Lompat ke isi

Program Voyager: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Darhnh (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Darhnh (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 9: Baris 9:
<ref>[https://history.nasa.gov/SP-4219/Chapter11.html '' Chapter 11 "Voyager: The Grand Tour of Big Science"''] (sec. 268.), by Andrew,J. Butrica, found in ''From Engineering Science To Big Science'' {{ISBN|978-0-16-049640-0}} edited by Pamela E. Mack, NASA, 1998</ref>
<ref>[https://history.nasa.gov/SP-4219/Chapter11.html '' Chapter 11 "Voyager: The Grand Tour of Big Science"''] (sec. 268.), by Andrew,J. Butrica, found in ''From Engineering Science To Big Science'' {{ISBN|978-0-16-049640-0}} edited by Pamela E. Mack, NASA, 1998</ref>
[[File:Voyager Probe.stl|thumb|left|304x304px|Model pesawat luar angkasa [[Voyager]] dalam 3 Dimensi.]]
[[File:Voyager Probe.stl|thumb|left|304x304px|Model pesawat luar angkasa [[Voyager]] dalam 3 Dimensi.]]
Program Voyager mirip dengan Planetary Grand Tour yang direncanakan pada akhir 1960-an dan awal 70-an. Tur Grand akan mengambil keuntungan dari penyelarasan planet-planet luar yang ditemukan oleh Gary Flandro , seorang insinyur aerospace di Jet Propulsion Laboratory. Penyelarasan ini, yang terjadi setiap 175 tahun sekali, akan terjadi pada akhir 1970-an dan memungkinkan untuk menggunakan bantuan gravitasi untuk menjelajahi Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Planetary Grand Tour akan mengirim beberapa pasang probe untuk terbang oleh semua planet luar (termasuk Pluto, yang saat itu masih dianggap sebagai planet) di sepanjang berbagai lintasan, termasuk Jupiter-Saturnus-Pluto dan Jupiter-Uranus-Neptunus. Pendanaan terbatas mengakhiri program Grand Tour, tetapi elemen dimasukkan ke dalam Program Voyager, yang memenuhi banyak tujuan flyby Grand Tour kecuali kunjungan ke Pluto.
Program Voyager mirip dengan Planetary Grand Tour yang direncanakan pada akhir 1960-an dan awal 70-an. Tur Grand akan mengambil keuntungan dari penyelarasan [[planet-planet luar]] yang ditemukan oleh Gary Flandro , seorang insinyur aerospace di [[Jet Propulsion Laboratory]]. Penyelarasan ini, yang terjadi setiap 175 tahun sekali, akan terjadi pada akhir 1970-an dan memungkinkan untuk menggunakan bantuan gravitasi untuk menjelajahi [[Jupiter]], [[Saturnus]], [[Uranus]], [[Neptunus]], dan [[Pluto]]. Planetary Grand Tour akan mengirim beberapa pasang probe untuk terbang oleh semua planet luar (termasuk [[Pluto]], yang saat itu masih dianggap sebagai planet) di sepanjang berbagai lintasan, termasuk Jupiter-Saturnus-Pluto dan Jupiter-Uranus-Neptunus. Pendanaan terbatas mengakhiri program Grand Tour, tetapi elemen dimasukkan ke dalam Program Voyager, yang memenuhi banyak tujuan flyby Grand Tour kecuali kunjungan ke [[Pluto]].


