Lompat ke isi

Legenda Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Kisah: Menambah gambar #WikiSejarah
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 5: Baris 5:
== Kisah ==
== Kisah ==
[[Berkas:Stierengevecht op Sumatra's Westkust KITLV 85289.tiff|jmpl|Tradisi adu kerbau di Sumatera Barat, 1932-1934.]]
[[Berkas:Stierengevecht op Sumatra's Westkust KITLV 85289.tiff|jmpl|Tradisi adu kerbau di Sumatera Barat, 1932-1934.]]
<span data-segmentid="7" class="cx-segment">Legenda ini menceritakan tentang perselisihan wilayah antara <span data-segmentid="11" class="cx-segment">p<span data-segmentid="13" class="cx-segment">enduduk</span></span> di wilayah Sumatra Barat sekarang dengan penguasa pendatang dari negeri seberang.</span> Penguasa <span data-segmentid="8" class="cx-segment">pendatang entah bagaimana dikaitkan dengan [[Kerajaan Majapahit]] di [[Pulau Jawa]]. Mereka datang membawa pasukan dan hendak menjajah.<ref>{{Cite news|title=Invasi Majapahit ke Pagaruyung dan Pertarungan Dua Kerbau|work=Sindo News|date=11 March 2017|url=https://daerah.sindonews.com/read/1187263/29/invasi-majapahit-ke-pagaruyung-dan-pertarungan-dua-kerbau-1489158517|language=Indonesian}}</ref></span> Untuk menghidari perang, p<span data-segmentid="11" class="cx-segment"><span data-segmentid="13" class="cx-segment">enduduk</span> setempat mengusulkan agar pertempuran dilakukan secara simbolis dengan kerbau pilihan masing-masing. Pihak yang kerbaunya kalah harus menyerah kepada pemenang.</span><ref name="Sengketa Tiada Putus">Hadler, Jeffrey (2010). [http://sseas.berkeley.edu/sites/default/files/faculty/files/hadlersengketa.pdf "Sengketa Tiada Putus"] ''Freedom Institute''. hlm. 16–21. ISBN 978-979-19466-5-0.</ref><span data-segmentid="11" class="cx-segment"><ref name="Cerita Rakyat Nusantara2">{{Cite web|url=http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/307-Asal-Mula-Nama-Nagari-Minangkabau#|title=Asal Mula Nama Nagari Minangkabau|last=Samsuni|date=|website=|publisher=Cerita Rakyat Nusantara|access-date=23 Mei 2019}}</ref></span>
<span data-segmentid="7" class="cx-segment">Legenda ini menceritakan tentang perselisihan wilayah antara <span data-segmentid="11" class="cx-segment">p<span data-segmentid="13" class="cx-segment">enduduk</span></span> di wilayah Sumatra Barat sekarang dengan penguasa pendatang dari negeri seberang.</span> Penguasa <span data-segmentid="8" class="cx-segment">pendatang entah bagaimana dikaitkan dengan [[Kerajaan Majapahit]] di [[Pulau Jawa]]. Mereka datang membawa pasukan dan hendak menjajah.<ref>{{Cite news|title=Invasi Majapahit ke Pagaruyung dan Pertarungan Dua Kerbau|work=Sindo News|date=11 March 2017|url=https://daerah.sindonews.com/read/1187263/29/invasi-majapahit-ke-pagaruyung-dan-pertarungan-dua-kerbau-1489158517|language=Indonesian}}</ref></span> Untuk menghidari perang, p<span data-segmentid="11" class="cx-segment"><span data-segmentid="13" class="cx-segment">enduduk</span> setempat mengusulkan agar pertempuran dilakukan secara simbolis dengan kerbau pilihan masing-masing. Pihak yang kerbaunya kalah harus menyerah kepada pemenang.</span><ref name="Sengketa Tiada Putus">Hadler, Jeffrey (2010). [http://sseas.berkeley.edu/sites/default/files/faculty/files/hadlersengketa.pdf "Sengketa Tiada Putus"]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} ''Freedom Institute''. hlm. 16–21. ISBN 978-979-19466-5-0.</ref><span data-segmentid="11" class="cx-segment"><ref name="Cerita Rakyat Nusantara2">{{Cite web|url=http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/307-Asal-Mula-Nama-Nagari-Minangkabau#|title=Asal Mula Nama Nagari Minangkabau|last=Samsuni|date=|website=|publisher=Cerita Rakyat Nusantara|access-date=23 Mei 2019}}</ref></span>


