Lompat ke isi

Iskandar Muhammad Djabir Sjah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''Sultan Iskandar Muhammad Djabir Syah''' adalah seorang sultan dari Kesultanan Ternate. Dia adalah sultan Ternate ke-47. {{bio-stub}}'
Tag: sangat pendek [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox royalty
'''Sultan Iskandar Muhammad Djabir Syah''' adalah seorang [[sultan]] dari [[Kesultanan Ternate]]. Dia adalah sultan Ternate ke-47.
|name = Iskandar Muhammad Djabir Syah
|title = Sultan Iskandar Muhammad Djabir Syah
|image =
|caption =
|succession = [[Kesultanan Ternate#Struktur Kerajaan|Sultan Ternate]] ke-47
|reign = 1929—1975
|predecessor = Muhammad Usman Sjah
|successor = [[Mudaffar Sjah]]
|reg-type =
|regent =
|spouse = Boki Mariam
|issue = [[Mudaffar Sjah]]
|royal house = Kedaton Kesultanan Ternate, [[Soa Sio, Ternate Utara, Ternate|Soa Sio]], [[Kota Ternate|Ternate]]
|father = Muhammad Usman Sjah
|mother = Boki Mihir
|birth_date = {{Birth date|1902|3|4}}
|birth_place = [[Berkas:Bendera-kesultanan-ternate.jpg|20px|[[Kesultanan Ternate]]]] [[Ternate]], [[Kesultanan Ternate]]
|death_date = {{Death date and age|1975|7|4|1902|3|4}}
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|religion = [[Islam]]
|residence = [[Indonesia]]
|}}


'''Iskandar Muhammad Djabir Syah''' ({{lahirmati|[[Ternate]], [[Maluku Utara]]|4|3|1902|[[Jakarta]]|4|7|1975}}) adalah seorang [[sultan]] dari [[Kesultanan Ternate]]. Dia adalah sultan Ternate ke-47.

== Biografi ==
Iskandar Muhammad Djabir Sjah (1902—1975) adalah Sultan Ternate ke-46. Sultan sangat membenci penjajahan. Hal ini tidak lepas dari pengalaman hidupnya. Ayahnya ditangkap dan dibuang oleh Belanda. Djabir dan saudara-saudaranya juga dibawa ke Batavia dan dididik menurut cara-cara Belanda. Tetapi di sana Djabir justru makin mengenal politik dan menjadi simpatisan Jong Islamiten Bond.

Pada tanggal 2 September 1929, Djabir dinobatkan sebagai Sultan Ternate. Usaha Belanda untuk menjadikan sultan sebagai “boneka”gagal, karena Sultan tidak mau tunduk. Ketika Jepang masuk, Sultan “rela” diungsikan Sekutu ke Australia. Tetapi pikiran dan hati Sultan tetap pada rakyatnya, sehingga Sultan rela bolak-balik Australia Ternate untuk kepentingan rakyatnya.

Setelah Indonesia merdeka dan Sultan kembali ke Ternate, mulailah terjadi gesekan atau ketidaksesuaian dengan golongan pemuda. Para pemuda menginginkan negara berbentuk kesatuan, sedangkan Sultan teguh pada pendiriannya yaitu federal. Alasannya adalah pertimbangan kondisi alam dan geografis serta beraneka ragam kebudayaan yang ada di Indonesia. Konsep Moloku kia raha inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran dan pendapat Sultan. Walaupun begitu dalam sistem pemerintahan Sultan adalah nasional demokrat.

Pendapat Sultan mengenai konsep negara federal ini ternyata membawa akibat “buruk”. Gesekan semakin menjadi-jadi, bahkan Sultan difitnah terlibat gerakan Republik Maluku Selatan (RMS). Akhirnya Sultan dipanggil Presiden Republik Indonesia Soekarno ke Jakarta. Namun, sultan tetap bertahan pada ideologinya yaitu negara federal.

