Lompat ke isi

Keramat Pangeran Pasarean: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Sedang ditulis}} '''Keramat Pangeran Pasarean''' adalah salah satu situs keramat yang berada di wilayah Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Prov...'
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor-alih
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Sedang ditulis}}
{{Sedang ditulis}}
'''Keramat Pangeran Pasarean''' adalah salah satu situs keramat yang berada di wilayah Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lebih tepatnya berada di permukiman penduduk Blok Pasarean di tepi sebelah timur aliran Ci Pager tepatnya berada pada posisi 6°45'1.24" LS dan 108°29'33.41" BT. Di sebelah selatan kompleks merupakan pemakaman umum yang masih difungsikan. Di sebelah timur kompleks keramat terdapat jalan kampung, dan di sebelah utara terdapat PAUD dan rumah tinggal. Di sebelah barat laut terdapat dan museum Pangeran Pasarean dan mushalla. Di museum tersimpan sejumlah benda kuna seperti beberapa naskah kuna, barang-barang tembikar, dan benda pusaka. Di sebelah selatan mushalla atau di sebelah barat kompleks keramat terdapat bangunan terbuka yang disebut Pendopo Agung. Di lokasi ini dahulu merupakan tempat Pangeran Pasarean melakukan musyawarah. Kompleks keramat dibatasi pagar dari tumpukan batu kali (kuta) dengan tinggi sekitar 50 cm dan tebal sekitar 40 cm. Denah halaman terbagi dua bagian yaitu bagian barat dan timur. Kedua bagian halaman itu berdenah segi empat. Halaman di bagian barat, pada sisi selatan merupakan kelanjutan dari bagian timur. Pada sisi utara halaman bagian barat terdapat celah untuk keluar masuk ke kompleks keramat. Di depan (di luar) celah terdapat gentong dan padasan yang berfungsi sebagai penampung air untuk bersuci. Gentong diletakkan di tanah, sedangkan padasan diletakkan pada batur yang dilindungi semacam cungkup terbuka.
'''Keramat Pangeran Pasarean''' adalah salah satu situs keramat yang berada di wilayah Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lebih tepatnya berada di permukiman penduduk Blok Pasarean di tepi sebelah timur aliran Ci Pager tepatnya berada pada posisi 6°45'1.24" LS dan 108°29'33.41" BT. Di sebelah selatan kompleks merupakan pemakaman umum yang masih difungsikan. Di sebelah timur kompleks keramat terdapat jalan perkampungan dan di sebelah utara terdapat PAUD dan rumah tinggal. Di sebelah barat laut terdapat dan Museum Pangeran Pasarean dan mushola. Di museum tersimpan sejumlah benda kuna seperti beberapa naskah kuna, barang-barang tembikar, dan benda pusaka. Di sebelah selatan mushola atau di sebelah barat kompleks keramat terdapat bangunan terbuka yang disebut Pendopo Agung. Di lokasi ini dahulu merupakan tempat Pangeran Pasarean melakukan musyawarah. Kompleks keramat dibatasi pagar dari tumpukan batu kali (kuta) dengan tinggi sekitar 50 cm dan tebal sekitar 40 cm.
== Denah lokasi ==
Denah halaman terbagi dua bagian yaitu bagian barat dan timur. Kedua bagian halaman itu berdenah segi empat. Halaman di bagian barat, pada sisi selatan merupakan kelanjutan dari bagian timur. Pada sisi utara halaman bagian barat terdapat celah untuk keluar masuk ke kompleks keramat. Di depan (di luar) celah terdapat gentong dan padasan yang berfungsi sebagai penampung air untuk bersuci. Gentong diletakkan di tanah, sedangkan padasan diletakkan pada batur yang dilindungi semacam cungkup terbuka.