[[Voyager 2]] adalah yang pertama diluncurkan. Lintasannya dirancang untuk memungkinkan flybys dari [[Yupiter]], [[Saturnus]], [[Uranus]], dan [[Neptunus]]. [[Voyager 1]] diluncurkan setelah [[Voyager 2]] , tetapi sepanjang lintasan yang lebih pendek dan lebih cepat yang dirancang untuk memberikan terbang optimal dari bulan Saturnus [[Titan(satelit alami)|Titan]] ,<ref name="Swift1997">{{cite book|author=David W. Swift|title=Voyager Tales: Personal Views of the Grand Tour|url=https://books.google.com/books?id=E-NGFqfq1LsC&pg=PA69|date=1 January 1997|publisher=AIAA|isbn=978-1-56347-252-7|page=69}}</ref> yang dikenal cukup besar dan memiliki atmosfer yang padat. Pertemuan ini mengirim Voyager 1 keluar dari bidang ekliptika, mengakhiri misi sains planetnya. Seandainya Voyager 1 tidak dapat melakukan flyby Titan, lintasan Voyager 2 dapat diubah untuk menjelajahi Titan, sehingga tidak melakukan kunjungan ke Uranus dan Neptunus. Voyager 1 tidak diluncurkan pada lintasan yang memungkinkannya melanjutkan ke Uranus dan Neptunus, tetapi bisa berlanjut dari Saturnus ke Pluto tanpa menjelajahi Titan.
[[Voyager 2]] adalah yang pertama diluncurkan. Lintasannya dirancang untuk memungkinkan flybys dari [[Yupiter]], [[Saturnus]], [[Uranus]], dan [[Neptunus]]. [[Voyager 1]] diluncurkan setelah [[Voyager 2]] , tetapi sepanjang lintasan yang lebih pendek dan lebih cepat yang dirancang untuk memberikan terbang optimal dari bulan Saturnus [[Titan(Bulan)|Titan]] ,<ref name="Swift1997">{{cite book|author=David W. Swift|title=Voyager Tales: Personal Views of the Grand Tour|url=https://books.google.com/books?id=E-NGFqfq1LsC&pg=PA69|date=1 January 1997|publisher=AIAA|isbn=978-1-56347-252-7|page=69}}</ref> yang dikenal cukup besar dan memiliki atmosfer yang padat. Pertemuan ini mengirim [[Voyager 1]] keluar dari bidang ekliptika, mengakhiri misi sains planetnya. Seandainya [[Voyager 1]] tidak dapat melakukan flyby Titan, lintasan [[Voyager 2]] dapat diubah untuk menjelajahi Titan, sehingga tidak melakukan kunjungan ke Uranus dan Neptunus. [[Voyager 1]] tidak diluncurkan pada lintasan yang memungkinkannya melanjutkan ke [[Uranus]] dan [[Neptunus]], tetapi bisa berlanjut dari Saturnus ke [[Pluto]] tanpa menjelajahi Titan.


Selama 1990-an, Voyager 1 mengambil alih wahana luar angkasa yang lebih lambat yaitu Pioneer 10 dan Pioneer 11 untuk menjadi objek buatan manusia yang paling jauh dari Bumi, sebuah catatan yang akan disimpannya untuk masa mendatang. The New Horizons probe, yang memiliki kecepatan peluncuran lebih tinggi dari Voyager 1 , bepergian lebih lambat karena kecepatan ekstra Voyager 1 yang diperoleh dari flybys nya Jupiter dan Saturnus. Voyager 1 dan Pioneer 10 adalah objek buatan manusia yang paling banyak dipisahkan di mana saja karena mereka bepergian dengan arah yang berlawanan dari Tata Surya .
Selama 1990-an, [[Voyager 1]] mengambil alih wahana luar angkasa yang lebih lambat yaitu [[Pioneer 10]] dan [[Pioneer 11]] untuk menjadi objek buatan manusia yang paling jauh dari Bumi, sebuah catatan yang akan disimpannya untuk masa mendatang. [[New Horizons]] probe, yang memiliki kecepatan peluncuran lebih tinggi dari [[Voyager 1]] , bepergian lebih lambat karena kecepatan ekstra [[Voyager 1]] yang diperoleh dari flybys nya [[Jupiter]] dan [[Saturnus]]. [[Voyager 1]] dan [[Pioneer 10]] adalah objek buatan manusia yang paling banyak dipisahkan di mana saja karena mereka bepergian dengan arah yang berlawanan dari [[Tata Surya]] .