<span data-segmentid="12" class="cx-segment">Mengikuti usulan penduduk setempat, penguasa pendatang setuju dan menurunkan kerbau terbesar, paling berani, dan paling agresif.</span> Adapun p<span data-segmentid="13" class="cx-segment">enduduk setempat menurunkan kerbau bayi yang haus dengan tanduknya yang diasah setajam pisau.</span> <span data-segmentid="14" class="cx-segment">Melihat kerbau dewasa melintasi ladang, kerbau bayi berlari ke atah kerbau dewasa dan segera menyeruduk ke perut kerbau, berharap mendapat susu.</span> <span data-segmentid="15" class="cx-segment">Kerbau besar tidak melihat itu sebagai ancaman dan masih mencari-cari lawan yang sepadan.</span> <span data-segmentid="16" class="cx-segment">Namun, selagi kerbau bayi mencari ambing kerbau dewasa, tanduknya yang tajam menusuk perut dan membunuh kerbau dewasa. Penduduk setempat memenangkan adu kerbau, dan mengabadikannya dengan menamakan suku bangsa mereka "Minangkabau".</span><span data-segmentid="16" class="cx-segment"><ref name="Cerita Rakyat Nusantara2" /><ref name="Sengketa Tiada Putus" /></span>
<span data-segmentid="12" class="cx-segment">Mengikuti usulan penduduk setempat, penguasa pendatang setuju dan menurunkan kerbau terbesar, paling berani, dan paling agresif.</span> Adapun p<span data-segmentid="13" class="cx-segment">enduduk setempat menurunkan kerbau bayi yang haus dengan tanduknya yang diasah setajam pisau.</span> <span data-segmentid="14" class="cx-segment">Melihat kerbau dewasa melintasi ladang, kerbau bayi berlari ke atah kerbau dewasa dan segera menyeruduk ke perut kerbau, berharap mendapat susu.</span> <span data-segmentid="15" class="cx-segment">Kerbau besar tidak melihat itu sebagai ancaman dan masih mencari-cari lawan yang sepadan.</span> <span data-segmentid="16" class="cx-segment">Namun, selagi kerbau bayi mencari ambing kerbau dewasa, tanduknya yang tajam menusuk perut dan membunuh kerbau dewasa. Penduduk setempat memenangkan adu kerbau, dan mengabadikannya dengan menamakan suku bangsa mereka "Minangkabau".</span><span data-segmentid="16" class="cx-segment"><ref name="Cerita Rakyat Nusantara2" /><ref name="Sengketa Tiada Putus" /></span>

Revisi per 26 Februari 2021 05.22

Kerbau di depan Istana Basa Paguruyung

Legenda Minangkabau menceritakan kisah asal usul nama "Minangkabau". Menurut legenda ini, nama Minangkabau berasal dari gabungan dua kata, minang ("menang") dan kabau ("kerbau").

Kisah

Tradisi adu kerbau di Sumatera Barat, 1932-1934.

Legenda ini menceritakan tentang perselisihan wilayah antara penduduk di wilayah Sumatra Barat sekarang dengan penguasa pendatang dari negeri seberang. Penguasa pendatang entah bagaimana dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa. Mereka datang membawa pasukan dan hendak menjajah.[1] Untuk menghidari perang, penduduk setempat mengusulkan agar pertempuran dilakukan secara simbolis dengan kerbau pilihan masing-masing. Pihak yang kerbaunya kalah harus menyerah kepada pemenang.[2][3]

Mengikuti usulan penduduk setempat, penguasa pendatang setuju dan menurunkan kerbau terbesar, paling berani, dan paling agresif. Adapun penduduk setempat menurunkan kerbau bayi yang haus dengan tanduknya yang diasah setajam pisau. Melihat kerbau dewasa melintasi ladang, kerbau bayi berlari ke atah kerbau dewasa dan segera menyeruduk ke perut kerbau, berharap mendapat susu. Kerbau besar tidak melihat itu sebagai ancaman dan masih mencari-cari lawan yang sepadan. Namun, selagi kerbau bayi mencari ambing kerbau dewasa, tanduknya yang tajam menusuk perut dan membunuh kerbau dewasa. Penduduk setempat memenangkan adu kerbau, dan mengabadikannya dengan menamakan suku bangsa mereka "Minangkabau".[3][2]

Legenda Minangkabau diceritakan untuk menggambarkan kecerdasan orang Minangkabau. Moral dari kisah ini yakni penggunaan kecerdikan dan strategi untuk menghindari perang dan kekerasan.

Simbolisme kerbau

Kabau atau kerbau adalah hewan peliharaan yang penting dalam budaya Minangkabau. Kerbau dapat digunakan untuk membajak sawah serta menghasilkan susu (diolah sebagai dadiah) dan daging.

Kerbau, terutama tanduknya menjadi simbol budaya penting di Minangkabau. Lengkungan bubungan atap pada rumah-rumah tradisional di Sumatra Barat, yang disebut rumah gadang (secara harfiah "rumah besar") menjulang ke atas dan meruncing di ujungnya, mengingatkan bentuk tanduk kerbau. Selain itu, tutup kepala perempuan Minangkabau yang disebut tikuluak dilipat dan dibentuk sedemian rupa membentuk tanduk kerbau.

Pentingnya kerbau sebagai simbol budaya dapat pula dijumpai dalam budaya Indonesia lainnya, seperti Toraja.

Catatan sejarah

Adapun menurut catatan sejarah, nama Minangkabau pertama kali disebut sebagai Minanga Tamwan. Nama ini tercatat pada prasasti Kedukan Bukit yang berasal dari abad ke-7. Prasasti itu menceritakan perjalanan suci Sri Jayanasa dari Minanga Tamwan disertai dengan 20.000 tentara menuju Matajap dan menaklukkan beberapa daerah di selatan Sumatra. [4]

Referensi

  1. ^ "Invasi Majapahit ke Pagaruyung dan Pertarungan Dua Kerbau". Sindo News (dalam bahasa Indonesian). 11 March 2017. 
  2. ^ a b Hadler, Jeffrey (2010). "Sengketa Tiada Putus"[pranala nonaktif permanen] Freedom Institute. hlm. 16–21. ISBN 978-979-19466-5-0.
  3. ^ a b Samsuni. "Asal Mula Nama Nagari Minangkabau". Cerita Rakyat Nusantara. Diakses tanggal 23 Mei 2019. 
  4. ^ R. Ng. Poerbatjaraka, Riwajat Indonesia. Djilid I, 1952, Jakarta: Yayasan Pembangunan