Sultan kemudian ditanya mau tinggal di Jakarta atau pulang ke Ternate. Sultan terpaksa memilih tinggal di Jakarta. Alasannya adalah bila kembali ke Ternate pasti timbul konflik dengan para pemuda. Yang kedua adalah untuk membersihkan nama baiknya. Di Jakarta Sultan bekerja di Kementerian Dalam Negeri. Sultan Iskandar Muhammad Djabir Syah wafat 4 Juli 1975. Tahun 1995 kerangkanya dipulangkan ke Ternate dengan penghormatan yang besar sesuai adat kerajaan.<ref>http://otobiografitokohdunia.blogspot.com/2014/03/dari-moloku-kie-raha-hingga-negara.html?m=1</ref>

== Referensi ==
{{reflist}}
{{bio-stub}}
{{bio-stub}}

Revisi per 18 Mei 2020 13.31

Iskandar Muhammad Djabir Syah
Sultan Iskandar Muhammad Djabir Syah
Sultan Ternate ke-47
Berkuasa1929—1975
PendahuluMuhammad Usman Sjah
PenerusMudaffar Sjah
Kelahiran(1902-03-04)4 Maret 1902
Kesultanan Ternate Ternate, Kesultanan Ternate
Kematian4 Juli 1975(1975-07-04) (umur 73)
Indonesia Jakarta, Indonesia
PasanganBoki Mariam
KeturunanMudaffar Sjah
WangsaKedaton Kesultanan Ternate, Soa Sio, Ternate
AyahMuhammad Usman Sjah
IbuBoki Mihir
AgamaIslam

Iskandar Muhammad Djabir Syah (4 Maret 1902 – 4 Juli 1975) adalah seorang sultan dari Kesultanan Ternate. Dia adalah sultan Ternate ke-47.

Biografi

Iskandar Muhammad Djabir Sjah (1902—1975) adalah Sultan Ternate ke-46. Sultan sangat membenci penjajahan. Hal ini tidak lepas dari pengalaman hidupnya. Ayahnya ditangkap dan dibuang oleh Belanda. Djabir dan saudara-saudaranya juga dibawa ke Batavia dan dididik menurut cara-cara Belanda. Tetapi di sana Djabir justru makin mengenal politik dan menjadi simpatisan Jong Islamiten Bond.

Pada tanggal 2 September 1929, Djabir dinobatkan sebagai Sultan Ternate. Usaha Belanda untuk menjadikan sultan sebagai “boneka”gagal, karena Sultan tidak mau tunduk. Ketika Jepang masuk, Sultan “rela” diungsikan Sekutu ke Australia. Tetapi pikiran dan hati Sultan tetap pada rakyatnya, sehingga Sultan rela bolak-balik Australia Ternate untuk kepentingan rakyatnya.

Setelah Indonesia merdeka dan Sultan kembali ke Ternate, mulailah terjadi gesekan atau ketidaksesuaian dengan golongan pemuda. Para pemuda menginginkan negara berbentuk kesatuan, sedangkan Sultan teguh pada pendiriannya yaitu federal. Alasannya adalah pertimbangan kondisi alam dan geografis serta beraneka ragam kebudayaan yang ada di Indonesia. Konsep Moloku kia raha inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran dan pendapat Sultan. Walaupun begitu dalam sistem pemerintahan Sultan adalah nasional demokrat.

Pendapat Sultan mengenai konsep negara federal ini ternyata membawa akibat “buruk”. Gesekan semakin menjadi-jadi, bahkan Sultan difitnah terlibat gerakan Republik Maluku Selatan (RMS). Akhirnya Sultan dipanggil Presiden Republik Indonesia Soekarno ke Jakarta. Namun, sultan tetap bertahan pada ideologinya yaitu negara federal.

Sultan kemudian ditanya mau tinggal di Jakarta atau pulang ke Ternate. Sultan terpaksa memilih tinggal di Jakarta. Alasannya adalah bila kembali ke Ternate pasti timbul konflik dengan para pemuda. Yang kedua adalah untuk membersihkan nama baiknya. Di Jakarta Sultan bekerja di Kementerian Dalam Negeri. Sultan Iskandar Muhammad Djabir Syah wafat 4 Juli 1975. Tahun 1995 kerangkanya dipulangkan ke Ternate dengan penghormatan yang besar sesuai adat kerajaan.[1]

Referensi