Lompat ke isi

Teori penerimaan pesan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20210209)) #IABot (v2.0.8) (GreenC bot
Baris 23: Baris 23:
Ketika khalayak sama sekali menolak pesan yang disampaikan media maka khalayak tersebut berada pada posisi [[oposisi]] <ref name="Media Studies"/>. Mereka menolak pesan tersebut karena tidak sesuai dengan pengetahuan atau nilai yang dianutnya <ref name="Media Studies"/>.
Ketika khalayak sama sekali menolak pesan yang disampaikan media maka khalayak tersebut berada pada posisi [[oposisi]] <ref name="Media Studies"/>. Mereka menolak pesan tersebut karena tidak sesuai dengan pengetahuan atau nilai yang dianutnya <ref name="Media Studies"/>.


Ketiga tipe penerimaan ini bisa dijelaskan melalui contoh yang diberikan oleh Fiske dan O'Sullivan terkait representasi perempuan di dalam iklan <ref name="mediaandsociety"> {{en}} {{cite book|title=Media And Society|author=Michael O'Shaughnessy, Jane Stadler|publisher=Oxford University Press|year=2005|page=102-104|ISBN=019551756-3}}</ref>. Perempuan digambarkan sebagai objek seks dan sebagai figur Ibu <ref name="mediaandsociety"/>. Dalam hal ini, tipe dominan menerima dan setuju dengan penggambaran tersebut <ref name="mediaandsociety"/>. Sementara itu, bagi wanita karier kelas menengah, penggambaran seperti itu merupakan hal biasa untuk wanita lain, tetapi tidak untuk dirinya sendiri <ref name="mediaandsociety"/>. Pada keadaan ini, khalayak berada pada posisi negosiasi <ref name="mediaandsociety"/>. Lalu, bagi para [[feminis]], penggambaran tersebut sama sekali tidak terima <ref name="mediaandsociety"/>.
Ketiga tipe penerimaan ini bisa dijelaskan melalui contoh yang diberikan oleh Fiske dan O'Sullivan terkait representasi perempuan di dalam iklan <ref name="mediaandsociety"> {{en}} {{cite book|title=Media And Society|url=https://archive.org/details/mediasocietyintr0000osha|author=Michael O'Shaughnessy, Jane Stadler|publisher=Oxford University Press|year=2005|page=[https://archive.org/details/mediasocietyintr0000osha/page/102 102]-104|ISBN=019551756-3}}</ref>. Perempuan digambarkan sebagai objek seks dan sebagai figur Ibu <ref name="mediaandsociety"/>. Dalam hal ini, tipe dominan menerima dan setuju dengan penggambaran tersebut <ref name="mediaandsociety"/>. Sementara itu, bagi wanita karier kelas menengah, penggambaran seperti itu merupakan hal biasa untuk wanita lain, tetapi tidak untuk dirinya sendiri <ref name="mediaandsociety"/>. Pada keadaan ini, khalayak berada pada posisi negosiasi <ref name="mediaandsociety"/>. Lalu, bagi para [[feminis]], penggambaran tersebut sama sekali tidak terima <ref name="mediaandsociety"/>.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 11 Februari 2021 00.00

Penerimaan Pesan

Teori Penerimaan Pesan (Inggris: Audience Reception Theory atau Reception Theory) adalah teori yang menekankan pada peran pembaca atau khalayak dalam menerima pesan, bukan pada peran pengirim pesan [1]. Pemaknaan pesan bergantung pada latar belakang budaya dan pengalaman hidup khalayak itu sendiri [2]. Hal ini menunjukkan bahwa makna dalam sebuah teks tidak melekat pada teks, tetapi dibentuk pada hubungan antara teks dan pembaca [2]. Dalam teori yang dikemukakan oleh Stuart Hall ini, proses komunikasi (encoding dan decoding) berlangsung lebih kompleks. Khalayak tidak hanya menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan (pengirim-pesan-penerima), tetapi juga bisa mereproduksi pesan yang disampaikan (produksi, sirkulasi, distribusi atau konsumsi-reproduksi) [3].

