Kue putu: Perbedaan antara revisi
Dyan Zahra (bicara | kontrib) Menambah dua paragraf, menambah pranala, menambah kutipan dan referensi, dan menambah kategori. |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{noref}} |
|||
[[Berkas:Kue putu klepon keliling.JPG|jmpl|Kue putu dan klepon]] |
[[Berkas:Kue putu klepon keliling.JPG|jmpl|Kue putu dan klepon]] |
||
[[Berkas:Puto in banana leaf.jpg|jmpl|Kue putu di [[daun pisang]]]] |
[[Berkas:Puto in banana leaf.jpg|jmpl|Kue putu di [[daun pisang]]]] |
||
[[Berkas: |
[[Berkas:Putu Bugis ketan hitam.JPG|jmpl|ka|Putu bugis terbuat dari ketan hitam]] |
||
[[File:22. Kué putu 1.jpg|thumb|Kue putu dengan isi gula jawa]] |
|||
⚫ | '''Kue putu''' (dari [[bahasa Jawa]], ''puthu'' |
||
⚫ | '''Kue putu''' (dari [[bahasa Jawa]], ''puthu''; {{IPA-all|puʈu}}) adalah jenis makan tradisional nusantara yang berupa [[kue]] dengan isian [[gula jawa]], dibalut dengan parutan [[kelapa]], dan [[tepung beras]] butiran kasar. Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung [[bambu]] yang sedikit dipadatkan. Kue ini dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam. Suara khas uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan. |
||
Kebanyakan warna dari kue putu ini adalah putih dan hijau. |
Kebanyakan warna dari kue putu ini adalah putih dan hijau. |
||
Sejumlah pedagang masa kini mengganti bambu dengan pipa [[PVC]] dengan alasan kepraktisan, meskipun dari segi kesehatan penggunaan pipa PVC berbahaya bagi kesehatan. |
|||
Putu versi [[Bugis]] (Sulawesi Selatan) memakai beras ketan hitam tanpa gula. Putu dimakan dengan taburan parutan kelapa dan sambal. Putu Bugis hanya dijual pagi hari sebagai pengganti sarapan yang praktis. |
Putu versi [[Bugis]] (Sulawesi Selatan) memakai beras ketan hitam tanpa gula. Putu dimakan dengan taburan parutan kelapa dan sambal. Putu Bugis hanya dijual pagi hari sebagai pengganti sarapan yang praktis. |
||
[[Berkas:Tungku pemasak putu bugis.JPG|jmpl|ka|Tungku pemasak putu bugis]] |
|||
[[Berkas:Putu Bugis ketan hitam.JPG|jmpl|ka|Putu bugis terbuat dari ketan hitam]] |
|||
Kue putu sendiri sudah merambah ke negara lain, seperti [[Singapura]] dan [[Malaysia]], meskipun nama dan bentuk untuk kue ini sedikit berbeda, tetapi rasanya sendiri sama dengan kue putu tradisional Indonesia itu sendiri. |
Kue putu sendiri sudah merambah ke negara lain, seperti [[Singapura]] dan [[Malaysia]], meskipun nama dan bentuk untuk kue ini sedikit berbeda, tetapi rasanya sendiri sama dengan kue putu tradisional Indonesia itu sendiri. |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Kue Putu dapat ditemukan di "[[:en: |
Kue Putu dapat ditemukan di "[[:en:China National Silk Museum|China Silk Museum]]". Kue ini sudah dikenal sejak masa [[Dinasti Ming]] dengan sebutan ''XianRoe Xiao Long'' yang berarti kue dari tepung beras berisi kacang hijau yang amat lembut dan dikukus dalam cetakan bambu. |
||
Di Indonesia makanan ini dikenal dengan nama "Puthu". Nama ini muncul dalam [[Serat Centhini]] yang ditulis pada 1814 di masa [[kerajaan Mataram]]. Kejadian ''puthu'' diambil sekitar [[1630-an|1630]] di Desa Wanamarta, Jawa Timur. Di dalam naskah tersebut kata ''puthu'' muncul saat Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyediakan hidangan pagi. Dari hidangan tersebut terdapat puthu sebagai makanan pembuka atau camilan. |