Pada halaman bagian barat terdapat beberapa makam. Makam dilengkapi dengan jirat dari bahan susunan bata dan nisan berbahan bata. Jirat berbentuk empat persegi panjang, semakin ke atas semakin mengecil. Susunan bata pembentuk jirat terdiri lima lapis. Di antara jirat makam terdapat dua batu berdiri berbentuk silinder yang belum bisa diidentifikasi. Pada kuta sisi timur halaman ini terdapat celah yang menghubungkan ke halaman utama kompleks keramat. Di dalam halaman yang berpagar susunan batu terdapat beberapa tumbuhan yang cukup besar. Tumbuhan tersebut diantaranya adalah nagasari (Mesua ferrea L.) dan benda (Artocarpus elasticus). Pada kuta sisi barat ujung utara terdapat potongan nisan (bongpai) dengan aksara Cina yang diletakkan dengan posisi terbalik, bagian atas berada di bawah.
Pada halaman bagian barat terdapat beberapa makam. Makam dilengkapi dengan jirat dari bahan susunan bata dan nisan berbahan bata. Jirat berbentuk empat persegi panjang, semakin ke atas semakin mengecil. Susunan bata pembentuk jirat terdiri lima lapis. Di antara jirat makam terdapat dua batu berdiri berbentuk silinder yang belum bisa diidentifikasi.

Pada kuta sisi timur halaman ini terdapat celah yang menghubungkan ke halaman utama kompleks keramat. Di dalam halaman yang berpagar susunan batu terdapat beberapa tumbuhan yang cukup besar. Tumbuhan tersebut diantaranya adalah nagasari (Mesua ferrea L.) dan benda (Artocarpus elasticus). Pada kuta sisi barat ujung utara terdapat potongan nisan (bongpai) dengan aksara Cina yang diletakkan dengan posisi terbalik, bagian atas berada di bawah.

Pada halaman utama juga terdapat beberapa makam. Jirat makam berbentuk persegi panjang semakin ke atas semakin kecil terbuat dari bahan bata. Pada bagian paling atas terdapat lempengan batu berbentuk persegi panjang. Pada beberapa jirat batu tersebut dihias ukiran. Nisan terbuat dari batu berbentuk pipih pada bagian atas berbentuk kurawal. Nisan seperti ini termasuk dalam tipe Demak-Tralaya. Di tengah lahan terdapat bagian yang berpagar tembok bata. Lahan ini terdiri tiga bagian. Pada masing-masing bagian terdapat bangunan cungkup. Bangunan pagar tembok bata dan cungkup merupakan bangunan yang sudah beberapa kali mengalami renovasi. Renovasi terakhir dilakukan pada 1983. Bangunan dicat dengan warna merah bata.
Pada halaman utama juga terdapat beberapa makam. Jirat makam berbentuk persegi panjang semakin ke atas semakin kecil terbuat dari bahan bata. Pada bagian paling atas terdapat lempengan batu berbentuk persegi panjang. Pada beberapa jirat batu tersebut dihias ukiran. Nisan terbuat dari batu berbentuk pipih pada bagian atas berbentuk kurawal. Nisan seperti ini termasuk dalam tipe Demak-Tralaya. Di tengah lahan terdapat bagian yang berpagar tembok bata. Lahan ini terdiri tiga bagian. Pada masing-masing bagian terdapat bangunan cungkup. Bangunan pagar tembok bata dan cungkup merupakan bangunan yang sudah beberapa kali mengalami renovasi. Renovasi terakhir dilakukan pada 1983. Bangunan dicat dengan warna merah bata.

Untuk keluar masuk melalui pintu yang terdapat pada dinding sisi barat bagian tengah. Bangunan pada bagian tengah berfungsi sebagai aula untuk para peziarah. Dinding bangunan sisi barat pada bagian bawah berupa dinding dari bata sedangkan bagian atas berupa ram berbahan kayu. Atap berbentuk tajug dengan penutup berbahan genting. Di sebelah selatan ruang bagian tengah terdapat bangunan cungkup makam berdinding bata. Bagian atap berbentuk tajug dengan penutup berbahan genting.
Untuk keluar masuk melalui pintu yang terdapat pada dinding sisi barat bagian tengah. Bangunan pada bagian tengah berfungsi sebagai aula untuk para peziarah. Dinding bangunan sisi barat pada bagian bawah berupa dinding dari bata sedangkan bagian atas berupa ram berbahan kayu. Atap berbentuk tajug dengan penutup berbahan genting. Di sebelah selatan ruang bagian tengah terdapat bangunan cungkup makam berdinding bata. Bagian atap berbentuk tajug dengan penutup berbahan genting.
Halaman utama berada di sebelah utara ruang tengah. Halaman utama berpagar dinding bata. Pada beberapa bagian pagar dihias dengan bentuk candi laras. Untuk keluar masuk ke halaman utama melalui pintu berada pada dinding pagar sisi selatan. Pintu ini menghubungkan antara ruang tengah (aula) dengan cungkup utama. Pintu dilengkapi dua daun pintu berbahan kayu. Pada daun pintu bagian kanan (timur) terdapat hiasan kayu berukir kaligrafi lafal Allah. Pada daun pintu bagian kiri (barat) hiasan kayu berukir kaligrafi berlafal Muhammad.
Halaman utama berada di sebelah utara ruang tengah. Halaman utama berpagar dinding bata. Pada beberapa bagian pagar dihias dengan bentuk candi laras. Untuk keluar masuk ke halaman utama melalui pintu berada pada dinding pagar sisi selatan. Pintu ini menghubungkan antara ruang tengah (aula) dengan cungkup utama. Pintu dilengkapi dua daun pintu berbahan kayu. Pada daun pintu bagian kanan (timur) terdapat hiasan kayu berukir kaligrafi lafal Allah. Pada daun pintu bagian kiri (barat) hiasan kayu berukir kaligrafi berlafal Muhammad.