Pada bulan Desember 2004, Voyager 1 melintasi syok terminasi , di mana angin matahari melambat ke kecepatan subsonik, dan memasuki heliosheath , di mana angin matahari dikompresi dan dibuat bergolak karena interaksi dengan medium antarbintang . Pada 10 Desember 2007, Voyager 2 juga mencapai guncangan pemutusan, sekitar 1 miliar mil lebih dekat ke Matahari daripada dari tempat Voyager 1 pertama kali melintasinya, menunjukkan bahwa Tata Surya tidak simetris . [18]
Pada bulan Desember 2004, [[Voyager 1]] melintasi syok terminasi , di mana angin matahari melambat ke kecepatan subsonik, dan memasuki [[heliosheath]] , di mana angin [[matahari ]]dikompresi dan dibuat bergolak karena interaksi dengan [[medium antarbintang]] . Pada 10 Desember 2007, [[Voyager 2]] juga mencapai guncangan pemutusan, sekitar 1 miliar mil lebih dekat ke Matahari daripada dari tempat [[Voyager 1]] pertama kali melintasinya, menunjukkan bahwa [[Tata Surya]] tidak simetris .


Pada 2010 Voyager 1 melaporkan bahwa kecepatan angin matahari telah turun menjadi nol, dan para ilmuwan memperkirakan bahwa itu mendekati ruang antarbintang . Pada tahun 2011, data dari Voyagers menentukan bahwa heliosheath tidak mulus, tetapi diisi dengan gelembung magnetik raksasa , berteori terbentuk ketika medan magnet Matahari menjadi melengkung di tepi Tata Surya.
Pada 2010 [[Voyager 1]] melaporkan bahwa kecepatan angin matahari telah turun menjadi nol, dan para ilmuwan memperkirakan bahwa itu mendekati ruang antarbintang . Pada tahun 2011, data dari Voyagers menentukan bahwa heliosheath tidak mulus, tetapi diisi dengan gelembung magnetik raksasa , berteori terbentuk ketika [[medan magnet]] [[Matahari]] menjadi melengkung di tepi [[Tata Surya]].


Para ilmuwan di NASA melaporkan bahwa Voyager 1 sangat dekat dengan memasuki ruang antarbintang, yang ditandai dengan peningkatan tajam dalam partikel berenergi tinggi dari luar Tata Surya. Pada September 2013, NASA mengumumkan bahwa Voyager 1 telah melewati heliopause pada 25 Agustus 2012, menjadikannya pesawat ruang angkasa pertama yang memasuki ruang antarbintang.
Para ilmuwan di [[NASA]] melaporkan bahwa [[Voyager 1]] sangat dekat dengan memasuki ruang antarbintang, yang ditandai dengan peningkatan tajam dalam partikel berenergi tinggi dari [[luar Tata Surya]]. Pada September 2013, NASA mengumumkan bahwa [[Voyager 1]] telah melewati [[heliopause]] pada 25 Agustus 2012, menjadikannya pesawat ruang angkasa pertama yang memasuki ruang [[antarbintang]].


Pada Desember 2018, NASA mengumumkan bahwa Voyager 2 telah melewati heliopause pada 5 November 2018, menjadikannya pesawat ruang angkasa kedua yang memasuki ruang antarbintang.
Pada Desember 2018, [[NASA]] mengumumkan bahwa [[Voyager 2]] telah melewati [[heliopause]] pada 5 November 2018, menjadikannya pesawat ruang angkasa kedua yang memasuki ruang [[antarbintang]].


Pada 2017 Voyager 1 dan Voyager 2 terus memantau kondisi di bentangan luar Tata Surya. Pesawat ruang angkasa Voyager diharapkan dapat mengoperasikan instrumen sains sampai tahun 2020, ketika daya yang terbatas akan membutuhkan instrumen untuk dinonaktifkan satu per satu. Sekitar tahun 2025, tidak ada lagi kekuatan yang cukup untuk mengoperasikan instrumen sains apa pun.
Pada 2017 [[Voyager 1]] dan [[Voyager 2]] terus memantau kondisi di bentangan [[luar Tata Surya]]. Pesawat ruang angkasa Voyager diharapkan dapat mengoperasikan instrumen sains sampai tahun 2020, ketika daya yang terbatas akan membutuhkan instrumen untuk dinonaktifkan satu per satu. Sekitar tahun 2025, tidak ada lagi kekuatan yang cukup untuk mengoperasikan instrumen sains apa pun.


