Riyanto: Perbedaan antara revisi
Pinerineks (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Pinerineks (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 20: | Baris 20: | ||
|other_names = |
|other_names = |
||
|alma_mater = |
|alma_mater = |
||
|occupation = |
|occupation = Kuli |
||
|years_active = |
|years_active = |
||
|style = |
|style = |
||
Baris 27: | Baris 27: | ||
|awards = |
|awards = |
||
|mother = Katinem |
|mother = Katinem |
||
|father = Sukarmin |
|||
}} |
}} |
||
'''Riyanto''' ({{lahirmati|[[Kediri]], [[Jawa Timur]]|19|10|1975|[[Mojokerto]], [[Jawa Timur]]|24|12|2000}}) merupakan anggota [[Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama]] yang tewas karena terkena ledakan bom saat mencoba menyelamatkan Gereja Eben Haezer di Mojokerto dari percobaan peledakan pada malam 24 Desember 2000. |
'''Riyanto''' ({{lahirmati|[[Kediri]], [[Jawa Timur]]|19|10|1975|[[Mojokerto]], [[Jawa Timur]]|24|12|2000}}) merupakan anggota [[Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama]] yang tewas karena terkena ledakan bom saat mencoba menyelamatkan Gereja Eben Haezer di Mojokerto dari percobaan peledakan pada malam 24 Desember 2000. |
Revisi per 24 Desember 2020 15.52
Riyanto | |
---|---|
Lahir | Kediri, Jawa Timur | 19 Oktober 1975
Meninggal | 24 Desember 2000 Mojokerto, Jawa Timur | (umur 25)
Sebab meninggal | Terkena ledakan bom |
Makam | Pemakaman umum Prajuritkulon, Prajuritkulon, Mojokerto |
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Kuli |
Orang tua |
|
Riyanto (19 Oktober 1975 – 24 Desember 2000) merupakan anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama yang tewas karena terkena ledakan bom saat mencoba menyelamatkan Gereja Eben Haezer di Mojokerto dari percobaan peledakan pada malam 24 Desember 2000.
Biografi
Kehidupan awal
Riyanto lahir di Kediri, Jawa Timur pada 19 Oktober 1975 dari pasangan suami-istri Sukarmin dan Katinem. Riyanto merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara.[1]
Penyelamatan Bom Natal 2000
Pada sore hari 24 Desember 2000 yang kala itu juga sedang pertepatan dengan hari ke-28 bulan Ramadan, Riyanto berpamitan kepada ibunya, Katinem, untuk turut menjaga Gereja Eben Haezer Mojokerto bersama sejumlah anggota Banser lainnya. Ia melewatkan buka puasa bersama keluarganya untuk menjaga gereja. Ia juga meminta izin untuk tidak pulang ke rumah, karena berencana akan beriktikaf di masjid selepas tugas menjaga gereja.[2]
Para anggota Banser yang berjaga di gereja Eben Haezer berbuka puasa di sana dan bergantian menunaikan salat magrib. Pada pukul 19.45, seorang jemaat gereja melihat ada tas mencurigakan yang tergeletak di bawah telepon umum depan gereja. Begitu diketahui kalau tas tersebut berisikan bom, para jemaah gereja langsung berlarian. Riyanto memeleluk tas tersebut dan berlari ke kejauhan untuk melindungi kerumuman jemaat gereja. Ia berencana memasukkannya ke dalam selokan, tetapi sebelum sempat melemparkannya ke selokan, bom meledak dan menewaskan Riyanto seketika. Menurut keterangan, tubuh Riyanto terpental 30 meter dari titik ledakan. Salah seorang kawan Riyanto, Amir, terkena luka sobekan akibat serpihan ledakan tersebut.[2]
Budaya populer
Hanung Bramantyo menyebutkan bahwa pemeran Soleh dalam ? (2011) terilhami dari Riyanto.[3]
Referensi
- ^ Ishomuddin (26 desember 2016). "Belajar Toleransi dari Riyanto, Banser Korban Bom Natal". Tempo. Diakses tanggal 31 Januari 2018.
- ^ a b Farid. "Antara Gus Dur, Riyanto Banser, dan Bom Natal Mojokerto". nasional. Diakses tanggal 2020-12-24.
- ^ Hidayah, Aguslia (1 April 2011). "Hanung Angkat Kisah Banser NU di Film Tanda Tanya". Tempo. Diakses tanggal 31 Januari 2018.