Pada halaman utama terdapat bangunan cungkup yang posisinya berada pada sudut timur laut halaman, sehingga pada bagian barat dan selatan tersisa bagian halaman terbuka tanpa atap. Pada halaman terbuka ini terdapat objek berupa batu datar yang di atasnya terdapat batu bulat. Bangunan cungkup berdinding bata dengan atap berbentuk tajug tumpang dua. Penutup atap berbahan sirap. Pintu berada pada dinding sisi selatan. Di dalam cungkup terdapat dua makam, makam di sebelah barat adalah makam Pangeran Pasarean dan yang di sebelah timur adalah makam Pangeran Pasindangan. Bagian dalam cungkup utama berlantai tanah/pasir. Kedua jirat berbentuk persegi panjang berbahan bata. Bentuk jirat semakin ke atas semakin kecil. Pada bagian puncak jirat batu. Pada kedua ujung dan bagian tengah terdapat hiasan relief bermotif daun yang distilir. Nisan berbahan batu berbentuk pipih pada bagian puncak meruncing. Pada bagian atas bidang lebar terdapat hiasan medalion.
Pada halaman utama terdapat bangunan cungkup yang posisinya berada pada sudut timur laut halaman, sehingga pada bagian barat dan selatan tersisa bagian halaman terbuka tanpa atap. Pada halaman terbuka ini terdapat objek berupa batu datar yang di atasnya terdapat batu bulat. Bangunan cungkup berdinding bata dengan atap berbentuk tajug tumpang dua. Penutup atap berbahan sirap. Pintu berada pada dinding sisi selatan. Di dalam cungkup terdapat dua makam, makam di sebelah barat adalah makam Pangeran Pasarean dan yang di sebelah timur adalah makam Pangeran Pasindangan. Bagian dalam cungkup utama berlantai tanah/pasir. Kedua jirat berbentuk persegi panjang berbahan bata. Bentuk jirat semakin ke atas semakin kecil. Pada bagian puncak jirat batu. Pada kedua ujung dan bagian tengah terdapat hiasan relief bermotif daun yang distilir. Nisan berbahan batu berbentuk pipih pada bagian puncak meruncing. Pada bagian atas bidang lebar terdapat hiasan medalion.

== Pangeran Pasarean ==
Pangeran Pasarean mempunyai nama asli Pangeran Muhammad Arifin. Beliau adalah putra Syaikh Syarif Hidayatullah, atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyimas Tepasari, putri Ki Ageng Tepasan dari kerajaan Majapahit menurunkan Pangeran Pasarean yang lahir pada tahun 1495 M.

Pada kurun 1528-1552, Sunan Gunung Jati melakukan perluasan wilayah kekuasan. Secara pribadi, Sunan Gunung Jati lebih mencurahkan perhatian pada penyebaran agama Islam. Sementara itu, urusan pemerintahan dipercayakan kepada Pangeran Pasarean. Tugas-tugas ini diemban hingga tahun 1546. Pada tahun itu Pangeran Pasarean wafat di Demak (Hardjasaputra dan Haris, 2011). Di antara tugas penting itu mengurus pemerintahan, Pangeran Pasarean diperintahkan membuat tapal batas antara Galuh dan Cirebon.

