Lompat ke isi

Masjid Al-Osmani: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
HeningBumi (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 22: Baris 22:
Masjid Al-Osmani dibangun pada [[1854]] oleh Raja Deli ketujuh, yakni Sultan Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Kemudian pada [[1870]] hingga [[1872]] masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun menjadi permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam yang juga menjadi Raja Deli kedelapan.
Masjid Al-Osmani dibangun pada [[1854]] oleh Raja Deli ketujuh, yakni Sultan Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Kemudian pada [[1870]] hingga [[1872]] masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun menjadi permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam yang juga menjadi Raja Deli kedelapan.


Hingga kini, selain digunakan sebagai tempat beribadah, masjid itu juga dipakai sebagai tempat peringatan dan perayaan hari besar keagamaan dan tempat pemberangkatan menuju pemondokan jemaah haji yang berasal dari Medan utara. Di masjid ini juga terdapat lima makam raja deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sulthan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sulthan Mahmud Perkasa Alam.<ref>{{cite web |url=http://jakarta45.wordpress.com/2009/08/22/ziarah-al-osmani-masjid-tertua-di-medan/ | title=Masjid Al-Osmani |date=16 Juni 2012}}</ref>
Hingga kini, selain digunakan sebagai tempat beribadah, masjid itu juga dipakai sebagai tempat peringatan dan perayaan hari besar keagamaan dan tempat pemberangkatan menuju pemondokan jemaah haji yang berasal dari Medan Utara. Di masjid ini juga terdapat lima makam raja deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sulthan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sulthan Mahmud Perkasa Alam.<ref>{{cite web |url=http://jakarta45.wordpress.com/2009/08/22/ziarah-al-osmani-masjid-tertua-di-medan/ | title=Masjid Al-Osmani |date=16 Juni 2012}}</ref>


== Arsitektural ==
== Arsitektural ==
[[Berkas:Interior M Al Osmani.jpg|jmpl|kiri|Interior Masjid Al-Osmani juga serba kuning sebagaimana warna sisi luarnya]]
[[Berkas:Interior M Al Osmani.jpg|jmpl|kiri|Interior Masjid Al-Osmani juga serba kuning sebagaimana warna sisi luarnya]]


Ketika pertama kali dibangun pada tahun, ukuran Masjid Al-Osmani hanya 16 x 16 meter dengan material utama dari kayu.Pada tahun 1870, Sultan Deli VIII Mahmud Al Rasyid melakukan pemugaran besar-besaran terhadap bangunan masjid yang diarsiteki arsitek asal Jerman, GD Langereis. Selain dibangun secara permanen, dengan material dari Eropa dan Persia, ukurannya juga diperluas menjadi 26 x 26 meter. Renovasi itu selesai tahun 1872.
Ketika pertama kali dibangun pada tahun 1854, ukuran Masjid Al-Osmani hanya 16 x 16 meter dengan material utama dari kayu. Pada tahun 1870, Sultan Deli VIII Mahmud Al Rasyid melakukan pemugaran besar-besaran terhadap bangunan masjid yang diarsiteki arsitek asal Jerman, GD Langereis. Selain dibangun secara permanen, dengan material dari Eropa dan Persia, ukurannya juga diperluas menjadi 26 x 26 meter. Renovasi itu selesai tahun 1872.


Beberapa kali pemugaran terhadap bangunan masjid ini telah dilaksanakan tanpa menghilangkan arsitektur asli yang merupakan perpaduan bangunan Timur Tengah, India, Spanyol, Melayu, dan Tiongkok.<ref>{{cite web |url=http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2010/11/21/8390/menggali_kemegahan_arsitektur_mesjid_al-osmani_bernuansa_empat_negara/#.T9sT11KJqIw | title=Menggali Kemegahan Arsitektur Mesjid Al-Osmani Bernuansa Empat Negara |date=16 Juni 2012}}</ref> Kombinasi arsitektur empat Negara itu misalnya pada pintu masjid berornamen Tiongkok, ukiran bangunan bernuansa India, dan arsitektur bernuansa Eropa, dan ornamen-ornamennya bernuansa Timur Tengah. Rancangannya unik, bergaya India dengan kubah tembaga bersegi delapan. Kubah yang terbuat dari kuningan tersebut beratnya mencapai 2,5 ton
Beberapa kali pemugaran terhadap bangunan masjid ini telah dilaksanakan tanpa menghilangkan arsitektur asli yang merupakan perpaduan bangunan Timur Tengah, India, Spanyol, Melayu, dan Tiongkok.<ref>{{cite web |url=http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2010/11/21/8390/menggali_kemegahan_arsitektur_mesjid_al-osmani_bernuansa_empat_negara/#.T9sT11KJqIw | title=Menggali Kemegahan Arsitektur Mesjid Al-Osmani Bernuansa Empat Negara |date=16 Juni 2012}}</ref> Kombinasi arsitektur empat negara itu misalnya pada pintu masjid berornamen Tiongkok, ukiran bangunan bernuansa India, dan arsitektur bernuansa Eropa, dan ornamen-ornamennya bernuansa Timur Tengah. Rancangannya unik, bergaya India dengan kubah tembaga bersegi delapan. Kubah yang terbuat dari kuningan tersebut beratnya mencapai 2,5 ton


