Pengguna:Alteaven: Perbedaan antara revisi
Baris 155: | Baris 155: | ||
|+ style="text-align:center;" | ''Aksara Wyanjana'' (deret kuno) |
|+ style="text-align:center;" | ''Aksara Wyanjana'' (deret kuno) |
||
|- style="text-align:center;" |
|- style="text-align:center;" |
||
! rowspan="3"|'''Tempat pelafalan''' |
! rowspan="3"|'''Tempat pelafalan'''<br><small>Warga</small> |
||
! colspan="5"|'''Pancawalimukha''' |
! colspan="5"|'''Pancawalimukha''' |
||
! rowspan="3" "|'''[[Semivokal]]'''<br><small>Ardhasuara</small> |
! rowspan="3" "|'''[[Semivokal]]'''<br><small>Ardhasuara</small> |
Revisi per 12 Mei 2020 08.08
| ||||||||||
| ||||||||||
Wikipedian Indonesia
Tentang pengguna
Nama saya Aditya Bayu Perdana bertempat tinggal di Jakarta.
Tertarik banyak hal, namun utamanya hal-hal yang berbau sejarah, bahasa, atau seni.
Kontribusi
Membuat
Menyunting
Galeri
Beberapa gambar yang saya upload di Commons.
-
Batik pesisir
Akun lain
Tes
tabel
Tempat pelafalan | Pancawalimukha | Semivokal | Sibilan | Celah | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nirsuara | Bersuara | Sengau | ||||||||
Tidak Teraspirasi | Teraspirasi | Tidak Teraspirasi | Teraspirasi | |||||||
Velar | ꦏ ka |
ꦑ kha |
ꦒ ga |
ꦓ gha |
ꦔ ṅa1 |
ꦲ ha/a5 | ||||
Palatal | ꦕ ca |
ꦖ cha |
ꦗ ja |
ꦙ jha |
ꦚ ña2 |
ꦪ ya |
ꦯ śa6 |
|||
Retrofleks | ꦛ ṭa3 |
ꦜ ṭha |
ꦝ ḍa4 |
ꦞ ḍha |
ꦟ ṇa |
ꦫ ra |
ꦰ ṣa |
|||
Dental | ꦠ ta |
ꦡ tha |
ꦢ da |
ꦣ dha |
ꦤ na |
ꦭ la |
ꦱ sa |
|||
Labial | ꦥ pa |
ꦦ pha |
ꦧ ba |
ꦨ bha |
ꦩ ma |
ꦮ wa |
||||
Catatan
Pelafalan berikut tidak digunakan dalam bahasa Jawa modern:
|
Tempat pelafalan Warga |
Pancawalimukha | Semivokal Ardhasuara |
Sibilan Ūṣma |
Celah Wisarga | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nirsuara | Bersuara | Sengau Anunāsika | ||||||||
Tidak Teraspirasi Alpaprāṇa |
Teraspirasi Mahāprāṇa |
Tidak Teraspirasi Alpaprāṇa |
Teraspirasi Mahāprāṇa | |||||||
Velar Kaṇṭya |
ᬓ ka |
ᬔ kha |
ᬕ ga |
ᬖ gha |
ᬗ ṅa1 |
ᬳ ha/a5 | ||||
Palatal Tālawya |
ᬘ ca |
ᬙ cha |
ᬚ ja |
ᬛ jha |
ᬜ ña2 |
ᬬ ya |
ᬰ śa6 |
|||
Retrofleks Mūrdhaña |
ᬝ ṭa3 |
ᬞ ṭha |
ᬟ ḍa4 |
ᬠ ḍha |
ᬡ ṇa |
ᬭ ra |
ᬱ ṣa |
|||
Dental Dantya |
ᬢ ta |
ᬣ tha |
ᬤ da |
ᬥ dha |
ᬦ na |
ᬮ la |
ᬲ sa |
|||
Labial Oṣṭya |
ᬧ pa |
ᬨ pha |
ᬩ ba |
ᬪ bha |
ᬫ ma |
ᬯ wa |
||||
Catatan
Pelafalan berikut tidak digunakan dalam bahasa Jawa modern:
|
^1Aksara wreṣāstra. Dalam urutan tradisional ialah: ha na ca ra ka / da ta sa wa la / ma ga ba nga / pa ja ya nya.
