Ngoko: Perbedaan antara revisi
k ←Suntingan 115.178.235.190 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh LaninBot Tag: Pengembalian |
{{inuse}} Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{inuse}} |
|||
{{kembangkan}} |
{{kembangkan}} |
||
'''Ngoko''' adalah salah satu tingkatan bahasa dalam [[Bahasa Jawa]]. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya dihindari untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua. |
'''Ngoko''' adalah salah satu tingkatan bahasa dalam [[Bahasa Jawa]]. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya dihindari untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua. |
Revisi per 31 Mei 2020 13.28
Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus. |
Ngoko adalah salah satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya dihindari untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua.
Deskripsi
Tingkat tutur ngoko yaitu ungah ungguh bahasa jawa yang berintikan leksikon ngoko. Ciri-ciri katanya terdapat afiks di-,-e dan –ake. Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan bicara (mitra wicara). Ragam ngoko mempunyai dua bentuk varian, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus (Sasangka 2004:95).
Ngoko Lugu
Yang dimaksud dengan ngoko lugu adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko dan netral (leksikon ngoko dan netral) tanpa terselip leksikon krama, krama inggil, atau krama andhap, baik untuk persona pertama (01), persona kedua, persona kedua (02), maupun kedua (02), maupun untuk persona ketiga (03).
Contoh:
- yen mung kaya ngono wae, aku mesthi ya iso! “Jika Cuma seperti itu saja, saya pasti juga bisa!”
- Yen mung kaya ngono wae, kowe mesthi ya iso! “Jika Cuma seperti itu saja, kamu pasti juga bisa!”
- Yen mung kaya mengono wae, dheweke ya iso! “Jika Cuma seperti itu saja, dia pasti juga bisa!”
Ngoko Alus
Yang dimaksud dengan ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh yang di dalamnya bukan hanya terdiri atas leksikon ngoko dan netral saja, melainkan juga terdiri atas leksikon krama inggil, krama andhap, atau leksikon krama yang muncul di dalam ragam ini sebenarnya hanya digunakan untuk menghormati mitra wicara (orang ke 2 atau 3) (Sasangka 2004:99-100).
Contoh:
- Wingenane simbah tindak mrene (Sudaryanto 1991:153). ‘Kemarin dulu nenek ke sini’
- Pak guru basa Jawa sing anyar iku asmane sapa? (Sasangka 2001:183). ‘Pak guru bahasa Jawa yang baru itu namanya siapa?’
Tampak bahwa pada butir tindak ‘pergi/berangkat’ dan asmane ‘namanya’ merupakan leksikon krama inggil yang berfungsi untuk menghormati mitra tutur (Sasangka 2004:100).
Contoh dari bahasa ngoko: