Bandar Udara Gatot Subroto: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan |
||
Baris 45: | Baris 45: | ||
'''Bandar Udara Gatot Subroto''' adalah [[bandar udara]] yang terletak di Way Tuba, [[Kabupaten Way Kanan]], provinsi [[Lampung]]. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 2.100 meter lebar 45 meter {{convert|2100|x|45|m|0}} dengan permukaan aspal dan ketinggian 137 meter di atas permukaan tanah. Bandar udara Gatot Subroto ini merupakan pangkalan udara [[TNI Angkatan Darat]], dan menjadi markas [[Skadron 12/Serbu]]. |
'''Bandar Udara Gatot Subroto''' adalah [[bandar udara]] yang terletak di Way Tuba, [[Kabupaten Way Kanan]], provinsi [[Lampung]]. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 2.100 meter lebar 45 meter {{convert|2100|x|45|m|0}} dengan permukaan aspal dan ketinggian 137 meter di atas permukaan tanah. Bandar udara Gatot Subroto ini merupakan pangkalan udara [[TNI Angkatan Darat]], dan menjadi markas [[Skadron 12/Serbu]]. |
||
==Sejarah== |
|||
Kisah di balik keberadaan Lanudad Gatot Subroto yang kini resmi menjadi Bandar Udara (Bandara) Gatot Subroto menarik disimak sebagai warisan sejarah dari para tokoh dan pejuang bangsa untuk generasi muda penerus pembangunan. Dari buku “Sejarah Daerah Lampung” terbitan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1997 terungkap bahwa Lanud Gatot Subroto, yang pada zaman Jepang disebut Lapangan Terbang Way Tuba, sesungguhnya merupakan hasil kerja keras rakyat Lampung yang dijadikan romusha (buruh dengan sistem kerja paksa) oleh Jepang. Keringat, darah dan air mata rakyat Lampung diperas oleh Jepang untuk membangun Lapangan Terbang Way Tuba, semata-mata untuk tujuan sebagai pos pertahanan udara Jepang dalam menghadapi Belanda. Namun, setelah Perang Dunia II berakhir, lapangan terbang ini tak terawat dan sejarahnya pun dilupakan orang. Landasannya tertutup oleh semak belukar yang sangat rimbun, bahkan seolah sengaja ditutupi oleh batang-batang pohon yang tumbang dan padang ilalang, sehingga nyaris tak nampak sama sekali. |
|||
Kondisinya yang tertutup menjadi luput dari perhatian pemerintah, khususnya [[TNI]]. Keberadaan Lapangan Terbang Way Tuba baru terungkap pada tahun 1989, setelah ditemukan oleh Korem 043/Garuda Hitam di bawah pimpinan Danrem [[A.M. Hendropriyono|Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono]], yang kelak di kemudian hari pensiun dengan pangkat Jenderal bintang empat dan dikenal sebagai tokoh intelijen nasional.<ref>[https://www.senayanpost.com/jejak-hendropriyono-di-balik-penemuan-dan-pembangunan-lanudad-gatot-subroto/ "Jejak Jenderal TNI Hendropriyono di Balik Penemuan dan Pembangunan Lanudad Gatot Subroto"]</ref><ref>[https://www.inphedia.id/2019/05/jejak-hendropriyono-di-balik-penemuan.html?m=1 "Jenderal TNI Hendropriyono di Balik Kisah Penemuan Lanudad Gatot Subroto"]</ref> Kolonel Inf (Purn.) Sutomo, mantan Komandan [[Batalyon Infanteri 143|Batalyon Infanteri 143/Tri Wira Eka Jaya]] yang saat itu berpangkat Mayor mengisahkan, bahwa [[A.M. Hendropriyono|Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono]] sebagai Danrem 043/Garuda Hitam pada September 1989 mengadakan kunjungan kerja ke Way Kanan. |
|||
Danrem membawa [[Batalyon Infanteri 143|Danyonif 143/Tri Wira Eka Jaya]] berkeliling meninjau sejumlah desa, antara lain; Desa Gumuruh, Desa Way Tuba dan Desa Bumi Agung. Termasuk mengunjungi kediaman [[Musannif Ryacudu|Mayjen TNI (Purn.) Musannif Ryacudu]] dan kediaman Mangku Bumi, kerabat Ryacudu. Danrem bersama rombongan sempat bermalam di kediaman Kepala Desa Bumi Agung. Esoknya, ketika meninjau Koramil Bahuga dan desa-desa di wilayah teritorial Koramil Bahuga, rombongan Korem 043/Gatam di bawah komando Danrem [[A.M. Hendropriyono|Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono]] menemukan jejak landasan lapangan terbang peninggalan Jepang di Way Tuba. Saat ditemukan, lapangan terbang dalam kondisi tertutup semak belukar dan batang-batang pohon yang tumbang. Lalu, prajurit [[Batalyon Infanteri 143|Batalyon Infanteri 143/Tri Wira Eka Jaya]] di bawah pimpinan Mayor Inf Sutomo bergotong-royong berhari-hari membersihkan dan membuka lapangan terbang itu. |
|||
Hingga Mayor Inf Sutomo naik pangkat menjadi Letkol dan menjabat Komandan Kodim 0412/Lampung Utara, termasuk membawahi wilayah Way Kanan, ia masih bertanggungjawab untuk memelihara lapangan terbang Way Tuba. “Bandara Gatot Subroto ini dulunya adalah airstrip bekas Jepang yang diketemukan pada 1989 oleh Danrem 043/Gatam [[A.M. Hendropriyono|Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono]]. Oleh beliau dicek ke [[Pangkalan Udara Astra Ksetra]] di Menggala, ternyata bukan milik [[TNI Angkatan Udara]]. Kemudian dibersihkan sendiri oleh prajurit kita yang bekerja-bakti. Atas penemuan ini, [[A.M. Hendropriyono|Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono]] selaku Danrem 043/Gatam, kemudian menyerahkan lapter Way Tuba kepada [[TNI Angkatan Darat]] melalui [[Kodam II/Sriwijaya|Pangdam II/Sriwijaya]], sehingga kemudian oleh [[TNI Angkatan Darat]] diperluas dan dijadikan sebagai pangkalan udara milik [[TNI Angkatan Darat]]. Mantan Dandenzibang 4/II Bandar Lampung Letkol Czi. (Purn.) Ir. T. Purnomo menambahkan, tak lama setelah penemuan Lapangan Terbang Way Tuba, [[A.M. Hendropriyono|Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono]] selaku Danrem 043/Gatam mengajukan ijin lokasi untuk pembangunan Lapangan Terbang Way Tuba kepada [[Daftar Gubernur Lampung|Gubernur Lampung]] [[Poedjono Pranyoto]]. |
|||
[[Daftar Gubernur Lampung|Gubernur Lampung]] [[Poedjono Pranyoto]] kemudian menerbitkan ijin lokasi pada tahun 1991. Pembangunan Lapangan Terbang Way Tuba berlangsung secara paralel, bersamaan dengan proses perijinan, dalam hal ini tahap awal dimulai dengan perluasan landasan pacu (runway). Sebelum diresmikan pengoperasiannya sebagai Lanuad Gatot Subroto, uji coba pendaratan perdana di Lanuad Gatot Subroto dilakukan menggunakan pesawat C-130 Hercules TNI-AU. Setelah diresmikan, Lanud Gatot Subroto kerap didarati oleh [[Kepala Staf Angkatan Darat]] dan rombongan Staf Umum TNI-AD (SUAD) untuk keperluan latihan militer, yang tergabung dengan Pusat Latihan Pertempuran di Martapura. Untuk memperkuat status tanah Lanudad Gatot Subroto, dilakukan proses pengukuran dan ganti rugi oleh tim di bawah koordinasi [[Aqlani Maza|Mayjen TNI Aqlani Maza]] (Departemen Pertahanan) dan [[Kiswantara Partadiredja|Mayjen TNI Kiswantara Partadiredja]] (Aslog Kasad) pada tahun 2004. [[Kiswantara Partadiredja|Mayjen TNI Kiswantara Partadiredja]] sejak menjabat sebagai [[Batalion Zeni Tempur 2|Danyonzipur-2/Samara Grawira]] sampai Kazidam-II/Sriwijaya terlibat langsung dalam pembangunan Lanudad Gatot Subroto dan bahkan ikut menjadi penumpang pesawat Hercules [[TNI Angkatan Udara]]pada saat uji coba pendaratan perdana di Lanudad Gatot Subroto. “Airstrip eks Jepang sudah tidak dapat digunakan karena sudah berusia kurang kebih 45 tahun dan arah angin sudah berubah, sehingga landasan baru harus digeser 29 derajat ke kanan. Itu pun belum ideal. Karena keterbatasan lahan, landasan pacu tetap dibuat, dengan panjang landasan 2200 meter dan lebar 40 meter, over run di masing-masing ujung landasan 150 meter. Apron direncanakan mampu menampung 9 Hercules, daya angkut untuk satu Yonif. Namun karena keterbatasan anggaran, sampai saya selesai jadi Kazidam-II/Sriwijaya apron hanya mampu menampung 2 Hercules,” jelas [[Kiswantara Partadiredja|Mayjen TNI Kiswantara Partadiredja]]. |
|||
Dalam perkembangan selanjutnya, Lanudad Gatot Subroto dijadikan pangkalan [[Skadron 12/Serbu]] di bawah kendali [[Pusat Penerbangan Angkatan Darat]] (Puspenerbad). Kini, Lanudad Gatot Subroto dioperasikan oleh pemerintah tak hanya untuk kepentingan pertahanan negara, lebih dari itu juga untuk kebutuhan transportasi masyarakat, pemerintah daerah dan dunia usaha. |
|||
==Usulan Perubahan Nama== |
==Usulan Perubahan Nama== |
||
Usai diresmikan oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dan [[Kepala Staf Angkatan Darat]] (KSAD) [[Andika Perkasa|Jenderal TNI Andika Perkasa]], pada 6 April 2019 lalu. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengusulkan perubahan nama Bandar Udara (Bandara) Gatot Subroto Way Kanan. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Lampung, Bambang Sembogo mengatakan, usulan ini diajukan oleh Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi untuk mengubah nama Bandara Gatot Subroto menjadi Bandara Musanif Ryacudu. Perubahan nama itu diajukan oleh Gubernur kepada KSAD. Perubahan nama diusulkan untuk memberikan penghormatan kepada pahlawan asal Lampung khususnya Way Kanan, [[Musannif Ryacudu|Mayjen TNI (Purn.) Musannif Ryacudu]].<ref>[https://lampungpro.co/post/23019/bandara-gatot-subroto-way-kanan-diusulkan-ganti-nama-ini-calon-nama-barunya "Bandara Gatot Subroto Way Kanan Diusulkan Ganti Nama, Ini Calon Nama Barunya"]</ref> |
Usai diresmikan oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dan [[Kepala Staf Angkatan Darat]] (KSAD) [[Andika Perkasa|Jenderal TNI Andika Perkasa]], pada 6 April 2019 lalu. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengusulkan perubahan nama Bandar Udara (Bandara) Gatot Subroto Way Kanan. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Lampung, Bambang Sembogo mengatakan, usulan ini diajukan oleh Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi untuk mengubah nama Bandara Gatot Subroto menjadi Bandara Musanif Ryacudu. Perubahan nama itu diajukan oleh Gubernur kepada KSAD. Perubahan nama diusulkan untuk memberikan penghormatan kepada pahlawan asal Lampung khususnya Way Kanan, [[Musannif Ryacudu|Mayjen TNI (Purn.) Musannif Ryacudu]].<ref>[https://lampungpro.co/post/23019/bandara-gatot-subroto-way-kanan-diusulkan-ganti-nama-ini-calon-nama-barunya "Bandara Gatot Subroto Way Kanan Diusulkan Ganti Nama, Ini Calon Nama Barunya"]</ref> |
Revisi per 6 Januari 2021 19.07
Pangkalan Udara Utama TNI AD Gatot Subroto | |
---|---|
Berkas:Gambar Puspenerbad.png | |
Dibentuk | 6 April 2019 - Sekarang |
Negara | Indonesia |
Cabang | TNI Angkatan Darat |
Tipe unit | Pangkalan Udara Militer |
Bagian dari | Pusat Penerbangan Angkatan Darat |
Moto | Wajna Carola |
Situs web | http://puspenerbad-tniad.mil.id/ |
Bandara Gatot Subroto | |
---|---|
Informasi | |
Jenis | militer dan Domestik |
Lokasi | Way Tuba, Way Kanan Lampung |
Zona waktu | UTC+7 |
Koordinat | {{{coordinates}}} |
Bandar Udara Gatot Subroto adalah bandar udara yang terletak di Way Tuba, Kabupaten Way Kanan, provinsi Lampung. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 2.100 meter lebar 45 meter 2.100 x 45 meter (6.890 ft × 148 ft) dengan permukaan aspal dan ketinggian 137 meter di atas permukaan tanah. Bandar udara Gatot Subroto ini merupakan pangkalan udara TNI Angkatan Darat, dan menjadi markas Skadron 12/Serbu.