Pada Juli 2019, sebuah rencana baru untuk mengelola dua wahana luar angkasa Voyager dengan lebih baik diusulkan.
Pada Juli 2019, sebuah rencana baru untuk mengelola dua wahana luar angkasa Voyager dengan lebih baik diusulkan.

Revisi per 12 Mei 2020 07.12

Montage Voyager 1 dan Voyager 2 saat mengunjungi planet dan bulan. Voyager 1 hanya mengobservasi Jupiter dan Saturnus sedangkan Voyager 2 mengobservasi kempat planet raksasa.

Program Voyager adalah rangkaian misi luar angkasa Amerika Serikat. Misi ini meliputi peluncuran dua pesawat angkasa tak berawak, yaitu Voyager 1 dan Voyager 2. Keduanya diluncurkan pada tahun 1977 dengan alasan untuk memanfaatkan deretan planet yang sesuai pada akhir 1970-an. Tujuan utama peluncuran misi ini adalah untuk mempelajari Jupiter dan Saturnus, tetapi dua pesawat tersebut mampu melanjutkan perjalanan mereka hingga ke tata surya luar. Saat ini mereka sedang berada dalam perjalanan keluar tata surya. Pesawat-pesawat tersebut dibangun di JPL dan didanai oleh NASA. Voyager 1 saat ini merupakan objek buatan manusia terjauh dari Bumi.

Dari misi ini, berhasil dikumpulkan data mengenai raksasa gas di tata surya, yang sebelumnya kurang diketahui.

Sejarah

Misi Pioneer dan Voyager pada tahun 2007.

Dua wahana antariksa Voyager pada awalnya disusun sebagai bagian dari program Mariner , dan oleh karena itu mereka pada awalnya bernama Mariner 11 dan Mariner 12 . Mereka kemudian dipindahkan ke program terpisah bernama "Mariner Jupiter-Saturn", yang kemudian dinamai Program Voyager karena dianggap bahwa desain dua wahana antariksa telah berkembang cukup jauh di luar keluarga Mariner untuk mendapatkan nama terpisah. [1] [2]

Model pesawat luar angkasa Voyager dalam 3 Dimensi.

Program Voyager mirip dengan Planetary Grand Tour yang direncanakan pada akhir 1960-an dan awal 70-an. Tur Grand akan mengambil keuntungan dari penyelarasan planet-planet luar yang ditemukan oleh Gary Flandro , seorang insinyur aerospace di Jet Propulsion Laboratory. Penyelarasan ini, yang terjadi setiap 175 tahun sekali, akan terjadi pada akhir 1970-an dan memungkinkan untuk menggunakan bantuan gravitasi untuk menjelajahi Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Planetary Grand Tour akan mengirim beberapa pasang probe untuk terbang oleh semua planet luar (termasuk Pluto, yang saat itu masih dianggap sebagai planet) di sepanjang berbagai lintasan, termasuk Jupiter-Saturnus-Pluto dan Jupiter-Uranus-Neptunus. Pendanaan terbatas mengakhiri program Grand Tour, tetapi elemen dimasukkan ke dalam Program Voyager, yang memenuhi banyak tujuan flyby Grand Tour kecuali kunjungan ke Pluto.

Voyager 2 adalah yang pertama diluncurkan. Lintasannya dirancang untuk memungkinkan flybys dari Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Voyager 1 diluncurkan setelah Voyager 2 , tetapi sepanjang lintasan yang lebih pendek dan lebih cepat yang dirancang untuk memberikan terbang optimal dari bulan Saturnus Titan ,[3] yang dikenal cukup besar dan memiliki atmosfer yang padat. Pertemuan ini mengirim Voyager 1 keluar dari bidang ekliptika, mengakhiri misi sains planetnya. Seandainya Voyager 1 tidak dapat melakukan flyby Titan, lintasan Voyager 2 dapat diubah untuk menjelajahi Titan, sehingga tidak melakukan kunjungan ke Uranus dan Neptunus. Voyager 1 tidak diluncurkan pada lintasan yang memungkinkannya melanjutkan ke Uranus dan Neptunus, tetapi bisa berlanjut dari Saturnus ke Pluto tanpa menjelajahi Titan.