Masjid Al-Osmani didominasi warna kuning, dengan warna kuning keemasan yang merupakan warna kebanggaan Suku Melayu, warna tersebut diartikan atau menunjukkan kemegahan dan kemuliaan. Kemudian dipadu dengan warna hijau yang filosofinya menunjukkan keislaman.
Masjid Al-Osmani didominasi warna kuning, dengan warna kuning keemasan yang merupakan warna kebanggaan Suku Melayu, warna tersebut diartikan atau menunjukkan kemegahan dan kemuliaan. Kemudian dipadu dengan warna hijau yang filosofinya menunjukkan keislaman.
Baris 43: Baris 43:
[[Kategori:Masjid di Sumatra Utara]]
[[Kategori:Masjid di Sumatra Utara]]
[[Kategori:Masjid Kesultanan]]
[[Kategori:Masjid Kesultanan]]
[[Kategori:Bangunan Bersejarah di Medan]]
[[Kategori:Heritage]]
[[Kategori:Cagar Budaya]]
[[Kategori:Cagar Budaya Indonesia di Sumatra Utara]]
[[Kategori:Cagar Budaya Indonesia]]

Revisi per 5 Oktober 2020 16.02

مسجد العثماني
Masjid Raya Al-Osmani
Masjid Raya Al-Osmani di era Kesultanan Deli
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiMedan, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Peletakan batu pertama1854

Masjid Al-Osmani (Aksara Jawi:مسجد العثماني) adalah sebuah masjid di Medan, Sumatra Utara. Masjid ini juga di kenal dengan sebutan Masjid Labuhan karena lokasinya yang berada di kecamatan Medan Labuhan. Masjid ini terletak di jalan K.L. Yos Sudarso Kel. Pekan Labuhan sekitar 20 kilometer sebelah utara Kota Medan. Masjid ini adalah masjid tertua di kota Medan.

Masjid Al-Osmani dibangun pada 1854 oleh Raja Deli ketujuh, yakni Sultan Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Kemudian pada 1870 hingga 1872 masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun menjadi permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam yang juga menjadi Raja Deli kedelapan.

Hingga kini, selain digunakan sebagai tempat beribadah, masjid itu juga dipakai sebagai tempat peringatan dan perayaan hari besar keagamaan dan tempat pemberangkatan menuju pemondokan jemaah haji yang berasal dari Medan Utara. Di masjid ini juga terdapat lima makam raja deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sulthan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sulthan Mahmud Perkasa Alam.[1]

Arsitektural

Berkas:Interior M Al Osmani.jpg
Interior Masjid Al-Osmani juga serba kuning sebagaimana warna sisi luarnya

Ketika pertama kali dibangun pada tahun 1854, ukuran Masjid Al-Osmani hanya 16 x 16 meter dengan material utama dari kayu. Pada tahun 1870, Sultan Deli VIII Mahmud Al Rasyid melakukan pemugaran besar-besaran terhadap bangunan masjid yang diarsiteki arsitek asal Jerman, GD Langereis. Selain dibangun secara permanen, dengan material dari Eropa dan Persia, ukurannya juga diperluas menjadi 26 x 26 meter. Renovasi itu selesai tahun 1872.

Beberapa kali pemugaran terhadap bangunan masjid ini telah dilaksanakan tanpa menghilangkan arsitektur asli yang merupakan perpaduan bangunan Timur Tengah, India, Spanyol, Melayu, dan Tiongkok.[2] Kombinasi arsitektur empat negara itu misalnya pada pintu masjid berornamen Tiongkok, ukiran bangunan bernuansa India, dan arsitektur bernuansa Eropa, dan ornamen-ornamennya bernuansa Timur Tengah. Rancangannya unik, bergaya India dengan kubah tembaga bersegi delapan. Kubah yang terbuat dari kuningan tersebut beratnya mencapai 2,5 ton

Masjid Al-Osmani didominasi warna kuning, dengan warna kuning keemasan yang merupakan warna kebanggaan Suku Melayu, warna tersebut diartikan atau menunjukkan kemegahan dan kemuliaan. Kemudian dipadu dengan warna hijau yang filosofinya menunjukkan keislaman.

Catatan Kaki

Pranala luar