^2 Konsonan /h/ kadang tidak dibaca. Semisal hujan dibaca ujan.[1]
^3 Bentuk ca laca tidak diketahui pasti, karena hanya gantungan-nya yang masih dipakai.[2] Namun bentuk aksaranya diikut-sertakan dalam Unicode.[3]
^4 alpaprana ^5 mahaprana
^6 Sebenarnya sebuah konsonan alveolar, tetapi diklasifikasikan sebagai dental
^7 Bentuk pertama lebih sering digunakan.
Penggunaan di luar bahasa Jawa
Bahasa Sunda
Aksara Jawa juga dapat digunakan untuk menulis bahasa Sunda. Namun aksara dimodifikasi dan dikenal dengan nama Cacarakan. Perbedaannya terlihat dari tidak digunakannya huruf da (ꦢ) dan tha (ꦛ), sehingga konsonan dasarnya hanya terdiri dari 18 huruf. Huruf da dalam Cacarakan justru mempergunakan huruf yang dalam bahasa Jawa diucapkan dha (ꦣ).[4] Perbedaan juga terlihat dari penyederhanaan vokal /o/ menjadi tanda baca tarung (ꦴ),[4] dan bentuk huruf nya yang berbeda (ꦤ꧀ꦚ). Huruf ini dibangun dari huruf na yang diberi pasangan nya.[5]
Latin | Cacarakan Sunda | Sunda Baku |
---|---|---|
Cacarakan Sunda ini dipakai selama kurang lebih 300 tahun setelah keluarnya ultimatum dari VOC pada tanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara Jawa, abjad Pegon, dan alfabet Latin untuk menuliskan bahasa Jawa dan Sunda. Sebagai akibatnya, aksara Sunda kuno dan Rikasara Cirebon punah karena sudah tidak lagi digunakan untuk menulis dalam bahasa Sunda. Saat ini, bahasa Sunda sudah menggunakan aksara baru yang diberi nama aksara Sunda baku, menggantikan Cacarakan. Hanya sebagian kecil daerah di Jawa Barat masih mempertahankan Cacarakan untuk menulis bahasa Sunda.[6][7]
Bahasa Madura
Aksara Jawa juga digunakan untuk menulis bahasa Madura. Dikenal dengan nama Akṣara Maḍurâ (ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦩꦝꦸꦫ),[8] aksara ini diperkirakan mulai masuk ke Pulau Madura pada awal abad ke-13 akibat pengaruh dari keraton-keraton Jawa.[1] Secara garis besar, aksara Jawa yang digunakan untuk menulis bahasa Madura memiliki sedikit perbedaan dengan aksara Jawa pada umumnya. Perbedaan terletak pada penamaan aksara.[1]
Akṣara Maḍurâ | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Contoh
Alfabet Latin | Akṣara Maḍurâ |
---|---|
24 orèng sè ollè bhântowan berrâs. | ꧋꧒꧔꧇ꦲꦺꦴꦫꦺꦁꦱꦺꦲꦺꦴꦭ꧀ꦭꦺꦧꦤ꧀ꦠꦺꦴꦮꦤ꧀ꦧꦼꦂꦫꦱ꧀꧈ |
Bhu Salama ngobângè 21 bighi' somangka. | ꧋ꦧꦸꦯꦭꦩꦔꦺꦴꦧꦔꦺ꧇꧒꧑꧇ꦧꦶꦒꦶꦃꦱꦺꦴꦩꦁꦏ꧉ |
Pa' Salam ngobângè sampan 735. | ꧋ꦥꦃꦯꦭꦩ꧀ꦔꦺꦴꦧꦔꦺꦱꦩ꧀ꦥꦤ꧀꧇꧗꧓꧕꧉ |
Fon
꧋ꦱꦧꦼꦤ꧀ꦮꦺꦴꦁꦏꦭꦲꦶꦂꦫꦏ꧀ꦏꦺꦏꦤ꧀ꦛꦶꦩꦂꦢꦶꦏꦭꦤ꧀ꦢꦂꦧꦺꦩꦂꦠꦧꦠ꧀ꦭꦤ꧀ꦲꦏ꧀ꦲꦏ꧀ꦏꦁꦥꦝ꧉
|
Hanacaraka/Pallawa, oleh Teguh Budi Sayoga |
JG Aksara Jawa, oleh Jason Glavy |
Tuladha Jejeg, oleh R.S. Wihananto |
Aturra, oleh Aditya Bayu Perdana |
Adjisaka, oleh Sudarto HS/Ki Demang Sokowanten |
Noto Sans Javanese, oleh Google Inc. |
Djoharuddin, oleh Aditya Bayu Perdana[a] |
- dengan sampel teks baris pertama Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia dalam bahasa Jawa.