Perkembangan

Stuart Hall (1980) dan David Morley (1992) sama-sama menggunakan model komunikasi encoding dan decoding dalam penelitiannya [4]. Namun, Morley lebih tertarik untuk melihat bagaimana kelompok sosial (serikat buruh, kalangan muda dan orang dengan kulit berwarna) dibandingkan dengan individu dalam memaknai apa yang mereka lihat [4]. Gagasan mengenai penelitian khalayak sebagai kelompok sosial pun telah banyak dilakukan [4]. Misalnya saja penelitian etnografi yang dikembangkan oleh Dorothy Hobson dan Charlotte Brundson yang telah mempelajari perempuan sebagai khalayak dari opera sabun [4]. Sejumlah penelitian juga telah mengeksplorasi cara perempuan membaca teks-teks populer (majalah, melodrama, novel cinta) sehingga membuat teks menjadi berarti bagi mereka [4]. Hal ini berkaitan erat dengan keadaan sosial dimana perempuan mengkonsumsi media dan bagaimana mereka menghubungkan hal tersebut pada kehidupan nyata [4]. John Fiske juga mengembangkan gagasan bahwa khalayak bisa menolak teks yang ditampilkan kepada mereka [4]. Hal ini dikarenakan khalayak mempunyai kekuatan atas teks yang mereka konsumsi. Dari penelitian-penelitian tersebut, kajian mengenai khalayak menunjukkan bagaimana mereka memaknai teks dari perspektif masing-masing [4].

Encoding, Decoding

Konsep terpenting yang menjadi awal lahirnya teori penerimaan pesan adalah encoding dan decoding [5]. Encoding merupakan proses membuat pesan yang sesuai dengan kode tertentu, sedangkan decoding merupakan proses menggunakan kode untuk memaknai pesan [5]. Encoding dan decoding mempunyai struktur makna yang tidak selalu simetris [3]. Derajat simetri (simetris atau tidak simetrisnya pertukaran komunikasi) bergantung pada kesetaraan hubungan yang dibentuk antara pemberi pesan dan penerima pesan (pembuat kode dan penerima kode) [3].

Tipe Penerimaan

Terdapat tiga tipe dalam penerimaan pesan, yaitu [3].

  • Dominan

Ketika khalayak menerima pesan dari media secara penuh dan memaknai pesan tersebut seperti yang diinginkan oleh media maka khalayak berada pada posisi yang dominan [3]. Dalam hal ini berlangsung pertukaran komunikasi yang sempurna [3].

  • Negosiasi

Khalayak cukup memahami apa yang ditampilkan oleh media, tetapi tidak semua dimaknai sama [3]. Penerimaan dalam tipe ini mengandung dua hal, yaitu unsur adaptif dan oposisi [3]. Hal ini menunjukkan bahwa pesan dinegosiasikan [3].

  • Alternatif atau Oposisi

Ketika khalayak sama sekali menolak pesan yang disampaikan media maka khalayak tersebut berada pada posisi oposisi [3]. Mereka menolak pesan tersebut karena tidak sesuai dengan pengetahuan atau nilai yang dianutnya [3].

Ketiga tipe penerimaan ini bisa dijelaskan melalui contoh yang diberikan oleh Fiske dan O'Sullivan terkait representasi perempuan di dalam iklan [4]. Perempuan digambarkan sebagai objek seks dan sebagai figur Ibu [4]. Dalam hal ini, tipe dominan menerima dan setuju dengan penggambaran tersebut [4]. Sementara itu, bagi wanita karier kelas menengah, penggambaran seperti itu merupakan hal biasa untuk wanita lain, tetapi tidak untuk dirinya sendiri [4]. Pada keadaan ini, khalayak berada pada posisi negosiasi [4]. Lalu, bagi para feminis, penggambaran tersebut sama sekali tidak terima [4].

Referensi

  1. ^ (Inggris) Marcel Danesi (2013). Encyclopedia of Media and Communication. University of Toronto Press. hlm. 574-575. ISBN 1442695536. 
  2. ^ a b (Inggris) Communication Strategies in Translation an Active Reception Analysis Between The Translation and Readers Reception, diakses 5 April 2014
  3. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) Paul Marris, Sue Thornham (1996). Media Studies: A Reader. Edinburgh University Press. hlm. 41-48. ISBN 0748607781. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n (Inggris) Michael O'Shaughnessy, Jane Stadler (2005). Media And Society. Oxford University Press. hlm. 102-104. ISBN 019551756-3. 
  5. ^ a b (Inggris) Brian L. Ott, Robert L. Mack (2010). Critical Media Studies: An Introduction. John Wiley & Sons. hlm. 224-227. ISBN 140516185X.