Dalam menjalankan tugas memastikan tapal batas, Pangeran Pasarean dikawal oleh pasukan dan pinisepuh berbekal senjata cis yaitu keris yang bentuknya menyerupai tombak. Pelaksanaan pembuatan tapal batas diawali dari daerah Mandirancan di kaki Gunung Ciremai. Beliau menancapkan senjata cisnya terus ke arah utara dan akhirnya sampailah di suatu daerah yang tanahnya ngegunduk menyerupai gunung yang sekarang.

dinamakan Gegunung. Di Gegunung Pangeran Pasaren dan rombongan dihadang oleh serombongan pasukan yang dipimpin oleh Sang Ikul Tua seorang telik sandi Kerajaan Pajajaran. Setelah tahu Pangeran Pasarean adalah putra mahkota Sunan Gunung Jati yang juga cicit Prabu Silihwangi maka Sang Ikul Tua kemudian tunduk pada Pangeran Pasarean.

Akhirnya Pangeran Pasarean dan para pengawalnya menetap di Gegunung untuk melaksanakan penyiaran agama Islam dan menggembleng dirinya dan pasukannya baik jasmani maupun rohani. Latihan ini dimaksudkan untuk persiapan menjadi pemimpin dan prajurit sejati yang mengutamakan kepentingan agama, bangsa, dan negara. Selain itu juga sering mengadakan pertemuan-pertemuan dengan mengundang para kigede dan tokoh-tokoh kesultanan untuk membahas strategi yang mengancam atau mengganggu Kesultanan Cirebon. Sang Ikul Tua sering kali memimpin rapat para tokoh kesultanan. Berkat pertimbangan beliau yang luhur hasil rapat selalu memuaskan semua pihak dan menghasilkan keputusan yang baik maka Sang Ikul Tua bergelar Ki Buyut Timbang Luhur.

Pada masa itu di Gegunung telah tersusun perangkat tugas dan tata kerja yang baik, sebagaimana organisasi pada masa kini. Pangeran Pasarean duduk sebagai pemimpin yang dibantu Ki Buyut Timbang dan Ki Buyut Pakualam sebagai Dewan Penasehat. Ki Logawa (Buyut Sena) dan Buyut Tambak sebagai pemangku keamanan. Sementara bagian perlengkapan dijabat Ki Buyut Srana, bagian dakwah Ki Buyut Kilaya, Ki Buyut Truna memimpin bidang Kepemudaan, Ki Buyut Pasindangan bertugas sebagai hakim pemutus perkara. Sampai sekarang makam-makam para pengageng tersebut masih terawat baik di Kelurahan Gegunung Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

Adapun lokasi tempat rapat-rapat diberi nama Pendopo Agung. Bekas goresan cis yang membentang dari selatan ke utara membentuk sungai yang diberi nama Ci Pager artinya air atau sungai pembatas. Sumur tempat air minum mandi dan wudlu diberi nama sumur Bagja Kamulyan. Tempat Pangeran bersemedi dan menyimpan benda-benda miliknya diberi tanda yang sekarang disebut keramat Pangeran Pasarean.

Revisi per 21 Juni 2020 09.49

Keramat Pangeran Pasarean adalah salah satu situs keramat yang berada di wilayah Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lebih tepatnya berada di permukiman penduduk Blok Pasarean di tepi sebelah timur aliran Ci Pager tepatnya berada pada posisi 6°45'1.24" LS dan 108°29'33.41" BT. Di sebelah selatan kompleks merupakan pemakaman umum yang masih difungsikan. Di sebelah timur kompleks keramat terdapat jalan perkampungan dan di sebelah utara terdapat PAUD dan rumah tinggal. Di sebelah barat laut terdapat dan Museum Pangeran Pasarean dan mushola. Di museum tersimpan sejumlah benda kuna seperti beberapa naskah kuna, barang-barang tembikar, dan benda pusaka. Di sebelah selatan mushola atau di sebelah barat kompleks keramat terdapat bangunan terbuka yang disebut Pendopo Agung. Di lokasi ini dahulu merupakan tempat Pangeran Pasarean melakukan musyawarah. Kompleks keramat dibatasi pagar dari tumpukan batu kali (kuta) dengan tinggi sekitar 50 cm dan tebal sekitar 40 cm.

