Lompat ke isi

Karangwader, Penawangan, Grobogan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 16: Baris 16:
== Sejarah ==
== Sejarah ==
Nama Karangwader berasal dari kata ‘Karang’ yang berarti tempat, dan ‘Wader’ yang berarti nama jenis ikan, ikan wader. Yang dimaksudkan yaitu sendang ([[mata air]]) yang banyak terdapat ikan wader. Konon dahulu kala, terdapat seorang empu yang bernama Ki Ageng Donggo, yang berasal dari daerah/desa Donggo. Suatu ketika warga desa Donggo terkena wabah penyakit kolera yang sulit untuk disembuhkan. Maka pada suatu hari Ki Ageng Donggo bersemedi dan mendapat petunjuk disuruh pindah ke arah timur laut dan disana setelah menjumpai pohon besar yang bernama pohon Jenggarang, disitu Ki Ageng supaya babat hutan yang dinamakan Padepokan Kandang. Bersama warganya Ki Ageng berteduh di bawah pohon Jenggarang. Ki Ageng melakukan laku prihatin dengan tidak makan dan tidak minum dan akhirnya membuat gubug untuk berteduh bersama warga dan keluarganya. Pada hari Minggu Kliwon tiba-tiba Ki Ageng dipanggil [[Sunan Kalijaga]] untuk membuat sumur ke arah tenggara, disitu ada pundung dan ditancap dengan tongkat Sunan Kalijaga ternyata keluar air yang jernih dan terdapat ikan kecil-kecil yang dinamakan ikan [[wader klumopari]]. Dan Sunan Kalijaga berpesan kepada Ki Ageng Donggo, besok kalau rejane zaman desa, wilayah tersebut dinamakan Karangwader, yang berarti tempat yang terdapat banyak ikan wader.
Nama Karangwader berasal dari kata ‘Karang’ yang berarti tempat, dan ‘Wader’ yang berarti nama jenis ikan, ikan wader. Yang dimaksudkan yaitu sendang ([[mata air]]) yang banyak terdapat ikan wader. Konon dahulu kala, terdapat seorang empu yang bernama Ki Ageng Donggo, yang berasal dari daerah/desa Donggo. Suatu ketika warga desa Donggo terkena wabah penyakit kolera yang sulit untuk disembuhkan. Maka pada suatu hari Ki Ageng Donggo bersemedi dan mendapat petunjuk disuruh pindah ke arah timur laut dan disana setelah menjumpai pohon besar yang bernama pohon Jenggarang, disitu Ki Ageng supaya babat hutan yang dinamakan Padepokan Kandang. Bersama warganya Ki Ageng berteduh di bawah pohon Jenggarang. Ki Ageng melakukan laku prihatin dengan tidak makan dan tidak minum dan akhirnya membuat gubug untuk berteduh bersama warga dan keluarganya. Pada hari Minggu Kliwon tiba-tiba Ki Ageng dipanggil [[Sunan Kalijaga]] untuk membuat sumur ke arah tenggara, disitu ada pundung dan ditancap dengan tongkat Sunan Kalijaga ternyata keluar air yang jernih dan terdapat ikan kecil-kecil yang dinamakan ikan [[wader klumopari]]. Dan Sunan Kalijaga berpesan kepada Ki Ageng Donggo, besok kalau rejane zaman desa, wilayah tersebut dinamakan Karangwader, yang berarti tempat yang terdapat banyak ikan wader.

periode 2013 s.d 2018 kepala desa oleh Ahmad Sjafii, S.Ag.
kaur pemerintahan anwar budiman telah meninggal dunia tersengat listrik di sawah sendiri,, semoga anwar budiman diterima disisinya. dan diampuni dosa2nya, diterima amal ibadahnya... sungguh mengharukan..

[[Profill Desa..]]

Sampai Lebaran 2014 Profil Desa Belum terselesaikan secara online... mohon partisipasi semua pihak untuk membantu falidasi data pribadinya masing-masing, agar pemerintahan desa mendapatkan hasil profil desa yang falid juga..

Pendidikan,

Mari kita dukung Pemerintahan Jokowi untuk merevolusi mental di desa karangwader dengan harapan kualitas tingkat pendidikan desa karangwader menjadikan percontohan dinegara Indonesia..

by joewadi,S.Pd.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 11 Desember 2020 01.56

Karangwader
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenGrobogan
KecamatanPenawangan
Kode pos
58161
Kode Kemendagri33.15.03.2004 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Karangwader adalah desa di kecamatan Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah, Indonesia. Terletak di antara 07°07’11” LS dan 110°48’50” BT, desa Karangwader terbagi dalam empat dusun: Ketopo, Karangwader, Bangunrejo, dan Tlogorejo (31 RT dan 6 RW).

Sejarah

Nama Karangwader berasal dari kata ‘Karang’ yang berarti tempat, dan ‘Wader’ yang berarti nama jenis ikan, ikan wader. Yang dimaksudkan yaitu sendang (mata air) yang banyak terdapat ikan wader. Konon dahulu kala, terdapat seorang empu yang bernama Ki Ageng Donggo, yang berasal dari daerah/desa Donggo. Suatu ketika warga desa Donggo terkena wabah penyakit kolera yang sulit untuk disembuhkan. Maka pada suatu hari Ki Ageng Donggo bersemedi dan mendapat petunjuk disuruh pindah ke arah timur laut dan disana setelah menjumpai pohon besar yang bernama pohon Jenggarang, disitu Ki Ageng supaya babat hutan yang dinamakan Padepokan Kandang. Bersama warganya Ki Ageng berteduh di bawah pohon Jenggarang. Ki Ageng melakukan laku prihatin dengan tidak makan dan tidak minum dan akhirnya membuat gubug untuk berteduh bersama warga dan keluarganya. Pada hari Minggu Kliwon tiba-tiba Ki Ageng dipanggil Sunan Kalijaga untuk membuat sumur ke arah tenggara, disitu ada pundung dan ditancap dengan tongkat Sunan Kalijaga ternyata keluar air yang jernih dan terdapat ikan kecil-kecil yang dinamakan ikan wader klumopari. Dan Sunan Kalijaga berpesan kepada Ki Ageng Donggo, besok kalau rejane zaman desa, wilayah tersebut dinamakan Karangwader, yang berarti tempat yang terdapat banyak ikan wader.

Referensi