Chalid Salim: Perbedaan antara revisi
Baris 38: | Baris 38: | ||
* Azizah Etek, Mursyid A. M., Arfan B; Kelah Sang Demang Jahja Datoek Kajo: Pidato Otokritik di Volkstraad, 1927-1939; LKiS, 2008 |
* Azizah Etek, Mursyid A. M., Arfan B; Kelah Sang Demang Jahja Datoek Kajo: Pidato Otokritik di Volkstraad, 1927-1939; LKiS, 2008 |
||
* Majalah Tempo, Kisah dari Siberia Hijau, 24 Oktober 1981 |
* Majalah Tempo, Kisah dari Siberia Hijau, 24 Oktober 1981 |
||
* {{citation |
|||
|last1 = Steenbrink |
|||
|first1 = Karel |
|||
|year = 2007 |
|||
|title = Catholics in Indonesia, 1903-1942 : A Documented History, |
|||
|volume = 2 |
|||
|publisher = Brill |
|||
|language = {{en}} |
|||
|isbn = 978-90-67-18260-7}} |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
Revisi per 1 Juni 2020 18.07
Abdoel Chalid Salim | |
---|---|
Berkas:Abdoel Chalid Salim.jpg | |
Lahir | Tanjungpinang, Hindia Belanda | 24 November 1902
Meninggal | 10 Maret 1985 Rijswijk, Zuid Holland, Belanda | (umur 82)
Kebangsaan | Indonesia |
Nama lain | Ignatius Franciscus Michael Salim |
Dikenal atas | Tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia |
Orang tua | Sutan Mohamad Salim |
Abdoel Chalid Salim (24 November 1902 – 10 Maret 1985) atau Ignatius Franciscus Michael Salim[1] adalah seorang wartawan dan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia berhaluan kiri. Ia merupakan putra Sutan Muhammad Salim, seorang jaksa dari Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat. Dia juga merupakan adik Haji Agus Salim.
Kehidupan
Setelah meninggalkan bangku sekolah MULO (1923) di Weltevreden, Chalid Salim pergi bekerja ke Lumajang. Setelah itu ia mengikuti saudaranya Jacob Salim di Pontianak. Disini ia bekerja di kantor advokat dan aktif menulis di mingguan Halilintar Hindia. Kemudian ia pindah ke Medan, dan bekerja sebagai redaktur Pewarta Deli. Tulisannya banyak mengecam kebijakan pemerintah Hindia Belanda, seperti poenale sanctie, hingga kedoknya sebagai aktivis komunis terbongkar. Chalid dipenjara selama setahun di Medan, sebelum akhirnya dibuang ke Boven Digul. Ia mendekam di Digul selama 15 tahun (1928-1943), dan merupakan salah satu tahanan politik yang paling lama mendekam di kamp tersebut.[2] Salim dibaptis oleh Imam C. Meuwese pada 26 Desember 1942, beberapa bulan sebelum ia meninggalkan Tempat Pengasingan Boven Digoel, setelah serangkaian perdebatan panjang dan katekisasi yang diberikan oleh imam Keuskupan Agung Merauke tersebut.[3]
Karya
- Vijftien Jaar Boven-Digoel Concentratiekamp op Nieuw-Guinea Bakermat van de Indonesische Onafhankelijkheid. Diterjemahkan menjadi "Lima Belas Tahun Digul, Kamp Konsentrasi di Nieuw Guinea, Tempat Persemaian Kemerdekaan Indonesia" (1977)
Catatan kaki
- ^ http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/774591
- ^ Yunus Yahya, Peranakan idealis: dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya, KPG, 2002
- ^ Steenbrink 2007, hlm. 251-52.
Referensi
- Haji Agus Salim, Di Jalan ke Digul, Fadjar Asia, 3 Agustus 1928
- Azizah Etek, Mursyid A. M., Arfan B; Kelah Sang Demang Jahja Datoek Kajo: Pidato Otokritik di Volkstraad, 1927-1939; LKiS, 2008
- Majalah Tempo, Kisah dari Siberia Hijau, 24 Oktober 1981
- Steenbrink, Karel (2007), Catholics in Indonesia, 1903-1942 : A Documented History (dalam bahasa (Inggris)), 2, Brill, ISBN 978-90-67-18260-7