Denah lokasi

Denah halaman terbagi dua bagian yaitu bagian barat dan timur. Kedua bagian halaman itu berdenah segi empat. Halaman di bagian barat, pada sisi selatan merupakan kelanjutan dari bagian timur. Pada sisi utara halaman bagian barat terdapat celah untuk keluar masuk ke kompleks keramat. Di depan (di luar) celah terdapat gentong dan padasan yang berfungsi sebagai penampung air untuk bersuci. Gentong diletakkan di tanah, sedangkan padasan diletakkan pada batur yang dilindungi semacam cungkup terbuka.

Pada halaman bagian barat terdapat beberapa makam. Makam dilengkapi dengan jirat dari bahan susunan bata dan nisan berbahan bata. Jirat berbentuk empat persegi panjang, semakin ke atas semakin mengecil. Susunan bata pembentuk jirat terdiri lima lapis. Di antara jirat makam terdapat dua batu berdiri berbentuk silinder yang belum bisa diidentifikasi.

Pada kuta sisi timur halaman ini terdapat celah yang menghubungkan ke halaman utama kompleks keramat. Di dalam halaman yang berpagar susunan batu terdapat beberapa tumbuhan yang cukup besar. Tumbuhan tersebut diantaranya adalah nagasari (Mesua ferrea L.) dan benda (Artocarpus elasticus). Pada kuta sisi barat ujung utara terdapat potongan nisan (bongpai) dengan aksara Cina yang diletakkan dengan posisi terbalik, bagian atas berada di bawah.

Pada halaman utama juga terdapat beberapa makam. Jirat makam berbentuk persegi panjang semakin ke atas semakin kecil terbuat dari bahan bata. Pada bagian paling atas terdapat lempengan batu berbentuk persegi panjang. Pada beberapa jirat batu tersebut dihias ukiran. Nisan terbuat dari batu berbentuk pipih pada bagian atas berbentuk kurawal. Nisan seperti ini termasuk dalam tipe Demak-Tralaya. Di tengah lahan terdapat bagian yang berpagar tembok bata. Lahan ini terdiri tiga bagian. Pada masing-masing bagian terdapat bangunan cungkup. Bangunan pagar tembok bata dan cungkup merupakan bangunan yang sudah beberapa kali mengalami renovasi. Renovasi terakhir dilakukan pada 1983. Bangunan dicat dengan warna merah bata.

Untuk keluar masuk melalui pintu yang terdapat pada dinding sisi barat bagian tengah. Bangunan pada bagian tengah berfungsi sebagai aula untuk para peziarah. Dinding bangunan sisi barat pada bagian bawah berupa dinding dari bata sedangkan bagian atas berupa ram berbahan kayu. Atap berbentuk tajug dengan penutup berbahan genting. Di sebelah selatan ruang bagian tengah terdapat bangunan cungkup makam berdinding bata. Bagian atap berbentuk tajug dengan penutup berbahan genting. Halaman utama berada di sebelah utara ruang tengah. Halaman utama berpagar dinding bata. Pada beberapa bagian pagar dihias dengan bentuk candi laras. Untuk keluar masuk ke halaman utama melalui pintu berada pada dinding pagar sisi selatan. Pintu ini menghubungkan antara ruang tengah (aula) dengan cungkup utama. Pintu dilengkapi dua daun pintu berbahan kayu. Pada daun pintu bagian kanan (timur) terdapat hiasan kayu berukir kaligrafi lafal Allah. Pada daun pintu bagian kiri (barat) hiasan kayu berukir kaligrafi berlafal Muhammad.

Pada halaman utama terdapat bangunan cungkup yang posisinya berada pada sudut timur laut halaman, sehingga pada bagian barat dan selatan tersisa bagian halaman terbuka tanpa atap. Pada halaman terbuka ini terdapat objek berupa batu datar yang di atasnya terdapat batu bulat. Bangunan cungkup berdinding bata dengan atap berbentuk tajug tumpang dua. Penutup atap berbahan sirap. Pintu berada pada dinding sisi selatan. Di dalam cungkup terdapat dua makam, makam di sebelah barat adalah makam Pangeran Pasarean dan yang di sebelah timur adalah makam Pangeran Pasindangan. Bagian dalam cungkup utama berlantai tanah/pasir. Kedua jirat berbentuk persegi panjang berbahan bata. Bentuk jirat semakin ke atas semakin kecil. Pada bagian puncak jirat batu. Pada kedua ujung dan bagian tengah terdapat hiasan relief bermotif daun yang distilir. Nisan berbahan batu berbentuk pipih pada bagian puncak meruncing. Pada bagian atas bidang lebar terdapat hiasan medalion.