Pada tahun 2013, terdapat sejumlah fon pendukung aksara Jawa yang beredar luas: Hanacaraka/Pallawa oleh Teguh Budi Sayoga,[9] Adjisaka oleh Sudarto HS/Ki Demang Sokowanten,[10] JG Aksara Jawa oleh Jason Glavy,[11] Carakan Anyar oleh Pavkar Dukunov,[12] dan Tuladha Jejeg oleh R.S. Wihananto,[13] yang berbasiskan teknologi Graphite (SIL). Fon lain yang edaran terbatas termasuk Surakarta yang dibuat oleh Matthew Arciniega pada 1992 untuk screen fon Mac,[14] dan Tjarakan yang dikembangkan AGFA Monotype sekitar tahun 2000.[15] Terdapat juga fon berbasis symbol bernama Aturra yang dikembangkan Aditya Bayu Perdana sejak 2012–2013.[16] Pada tahun 2014, Google memperkenalkan Noto Sans Javanese sebagai bagian dari seri fon Noto untuk mendukung semua bahasa di dunia.[17]
Karena kompleksitas aksara Jawa, banyak fon aksara Jawa menggunakan metode input non-konvensional dibanding aksara Brahmi lain, dan memiliki sejumlah masalah. Semisal, penggunaan JG Aksara Jawa dapat menimbulkan konflik dengan tulisan lain karena fon tersebut menggunakan kode berbagai tulisan selain Jawa.[18]
Secara teknis, dapat dikatakan bahwa fon Tuladha Jejeg adalah yang paling lengkap. Fon tersebut mampu menampilkan bentuk kompleks dan mendukung semua karakter Jawa dengan basis Unicode. Hal ini dicapai dengan penggunaan teknologi Graphite SIL. Namun karena tidak banyak tulisan yang butuh dukungan sekompleks Jawa, penggunaan terbatas pada program yang mendukung Graphite, seperti peramban web Firefox dan klien surel Thunderbird. Fon ini juga digunakan untuk tampilan aksara Jawa di situs-situs web Wikimedia Foundation, seperti situs web Wikipedia.[5]
- ^ a b c Tinggen, p. 16 Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama ":0" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ Tinggen, p. 23
- ^ "Unicode Table" (PDF). Diakses tanggal 2013-11-13.
- ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamatolong
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaTJ
- ^ Rosyadi (1997). Pelestarian dan usaha pengembangan aksara daerah Sunda. Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Jawa Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia.
- ^ Sisi senyap politik bising. Budi Susanto, A., 1952-. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2007. ISBN 9789792116588. OCLC 262737609.
- ^ "Terjemahan Bahasa Madura". terjemahan.madura.web.id. Diakses tanggal 2020-02-22.
- ^ Teguh Budi Sayoga (September 2004). "Hanacaraka". Diakses tanggal 9 November 2013.
- ^ Ki Demang Sokowanten (1 November 2009). "Adjisaka". Diakses tanggal 9 November 2013.
- ^ Jason Glavy (16 December 2006). "JG Aksara Jawa". Diakses tanggal 9 November 2013.
- ^ Pavkar Dukunov (Nov 25, 2011). "Carakan Anyar". Hanang Hundarko. Diakses tanggal 9 November 2013.
- ^ R.S. Wihananto. "Tuladha Jejeg, Javanese Unicode font". Diakses tanggal 9 November 2013.
- ^ Matthew Arciniega's page
- ^ AGFA Monotype: Javanese. Glyph repertoire
- ^ Aditya Bayu Perdana (1 September 2013). "Aturra, font for Javanese". Diakses tanggal 9 November 2013.
- ^ "googlefonts/noto-fonts". GitHub (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-22.
- ^ Pitulung: Aksara Jawa
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/>
yang berkaitan