Di Indonesia makanan ini dikenal dengan nama "Puthu". Nama ini muncul dalam [[Serat Centhini]] yang ditulis pada 1814 di masa [[kerajaan Mataram]]. Kejadian ''puthu'' diambil sekitar [[1630-an|1630]] di Desa Wanamarta, Jawa Timur. Di dalam naskah tersebut kata ''puthu'' muncul saat Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyediakan hidangan pagi. Dari hidangan tersebut terdapat puthu sebagai makanan pembuka atau camilan. |
||
Penyebutan ''puthu'' juga muncul di peristiwa lain dengan lokasi serupa, Desa Wanamarta. Di naskah Centhini disebutkan Nyai Daya dan Nyai Sumbaling tengah menyiapkan [[kudapan]] setelah shalat Subuh. Di hidangan tersebut terhidang gemblong, ulen-ulen, [[ |
Penyebutan ''puthu'' juga muncul di peristiwa lain dengan lokasi serupa, Desa Wanamarta. Di naskah Centhini disebutkan Nyai Daya dan Nyai Sumbaling tengah menyiapkan [[kudapan]] setelah shalat Subuh. Di hidangan tersebut terhidang gemblong, ulen-ulen, [[serabi]], puthu, jadah, [[jenang]], dendeng balur, dendeng gepuk, pisang bakar, [[kupat]], balendrang, jenang grendul, [[Pisang raja sereh|pisang raja]] dan wedang bubuk.<ref>{{Cite web|date=2018-02-11|title=Merentang Sejarah Kue Tradisional Puthu|url=https://republika.co.id/share/p3zi6l328|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-08-26}}</ref> |
||
== Varian == |
== Varian == |
||
# Putu Ayu Gula Jawa<ref name=":0">{{Cite web|last=mirai|title=4 Resep Kue Putu Ayu Legendaris yang Lembut dan Enak |
# Putu Ayu Gula Jawa<ref name=":0">{{Cite web|last=mirai|title=4 Resep Kue Putu Ayu Legendaris yang Lembut dan Enak – GOODMINDS.ID|url=https://goodminds.id/resep-kue-putu-ayu/|language=en-US|access-date=2020-08-26}}</ref> |
||
# Putu Ayu Ketan Hitam<ref name=":0" /> |
# Putu Ayu Ketan Hitam<ref name=":0" /> |
||
# Putu Ayu Bihun <ref name=":0" /> |
# Putu Ayu Bihun <ref name=":0" /> |
||
Baris 32: | Baris 28: | ||
# Putu Cangiri<ref name=":1" /> |
# Putu Cangiri<ref name=":1" /> |
||
# Putu Keju<ref name=":1" /> |
# Putu Keju<ref name=":1" /> |
||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
Baris 53: | Baris 33: | ||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* {{Cite web |title=Kue Putu Bambu, Jajanan Jadul Masih Eksis di Jombang |author= |work=Kabar Jombang |date= |accessdate={{date|2020-10-10}} |url=https://kabarjombang.com/kue-putu-bambu-jajanan-jadul-masih-eksis-di-jombang/ |quote= |archivedate= |archiveurl= |url-status=live}} |
|||
* [http://resepmasakansederhana.info/bahan-membuat-kue-putu-yang-empuk-dan-enak.html Resep Kue Putu] |
|||
* {{Cite web |title=Resep Kue Putu Bambu Gula Jawa |trans-title= |last=Pinjungwati |first=Gayuh Tri |work=fimela.com |date= |accessdate={{date|2020-10-10}} |url=https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/4328079/resep-kue-putu-bambu-gula-jawa |language= |quote= |archivedate= |archiveurl= |url-status=live}} |
|||
* {{Cite web |title=5 Kue Tradisional Indonesia Isi Gula Merah, Tak Hanya Klepon Halaman all |last=Agmasari |first=Silvita |work=KOMPAS.com |date= |accessdate={{date|2020-10-10}} |url=https://www.kompas.com/food/read/2020/09/04/110300275/5-kue-tradisional-indonesia-isi-gula-merah-tak-hanya-klepon?page=all |language= |quote= |archivedate= |archiveurl= |url-status=live}} |
|||
{{makanan-indonesia-stub}} |
{{makanan-indonesia-stub}} |
||
Revisi per 10 Oktober 2020 07.05
Kue putu (dari bahasa Jawa, puthu; IPA: [puʈu]) adalah jenis makan tradisional nusantara yang berupa kue dengan isian gula jawa, dibalut dengan parutan kelapa, dan tepung beras butiran kasar. Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan. Kue ini dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam. Suara khas uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan.