Pangeran Pasarean

Pangeran Pasarean mempunyai nama asli Pangeran Muhammad Arifin. Beliau adalah putra Syaikh Syarif Hidayatullah, atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyimas Tepasari, putri Ki Ageng Tepasan dari kerajaan Majapahit menurunkan Pangeran Pasarean yang lahir pada tahun 1495 M.

Pada kurun 1528-1552, Sunan Gunung Jati melakukan perluasan wilayah kekuasan. Secara pribadi, Sunan Gunung Jati lebih mencurahkan perhatian pada penyebaran agama Islam. Sementara itu, urusan pemerintahan dipercayakan kepada Pangeran Pasarean. Tugas-tugas ini diemban hingga tahun 1546. Pada tahun itu Pangeran Pasarean wafat di Demak (Hardjasaputra dan Haris, 2011). Di antara tugas penting itu mengurus pemerintahan, Pangeran Pasarean diperintahkan membuat tapal batas antara Galuh dan Cirebon.

Dalam menjalankan tugas memastikan tapal batas, Pangeran Pasarean dikawal oleh pasukan dan pinisepuh berbekal senjata cis yaitu keris yang bentuknya menyerupai tombak. Pelaksanaan pembuatan tapal batas diawali dari daerah Mandirancan di kaki Gunung Ciremai. Beliau menancapkan senjata cisnya terus ke arah utara dan akhirnya sampailah di suatu daerah yang tanahnya ngegunduk menyerupai gunung yang sekarang.

dinamakan Gegunung. Di Gegunung Pangeran Pasaren dan rombongan dihadang oleh serombongan pasukan yang dipimpin oleh Sang Ikul Tua seorang telik sandi Kerajaan Pajajaran. Setelah tahu Pangeran Pasarean adalah putra mahkota Sunan Gunung Jati yang juga cicit Prabu Silihwangi maka Sang Ikul Tua kemudian tunduk pada Pangeran Pasarean.

Akhirnya Pangeran Pasarean dan para pengawalnya menetap di Gegunung untuk melaksanakan penyiaran agama Islam dan menggembleng dirinya dan pasukannya baik jasmani maupun rohani. Latihan ini dimaksudkan untuk persiapan menjadi pemimpin dan prajurit sejati yang mengutamakan kepentingan agama, bangsa, dan negara. Selain itu juga sering mengadakan pertemuan-pertemuan dengan mengundang para kigede dan tokoh-tokoh kesultanan untuk membahas strategi yang mengancam atau mengganggu Kesultanan Cirebon. Sang Ikul Tua sering kali memimpin rapat para tokoh kesultanan. Berkat pertimbangan beliau yang luhur hasil rapat selalu memuaskan semua pihak dan menghasilkan keputusan yang baik maka Sang Ikul Tua bergelar Ki Buyut Timbang Luhur.

Pada masa itu di Gegunung telah tersusun perangkat tugas dan tata kerja yang baik, sebagaimana organisasi pada masa kini. Pangeran Pasarean duduk sebagai pemimpin yang dibantu Ki Buyut Timbang dan Ki Buyut Pakualam sebagai Dewan Penasehat. Ki Logawa (Buyut Sena) dan Buyut Tambak sebagai pemangku keamanan. Sementara bagian perlengkapan dijabat Ki Buyut Srana, bagian dakwah Ki Buyut Kilaya, Ki Buyut Truna memimpin bidang Kepemudaan, Ki Buyut Pasindangan bertugas sebagai hakim pemutus perkara. Sampai sekarang makam-makam para pengageng tersebut masih terawat baik di Kelurahan Gegunung Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

Adapun lokasi tempat rapat-rapat diberi nama Pendopo Agung. Bekas goresan cis yang membentang dari selatan ke utara membentuk sungai yang diberi nama Ci Pager artinya air atau sungai pembatas. Sumur tempat air minum mandi dan wudlu diberi nama sumur Bagja Kamulyan. Tempat Pangeran bersemedi dan menyimpan benda-benda miliknya diberi tanda yang sekarang disebut keramat Pangeran Pasarean.