Selama 1990-an, Voyager 1 mengambil alih wahana luar angkasa yang lebih lambat yaitu Pioneer 10 dan Pioneer 11 untuk menjadi objek buatan manusia yang paling jauh dari Bumi, sebuah catatan yang akan disimpannya untuk masa mendatang. New Horizons probe, yang memiliki kecepatan peluncuran lebih tinggi dari Voyager 1 , bepergian lebih lambat karena kecepatan ekstra Voyager 1 yang diperoleh dari flybys nya Jupiter dan Saturnus. Voyager 1 dan Pioneer 10 adalah objek buatan manusia yang paling banyak dipisahkan di mana saja karena mereka bepergian dengan arah yang berlawanan dari Tata Surya .

Pada bulan Desember 2004, Voyager 1 melintasi syok terminasi , di mana angin matahari melambat ke kecepatan subsonik, dan memasuki heliosheath , di mana angin matahari dikompresi dan dibuat bergolak karena interaksi dengan medium antarbintang . Pada 10 Desember 2007, Voyager 2 juga mencapai guncangan pemutusan, sekitar 1 miliar mil lebih dekat ke Matahari daripada dari tempat Voyager 1 pertama kali melintasinya, menunjukkan bahwa Tata Surya tidak simetris .

Pada 2010 Voyager 1 melaporkan bahwa kecepatan angin matahari telah turun menjadi nol, dan para ilmuwan memperkirakan bahwa itu mendekati ruang antarbintang . Pada tahun 2011, data dari Voyagers menentukan bahwa heliosheath tidak mulus, tetapi diisi dengan gelembung magnetik raksasa , berteori terbentuk ketika medan magnet Matahari menjadi melengkung di tepi Tata Surya.

Para ilmuwan di NASA melaporkan bahwa Voyager 1 sangat dekat dengan memasuki ruang antarbintang, yang ditandai dengan peningkatan tajam dalam partikel berenergi tinggi dari luar Tata Surya. Pada September 2013, NASA mengumumkan bahwa Voyager 1 telah melewati heliopause pada 25 Agustus 2012, menjadikannya pesawat ruang angkasa pertama yang memasuki ruang antarbintang.

Pada Desember 2018, NASA mengumumkan bahwa Voyager 2 telah melewati heliopause pada 5 November 2018, menjadikannya pesawat ruang angkasa kedua yang memasuki ruang antarbintang.

Pada 2017 Voyager 1 dan Voyager 2 terus memantau kondisi di bentangan luar Tata Surya. Pesawat ruang angkasa Voyager diharapkan dapat mengoperasikan instrumen sains sampai tahun 2020, ketika daya yang terbatas akan membutuhkan instrumen untuk dinonaktifkan satu per satu. Sekitar tahun 2025, tidak ada lagi kekuatan yang cukup untuk mengoperasikan instrumen sains apa pun.

Pada Juli 2019, sebuah rencana baru untuk mengelola dua wahana luar angkasa Voyager dengan lebih baik diusulkan.

Pranala luar

NASA sites

  1. ^ Dave Doody (15 September 2004). "Basics of Space Flight Section I. The Environment of Space". .jpl.nasa.gov. 
  2. ^ Chapter 11 "Voyager: The Grand Tour of Big Science" (sec. 268.), by Andrew,J. Butrica, found in From Engineering Science To Big Science ISBN 978-0-16-049640-0 edited by Pamela E. Mack, NASA, 1998
  3. ^ David W. Swift (1 January 1997). Voyager Tales: Personal Views of the Grand Tour. AIAA. hlm. 69. ISBN 978-1-56347-252-7.