Kebanyakan warna dari kue putu ini adalah putih dan hijau.
Putu versi Bugis (Sulawesi Selatan) memakai beras ketan hitam tanpa gula. Putu dimakan dengan taburan parutan kelapa dan sambal. Putu Bugis hanya dijual pagi hari sebagai pengganti sarapan yang praktis.
Kue putu sendiri sudah merambah ke negara lain, seperti Singapura dan Malaysia, meskipun nama dan bentuk untuk kue ini sedikit berbeda, tetapi rasanya sendiri sama dengan kue putu tradisional Indonesia itu sendiri.
Sejarah
Kue Putu dapat ditemukan di "China Silk Museum". Kue ini sudah dikenal sejak masa Dinasti Ming dengan sebutan XianRoe Xiao Long yang berarti kue dari tepung beras berisi kacang hijau yang amat lembut dan dikukus dalam cetakan bambu.
Di Indonesia makanan ini dikenal dengan nama "Puthu". Nama ini muncul dalam Serat Centhini yang ditulis pada 1814 di masa kerajaan Mataram. Kejadian puthu diambil sekitar 1630 di Desa Wanamarta, Jawa Timur. Di dalam naskah tersebut kata puthu muncul saat Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyediakan hidangan pagi. Dari hidangan tersebut terdapat puthu sebagai makanan pembuka atau camilan.
Penyebutan puthu juga muncul di peristiwa lain dengan lokasi serupa, Desa Wanamarta. Di naskah Centhini disebutkan Nyai Daya dan Nyai Sumbaling tengah menyiapkan kudapan setelah shalat Subuh. Di hidangan tersebut terhidang gemblong, ulen-ulen, serabi, puthu, jadah, jenang, dendeng balur, dendeng gepuk, pisang bakar, kupat, balendrang, jenang grendul, pisang raja dan wedang bubuk.[1]
Varian
- Putu Ayu Gula Jawa[2]
- Putu Ayu Ketan Hitam[2]
- Putu Ayu Bihun [2]
- Putu Mayang[3]
- Putu Pesse[3]
- Putu Cangiri[3]
- Putu Keju[3]
Referensi
- ^ "Merentang Sejarah Kue Tradisional Puthu". Republika Online. 2018-02-11. Diakses tanggal 2020-08-26.
- ^ a b c mirai. "4 Resep Kue Putu Ayu Legendaris yang Lembut dan Enak – GOODMINDS.ID" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-26.
- ^ a b c d "Kue Putu Nggak Hanya Dikukus Dalam Bambu Saja, Ini 5 Lainnya -..." www.grid.id. Diakses tanggal 2020-08-26.
Pranala luar
- "Kue Putu Bambu, Jajanan Jadul Masih Eksis di Jombang". Kabar Jombang. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.
- Pinjungwati, Gayuh Tri. "Resep Kue Putu Bambu Gula Jawa". fimela.com. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.
- Agmasari, Silvita. "5 Kue Tradisional Indonesia Isi Gula Merah, Tak Hanya Klepon Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.