px|Seekor ringhals mengembangkan lehernya]] |
Revisi per 4 Mei 2020 07.46
Ringhals
| |
---|---|
Hemachatus haemachatus | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 177556 |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Hemachatus haemachatus Bonnaterre, 1790 |
Tata nama | |
Sinonim takson |
|
Ringhals (Hemachatus haemachatus) adalah spesies ular berbisa yang endemik di benua Afrika. Sebutannya dalam bahasa Inggris adalah Rinkhals, Ringhals, atau Ring-necked spitting cobra. Walaupun disebut spitting-cobra juga, tetapi ular ini bukan kobra sejati (genus Naja), melainkan diklasifikasikan sebagai spesies tunggal genus (monotypic genus) Hemachatus.
Deskripsi fisik
Ringhals memiliki pewarnaan tubuh yang bervariasi berdasarkan sebaran geografisnya, tetapi karakteristik utamanya adalah bagian bawah tubuh (ventral) yang berwarna gelap dengan satu atau dua belang berwarna terang pada lehernya (throat). Panjang tubuh ular ini berkisar antara 90 sampai 110 cm (0.9—1.1 meter).[2] Beberapa spesimen mungkin berwarna nyaris kehitaman, sedangkan spesimen lainnya memiliki garis-garis. Sisik ringhals berbeda dengan sisik kobra (genus Naja), berupa sisik menonjol dan berlunas.
Susunan sisik (scalation) pada tubuh ringhals terdiri dari:[3]
- Sisik-sisik dorsal (tubuh atas) berlunas,[4] sebanyak 17—19 baris di bagian tengah badan.
- Sisik-sisik ventral sebanyak 116–150 buah
- Sisik anal
- Sisik subkaudal 30–47, berpasangan
- Sisik labial (bibir) atas 7 buah, sisik 3 dan 4 bersentuhan dengan mata
- Sisik preokular 1 (atau bisa 3) buah
- Sisik postokular sebanyak 3 buah
- Sisik labial bawah 8–9 buah
Penyebaran dan habitat
Ringhals tersebar di Afrika bagian selatan, meliputi Afrika Selatan, Zimbabwe, Lesotho, dan Swaziland.[1] Habitat utamanya adalah padang rumput dan kemungkinan juga rawa-rawa.[5]
Makanan dan pertahanan diri
Ringhals memangsa berbagai jenis hewan kecil. Mangsa utamanya adalah kodok,[3] tetapi juga memangsa mamalia kecil, amfibia, dan reptilia lain.[5]
Ketika merasa terganggu, ular ini akan melakukan pertahanan diri dengan mengembangkan lehernya, memperlihatkan lehernya yang bergaris-garis. Ular ini adalah kobra penyembur (spitting cobra), dan mampu menyemprotkan bisanya sampai sejauh 2.5 meter. Ular ini juga diketahui berpura-pura mati dengan cara menggulungkan badannya sedemikian sehingga posisi ventral berada di atas, dan membiarkan mulutnya menganga.[6]
Reproduksi
Ringhals adalah spesies ular sendok yang berkembangbiak dengan bertelur-melahirkan (ovovivipar).[2] Jumlah anak yang dihasilkan sebanyak 20 sampai 35 ekor, tetapi pernah tercatat jumlah anaknya mencapai 65 ekor.[3]
Bisa
Ringhals adalah salah satu ular berbisa Afrika yang sangat mematikan. Bisanya memiliki kandungan neurotoksin dan sedikit sitotoksin, dan viskositasnya lebih rendah daripada spesies Elapidae Afrika lainnya.[2] Ketika berhadapan dengan manusia, ular ini menyemprotkan bisanya ke arah wajah. Jika mengenai mata, akan menimbulkan rasa sakit yang parah.[5]
Antibisa polivalen untuk pengobatan akibat gigitan ringhals sedang dibuat oleh lembaga Instituto Clodomiro Picado milik Universidad de Costa Rica.[7]
Referensi
- ^ a b Hemachatus haemachatus di Reptarium.cz Reptile Database. Diakses 25 Januari 2020.
- ^ a b c S. Hunter (2000). "Venomous Reptiles".
- ^ a b c R. Mastenbroek (2002). "Rinkhals". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-24.
- ^ Branch, Bill. 2004. Field Guide to Snakes and Other Reptiles of Southern Africa, Third Revised edition, Second impression. Ralph Curtis Books. Sanibel Island, Florida. 400 pp. ISBN 0-88359-042-5.
- ^ a b c B. Branch (1988). Field Guide to the Snakes and Other Reptiles of southern Africa. Struik, Cape Town.
- ^ BBC Earth Unplugged (2018-03-10), Rinkhals Snake Plays Dead | Deadly 60 | Earth Unplugged, diakses tanggal 2019-02-16
- ^ Sánchez, Andrés; et al. (2017). "Expanding the neutralization scope of the EchiTAb-plus-ICP antivenom to include venoms of elapids from Southern Africa". Toxicon. 125: 59–64. doi:10.1016/j.toxicon.2016.11.259. PMID 27890775.
- Bonnaterre, 1789 : Tableau encyclopédique et méthodique des trois règnes de la nature, Erpétologie.
- Fleming, 1822. The philosophy of zoology; or a general view of the structure, functions, and classification of animals. Edinburgh, (Constable), vol. 2 (lihat teks).