Lompat ke isi

Hartini: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ari Mjr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Harrydrost (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26: Baris 26:
|father = Osan
|father = Osan
}}
}}
'''Hartini''' ({{lahirmati|[[Ponorogo]], [[Jawa Timur]]|20|09|1924|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|12|03|2002}}) adalah istri keempat [[Presiden RI]] [[Soekarno]]. Ayahnya Osan adalah pegawai Departemen Kehutanan yang rutin berpindah kota. Hartini menamatkan SD di [[Malang]] dan ia diangkat anak oleh keluarga Oesman di [[Bandung]]. Hartini melanjutkan pendidikan di Nijheidschool (Sekolah Kepandaian Putri) Bandung. Hartini menamatkan SMP dan SMU di Bandung. Hartini remaja dikenal cantik, dan Hartini muda menikahi Soewondo dan menetap di [[Salatiga]]. Ia menjadi janda pada usia 28 tahun dengan lima orang anak. Tahun [[1952]] di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju [[Yogyakarta]] untuk meresmikan [[Masjid Syuhada]].
'''Hartini''' ({{lahirmati|[[Ponorogo]], [[Jawa Timur]]|20|09|1924|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|12|03|2002}}) adalah istri keempat [[Presiden RI]] [[Soekarno]]. Ayahnya Osan adalah pegawai Departemen Kehutanan yang rutin berpindah kota. Hartini menamatkan SD di [[Malang]] dan ia diangkat anak oleh keluarga Oesman di [[Bandung]]. Hartini melanjutkan pendidikan di Nijverheidsschool (Sekolah Kepandaian Putri) Bandung. Hartini menamatkan SMP dan SMU di Bandung. Hartini remaja dikenal cantik, dan Hartini muda menikahi Soewondo dan menetap di [[Salatiga]]. Ia menjadi janda pada usia 28 tahun dengan lima orang anak. Tahun [[1952]] di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju [[Yogyakarta]] untuk meresmikan [[Masjid Syuhada]].


Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka [[Ramayana]] di [[Candi Prambanan]]. Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana. Dua hari setelah [[Guruh Soekarno Putra]] lahir, tanggal [[15 Januari]] [[1953]], Soekarno meminta izin [[Fatmawati]] untuk menikahi Hartini. Fatmawati mengizinkan, tetapi kemudian menyebabkannya menuai protes dari berbagai organisasi wanita yang dimotori Perwari yang anti [[poligami]]. Soekarno dan Hartini akhirnya menikah di [[Istana Cipanas]], [[7 Juli]] [[1953]]. Tahun [[1964]] Hartini pindah ke salah satu paviliun di [[Istana Bogor]]. Hartini ikut mendampingi acara kenegaraan Soekarno di Istana Bogor, antara lain menemui [[Ho Chi Minh]], [[Norodom Sihanouk]], [[Akihito]] dan [[Michiko]].
Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka [[Ramayana]] di [[Candi Prambanan]]. Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana. Dua hari setelah [[Guruh Soekarno Putra]] lahir, tanggal [[15 Januari]] [[1953]], Soekarno meminta izin [[Fatmawati]] untuk menikahi Hartini. Fatmawati mengizinkan, tetapi kemudian menyebabkannya menuai protes dari berbagai organisasi wanita yang dimotori Perwari yang anti [[poligami]]. Soekarno dan Hartini akhirnya menikah di [[Istana Cipanas]], [[7 Juli]] [[1953]]. Tahun [[1964]] Hartini pindah ke salah satu paviliun di [[Istana Bogor]]. Hartini ikut mendampingi acara kenegaraan Soekarno di Istana Bogor, antara lain menemui [[Ho Chi Minh]], [[Norodom Sihanouk]], [[Akihito]] dan [[Michiko]].

Revisi per 15 Juni 2020 21.15

Hartini
Berkas:Hartini.jpg
Ibu Negara Indonesia (tidak resmi)
Masa jabatan
7 Juli 1953 – 12 Maret 1967
Sebelum
Pendahulu
Fatmawati (menjabat sejak 18 Agustus 1945)
Pengganti
Siti Hartinah
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir20 September 1924
Belanda Ponorogo, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal12 Maret 2002(2002-03-12) (umur 77)
Indonesia Jakarta, Indonesia
KewarganegaraanIndonesia Indonesia
Suami/istriDr. Soewondo (tiada – 1952)
Ir. Soekarno (1953 – 1970)
Anakdari Soewondo
  • Siti Suwandari
  • Herwindo
  • Tri Harwanto
  • Sri Wulandari
  • Riswulan

dari Soekarno
Orang tua
  • Osan (ayah)
Tempat tinggalIndonesia
PekerjaanIstri Presiden RI
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Hartini (20 September 1924 – 12 Maret 2002) adalah istri keempat Presiden RI Soekarno. Ayahnya Osan adalah pegawai Departemen Kehutanan yang rutin berpindah kota. Hartini menamatkan SD di Malang dan ia diangkat anak oleh keluarga Oesman di Bandung. Hartini melanjutkan pendidikan di Nijverheidsschool (Sekolah Kepandaian Putri) Bandung. Hartini menamatkan SMP dan SMU di Bandung. Hartini remaja dikenal cantik, dan Hartini muda menikahi Soewondo dan menetap di Salatiga. Ia menjadi janda pada usia 28 tahun dengan lima orang anak. Tahun 1952 di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada.

Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan. Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana. Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini. Fatmawati mengizinkan, tetapi kemudian menyebabkannya menuai protes dari berbagai organisasi wanita yang dimotori Perwari yang anti poligami. Soekarno dan Hartini akhirnya menikah di Istana Cipanas, 7 Juli 1953. Tahun 1964 Hartini pindah ke salah satu paviliun di Istana Bogor. Hartini ikut mendampingi acara kenegaraan Soekarno di Istana Bogor, antara lain menemui Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk, Akihito dan Michiko.

Makam Hartini di TPU Karet Bivak

Pada masa tahun 1950-an, saat nasionalisme dan revolusi sangat kuat mewarnai citra diri Soekarno, membuat peran Hartini di Istana Bogor sangat besar dan ia menjadi satu-satunya istri yang paling lama bisa bertemu dengan Soekarno. Meski demikian dekat, Soekarno masih menikahi Ratna Sari Dewi (1961), Haryati (Mei 1963) dan Yurike Sanger (Agustus 1964). Namun sejarah mencatat, Hartini telah mengisi paruh kehidupan Soekarno. Dia lambang perempuan Jawa yang setia, nrimo, dan penuh bekti terhadap guru laki. Hartini meninggal di Jakarta 12 Maret 2002 dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak. Hartini meninggalkan 6 anak yaitu Bayu Soekarnoputra dan almarhum Taufan Soekarnoputra (berayah Bung Karno) serta Siti Suwandari, Herwindo, Tri Harwanto, dan Sri Wulandari (berayah Soeswondo).

Pranala luar