Sejarah
Kisah di balik keberadaan Lanudad Gatot Subroto yang kini resmi menjadi Bandar Udara (Bandara) Gatot Subroto menarik disimak sebagai warisan sejarah dari para tokoh dan pejuang bangsa untuk generasi muda penerus pembangunan. Dari buku “Sejarah Daerah Lampung” terbitan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1997 terungkap bahwa Lanud Gatot Subroto, yang pada zaman Jepang disebut Lapangan Terbang Way Tuba, sesungguhnya merupakan hasil kerja keras rakyat Lampung yang dijadikan romusha (buruh dengan sistem kerja paksa) oleh Jepang. Keringat, darah dan air mata rakyat Lampung diperas oleh Jepang untuk membangun Lapangan Terbang Way Tuba, semata-mata untuk tujuan sebagai pos pertahanan udara Jepang dalam menghadapi Belanda. Namun, setelah Perang Dunia II berakhir, lapangan terbang ini tak terawat dan sejarahnya pun dilupakan orang. Landasannya tertutup oleh semak belukar yang sangat rimbun, bahkan seolah sengaja ditutupi oleh batang-batang pohon yang tumbang dan padang ilalang, sehingga nyaris tak nampak sama sekali.
Kondisinya yang tertutup menjadi luput dari perhatian pemerintah, khususnya TNI. Keberadaan Lapangan Terbang Way Tuba baru terungkap pada tahun 1989, setelah ditemukan oleh Korem 043/Garuda Hitam di bawah pimpinan Danrem Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono, yang kelak di kemudian hari pensiun dengan pangkat Jenderal bintang empat dan dikenal sebagai tokoh intelijen nasional.[1][2] Kolonel Inf (Purn.) Sutomo, mantan Komandan Batalyon Infanteri 143/Tri Wira Eka Jaya yang saat itu berpangkat Mayor mengisahkan, bahwa Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono sebagai Danrem 043/Garuda Hitam pada September 1989 mengadakan kunjungan kerja ke Way Kanan.
Danrem membawa Danyonif 143/Tri Wira Eka Jaya berkeliling meninjau sejumlah desa, antara lain; Desa Gumuruh, Desa Way Tuba dan Desa Bumi Agung. Termasuk mengunjungi kediaman Mayjen TNI (Purn.) Musannif Ryacudu dan kediaman Mangku Bumi, kerabat Ryacudu. Danrem bersama rombongan sempat bermalam di kediaman Kepala Desa Bumi Agung. Esoknya, ketika meninjau Koramil Bahuga dan desa-desa di wilayah teritorial Koramil Bahuga, rombongan Korem 043/Gatam di bawah komando Danrem Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono menemukan jejak landasan lapangan terbang peninggalan Jepang di Way Tuba. Saat ditemukan, lapangan terbang dalam kondisi tertutup semak belukar dan batang-batang pohon yang tumbang. Lalu, prajurit Batalyon Infanteri 143/Tri Wira Eka Jaya di bawah pimpinan Mayor Inf Sutomo bergotong-royong berhari-hari membersihkan dan membuka lapangan terbang itu.
Hingga Mayor Inf Sutomo naik pangkat menjadi Letkol dan menjabat Komandan Kodim 0412/Lampung Utara, termasuk membawahi wilayah Way Kanan, ia masih bertanggungjawab untuk memelihara lapangan terbang Way Tuba. “Bandara Gatot Subroto ini dulunya adalah airstrip bekas Jepang yang diketemukan pada 1989 oleh Danrem 043/Gatam Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono. Oleh beliau dicek ke Pangkalan Udara Astra Ksetra di Menggala, ternyata bukan milik TNI Angkatan Udara. Kemudian dibersihkan sendiri oleh prajurit kita yang bekerja-bakti. Atas penemuan ini, Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono selaku Danrem 043/Gatam, kemudian menyerahkan lapter Way Tuba kepada TNI Angkatan Darat melalui Pangdam II/Sriwijaya, sehingga kemudian oleh TNI Angkatan Darat diperluas dan dijadikan sebagai pangkalan udara milik TNI Angkatan Darat. Mantan Dandenzibang 4/II Bandar Lampung Letkol Czi. (Purn.) Ir. T. Purnomo menambahkan, tak lama setelah penemuan Lapangan Terbang Way Tuba, Kolonel Inf. A.M. Hendropriyono selaku Danrem 043/Gatam mengajukan ijin lokasi untuk pembangunan Lapangan Terbang Way Tuba kepada Gubernur Lampung Poedjono Pranyoto.
