Lompat ke isi

Leontopodium Alpinum: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Haerudin ahmad (bicara | kontrib)
Perbaikan kesalahan pengetikan dan penambahan kata
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Haerudin ahmad (bicara | kontrib)
Perbaikan kata
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 4: Baris 4:
</gallery>
</gallery>


Bunga dengan nama latin '''Leontopodium Alpinum''', atau biasa disebut '''Bunga Edelweis''' adalah tanaman yang memiliki julukan bunga abadi, karena di dalam bunga Edelweis itu terkandung hormon etilen yang berfungsi agar bunganya tidak bisa gugur. Tanaman ini biasanya tumbuh di tempat bebatuan dengan ketinggian sekitar 1,800-3,000 meter (5,900-9,800 kaki) di atas permukaan laut. Adapun keistimewaan dari bunga ini, yaitu Ekstrak dari bunga edelweis dapat dijadikan sebagai obat, dari peradaban kuno untuk mengatasi berbagai penyakit seperti diare, disentri, TBC dan difteri, karena bunga ini memiliki kandungan anti-oksidan yang cukup banyak, yaitu anti-mikroba yang dapat membunuh jamur dan bakteri dan memiliki sifat anti-inflamasi atau radang. Ekstrak dari bunga ini juga memiliki sifat pelindung yang sangat baik bagi kesehatan sel-sel dalam kulit dan melindungi kulit agar tetap kelihatan muda dan segar dengan menghancurkan radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan kulit. Tamanan ini juga bisa dijadikan teh yang dapat mengobati sirkulasi yang buruk, batuk, difteri dan kanker payudara. Bisa juga dijadikan salep sebagai pelindung untuk kulit dari sinar UV, meredakan rasa sakit karena reumatik, dan menyembuhkan luka.
Bunga dengan nama latin '''Leontopodium Alpinum''', atau biasa disebut '''Bunga Edelweis''' adalah tanaman yang memiliki julukan bunga abadi, karena di dalam bunga Edelweis itu terkandung hormon etilen yang berfungsi agar bunganya tidak bisa gugur. Tanaman ini biasanya tumbuh di tempat bebatuan dengan ketinggian sekitar 1,800-3,000 meter (5,900-9,800 kaki) di atas permukaan laut. Adapun keistimewaan dari bunga ini, yaitu Ekstrak dari bunga edelweis dapat dijadikan sebagai obat, dari peradaban kuno untuk mengatasi berbagai penyakit seperti diare, disentri, TBC dan difteri, karena bunga ini memiliki kandungan anti-oksidan yang cukup banyak, yaitu anti-mikroba yang dapat membunuh jamur dan bakteri dan memiliki sifat anti-inflamasi atau radang. Ekstrak dari bunga ini juga memiliki sifat pelindung yang sangat baik bagi kesehatan sel-sel dalam kulit dan melindungi kulit agar tetap kelihatan muda dan segar dengan menghancurkan radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan kulit. Tanaman ini juga bisa dijadikan teh yang dapat mengobati sirkulasi yang buruk, batuk, difteri dan kanker payudara. Bisa juga dijadikan salep sebagai pelindung untuk kulit dari sinar UV, meredakan rasa sakit karena reumatik, dan menyembuhkan luka.


== Sejarah ==
== Sejarah ==

Revisi per 15 September 2020 17.45

Bunga dengan nama latin Leontopodium Alpinum, atau biasa disebut Bunga Edelweis adalah tanaman yang memiliki julukan bunga abadi, karena di dalam bunga Edelweis itu terkandung hormon etilen yang berfungsi agar bunganya tidak bisa gugur. Tanaman ini biasanya tumbuh di tempat bebatuan dengan ketinggian sekitar 1,800-3,000 meter (5,900-9,800 kaki) di atas permukaan laut. Adapun keistimewaan dari bunga ini, yaitu Ekstrak dari bunga edelweis dapat dijadikan sebagai obat, dari peradaban kuno untuk mengatasi berbagai penyakit seperti diare, disentri, TBC dan difteri, karena bunga ini memiliki kandungan anti-oksidan yang cukup banyak, yaitu anti-mikroba yang dapat membunuh jamur dan bakteri dan memiliki sifat anti-inflamasi atau radang. Ekstrak dari bunga ini juga memiliki sifat pelindung yang sangat baik bagi kesehatan sel-sel dalam kulit dan melindungi kulit agar tetap kelihatan muda dan segar dengan menghancurkan radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan kulit. Tanaman ini juga bisa dijadikan teh yang dapat mengobati sirkulasi yang buruk, batuk, difteri dan kanker payudara. Bisa juga dijadikan salep sebagai pelindung untuk kulit dari sinar UV, meredakan rasa sakit karena reumatik, dan menyembuhkan luka.

Sejarah

Menurut sejarah, Bunga Edelweis pertama kali ditemukan oleh naturalis asal Jerman bernama Georg Karl Reinwardt pada tahun 1819 di lereng Gunung Gede. kemudian diteliti lebih lanjut oleh botanis asal Jerman lainnya bernama Carl Heinrich Schultz. Tanaman ini pernah dijadikan gambar pada perangko oleh Pos Indonesia pada tahun 2003. Julukan bunga abadi diberikan karena adanya hormon yang bisa mencegah kerontokan pada bunga. Tanaman ini juga pernah dijadikan sebuah lagu pada film The Sound of music pada tahun 1965.

Berikut adalah fakta-fakta tentang Bunga Edelweiss:

  • Bunga edelweis menjadi terancam karena julukan bunga abadi.
  • Bunga Edelweis biasa berbunga saat musim hujan telah berakhir, biasanya pada bulan april hingga september.
  • Bunga Edelweis biasanya tumbuh di tempat dengan ketinggian sekitar 1800 m, juga tergantung dengan suhu udara dan kelembapan di ketinggian tersebut.
  • Bunga edelweis dijadikan bunga nasional negara austria, bunga edelweis yang dimaksud adalah bunga Leontopodium Alpinum.
  • Dulu ada banyak pos pendakian yang merazia tas para pendaki, gunanya untuk menemukan bunga edelweis di dalam tasnya, dan sanksi yang di berikan bagi yang ketahuan membawa tanaman tersebut adalah dia harus menyimpan kembali bunga tersebut ke posisi semula. Tapi sepertinya pos yang melakukan kegiatan tersebut sudah jarang kita temukan.
  • Pohon edelweis tumbuh rata-rata hanya setinggi 8 meter untuk gunung-gunung di jawa.[1]

Nama

Nama umumnya berasal dari kata Jerman yaitu "Edelweiß" dari gabungan edel yang berarti mulia dan weiß yang berarti putih.[2]

Nama ilmiahnya adalah Latinisation dari leontopódion Yunani atau "cakar singa".[3]

Nama ilmiah pertama untuk Leontopodium Alpinum yang sah diterbitkan sesuai dengan nomenklatur binomial saat ini Gnaphalium Alpinum dalam edisi pertama (1753) dari Species Plantarum Linnaeus.

Sejak 1822 (Cassini) Leontopodium telah tidak lagi dianggap bagian dari genus Gnaphalium, tapi diklasifikasikan sebagai genus yang berbeda dalam suku Gnaphalieae. Pada tahun 2003, Leontopodium Alpinum itu kembali diklasifikasikan sebagai subspesies dari Leontopodium nivale. Dengan demikian, alpine edelweiss saat ini diakui sebagai yang dibagi menjadi dua subspesies.

Referensi