Lompat ke isi

Phang Tjin Nio: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 15: Baris 15:


Pang Tjin nio atau Masnah meninggal pada 26 Januari 2014 dalam usia 89 Tahun setelah menderita penyakit asma kronis
Pang Tjin nio atau Masnah meninggal pada 26 Januari 2014 dalam usia 89 Tahun setelah menderita penyakit asma kronis

=Penghargaan=

Diundang menyanyi ke Singapura dan Jepang (2006),

Penghargaan sebagai seniman yang setia merawat tradisi dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI (2007),

Penghargaan seniman dan budayawan Provinsi Banten dari Gubernur Banten (2009),

Penghargaan dari Lembaga Kebudayaan Betawi (2011),

Bentara Budaya Award (2012)





=Filmografi=
=Filmografi=

Revisi per 31 Juli 2020 16.45

Pang Tjin Nio atau Masnah (lahir Banten Tangerang Hindia Belanda 1925— meninggal Sewan Tangerang, 26 Januari 2014 pada umur 89 tahun) adalah penyanyi dan penari cokek tiga zaman. Ia mulai menyanyi dan menari cokek sejak berusia 14 tahun. Ia adalah satu dari dua wayang cokek yang menguasai gambang kromong klasik yang masih tersisa. Ia berguru olah vokal pada Tek Kho sebelum terjun dalam dunia gambang kromong. Masnah pernah pula bermain lenong.


Mestro Lagu Klasik Gambang Kromong Pang Tjin Nio

Pang Tjin Nio Maestro lagu klasik Gambang Kromong yang pernah menjadi primadona pada tahun 1960-an ini dilahirkan di Banten, 1925. Berasal dari keluarga peranakan Cina. Ibunya orang Indonesia asli berasal dari Mauk, sebuah daerah pinggir pantai utara Tangerang, provinsi Banten, sedangkan ayahnya orang Tionghoa. Memiliki nama asli Pang Tjin Nio, sedangkan nama Masnah sendiri merupakan panggilan dari orang. Nama tersebut dilengkapi dengan “encim” didepannya, yang merupakan panggilan umum perempuan peranakan Tionghoa.

Dilahirkan sebagai anak tunggal. Ibunya seorang penyanyi gambang kromong. Masnah yang tak sempat kenal ayahnya kemudian dinikahkan oleh ibunya dalam usia yang masih sangat muda. Pada usia 14 tahun, ia sudah menikah enam kali. Suaminya yang keenam, Kim Siu, juga tak berumur panjang. Ia semakin terpukul ketika ibunya dan anak satu-satunya meninggal dunia.

Awal mula bersentuhan dengan gambang kromong adalah ketika ia diajak temannya menonton gambang kromong. Salah seorang pemusik, Oen Oen Hok, yang kemudian menjadi suaminya yang ketujuh, mengajaknya ikut manggung. Berbekal bakat menyanyi yang menurun dari ibunya, dalam tempo singkat ia langsung berhasil menghafal semua lagu-lagu klasik Betawi. Kemampuan menyanyinya juga diasah oleh seniman gambang kromong tenar pada masa itu, Tek Kho. Sejak saat itu ia menjadi penyanyi gambang kromong yang beredar dari satu panggung ke panggung yang lain bersama Gambang Kromong Irama Bersatu pimpinan suaminya Oen Oen Hok.

Di tahun 1960-an nyaris tak ada waktu istirahat baginya. Beruntung pada masa itu penyanyi gambang kromong tak banyak, sehingga namanya dengan mudah cepat di kenal sebagai penyanyi gambang kromong terpopuler di seantero Jakarta dan Banten. Kesuksesannya tersebut sampai bisa membuatnya membeli sebuah rumah. Namun sayang, kariernya sempat terhenti pada tahun 1980-an lantaran ada larangan dari pemerintahan orde baru, dan baru di perbolehkan tampil kembali pada tahun 1990-an.

Meninggal

Pang Tjin nio atau Masnah meninggal pada 26 Januari 2014 dalam usia 89 Tahun setelah menderita penyakit asma kronis

Filmografi

Anak Naga Beranak Naga (film dokumenter)

Dua Perempuan (film dokumenter)

Pranala luar