Gubernur Lampung Poedjono Pranyoto kemudian menerbitkan ijin lokasi pada tahun 1991. Pembangunan Lapangan Terbang Way Tuba berlangsung secara paralel, bersamaan dengan proses perijinan, dalam hal ini tahap awal dimulai dengan perluasan landasan pacu (runway). Sebelum diresmikan pengoperasiannya sebagai Lanuad Gatot Subroto, uji coba pendaratan perdana di Lanuad Gatot Subroto dilakukan menggunakan pesawat C-130 Hercules TNI-AU. Setelah diresmikan, Lanud Gatot Subroto kerap didarati oleh Kepala Staf Angkatan Darat dan rombongan Staf Umum TNI-AD (SUAD) untuk keperluan latihan militer, yang tergabung dengan Pusat Latihan Pertempuran di Martapura. Untuk memperkuat status tanah Lanudad Gatot Subroto, dilakukan proses pengukuran dan ganti rugi oleh tim di bawah koordinasi Mayjen TNI Aqlani Maza (Departemen Pertahanan) dan Mayjen TNI Kiswantara Partadiredja (Aslog Kasad) pada tahun 2004. Mayjen TNI Kiswantara Partadiredja sejak menjabat sebagai Danyonzipur-2/Samara Grawira sampai Kazidam-II/Sriwijaya terlibat langsung dalam pembangunan Lanudad Gatot Subroto dan bahkan ikut menjadi penumpang pesawat Hercules TNI Angkatan Udarapada saat uji coba pendaratan perdana di Lanudad Gatot Subroto. “Airstrip eks Jepang sudah tidak dapat digunakan karena sudah berusia kurang kebih 45 tahun dan arah angin sudah berubah, sehingga landasan baru harus digeser 29 derajat ke kanan. Itu pun belum ideal. Karena keterbatasan lahan, landasan pacu tetap dibuat, dengan panjang landasan 2200 meter dan lebar 40 meter, over run di masing-masing ujung landasan 150 meter. Apron direncanakan mampu menampung 9 Hercules, daya angkut untuk satu Yonif. Namun karena keterbatasan anggaran, sampai saya selesai jadi Kazidam-II/Sriwijaya apron hanya mampu menampung 2 Hercules,” jelas Mayjen TNI Kiswantara Partadiredja.
Dalam perkembangan selanjutnya, Lanudad Gatot Subroto dijadikan pangkalan Skadron 12/Serbu di bawah kendali Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad). Kini, Lanudad Gatot Subroto dioperasikan oleh pemerintah tak hanya untuk kepentingan pertahanan negara, lebih dari itu juga untuk kebutuhan transportasi masyarakat, pemerintah daerah dan dunia usaha.
Usulan Perubahan Nama
Usai diresmikan oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, pada 6 April 2019 lalu. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengusulkan perubahan nama Bandar Udara (Bandara) Gatot Subroto Way Kanan. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Lampung, Bambang Sembogo mengatakan, usulan ini diajukan oleh Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi untuk mengubah nama Bandara Gatot Subroto menjadi Bandara Musanif Ryacudu. Perubahan nama itu diajukan oleh Gubernur kepada KSAD. Perubahan nama diusulkan untuk memberikan penghormatan kepada pahlawan asal Lampung khususnya Way Kanan, Mayjen TNI (Purn.) Musannif Ryacudu.[3]
Usulan perubahan nama Bandara Gatot Subroto tersebut, saat ini masih menunggu keputusan dari KSAD apakah disetujui atau tidak. Bandara milik TNI Angkatan Darat, Gatot Subroto yang sebelumnya bernama Lanudad Gatot Subroto Lampung resmi melayani penerbangan komersial mulai 6 April 2019. Peresmian dilakukan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi didampingi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa.
Komandan
- Letkol Cpn Yusuf Hidayat (2019-2020)
- Letkol Cpn Muh Sahrir (2020-Sekarang)