Lompat ke isi

Spodosol: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kaka dewi (bicara | kontrib)
Sunting referensi dan jumlah bita
Kaka dewi (bicara | kontrib)
Kategori
Baris 23: Baris 23:
== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
<references />
[[Kategori:Tanah]]
[[Kategori:Lahan pertanian]]

Revisi per 22 April 2021 08.43

Spodosol adalah tanah dengan produkivitas rendah dengan tekstur kasar dan miskin unsur hara yang terbentuk dari bahan pasir atau lempung kasar dan masam. Tanah ini dicirikan oleh adanya horison B spodik atau horison akumulasi dari bahan-bahan amorf organik dan aluminium, dengan atau tanpa besi. Tanah ini dapat dijumpai di daerah beriklim dingin atau tropika basah dengan curah hujan tinggi terutama di sekitar lembah Amazon, Afrika tengah bagian selatan, dan Asia Tenggara[1] Berdasarkan karakteristiknya, tanah ini berkemampuan rendah dalam meretensi hara dan air dikarenakan teksturnya yang kasar. Lapisan padas (fragipan atau duripan) dalam kedalaman tertentu dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Sebagian besar Spodosol kurang sesuai untuk lahan pertanian karena keasamannya. Namun, Spodosol adalah salah satu dari 30 kelompok tanah dalam sistem klasifikasi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).[2]

Penyebaran

Spodosol terbentuk di daerah beriklim dingin dan tropika basah dengan curah hujan tinggi. Tanah ini terbentuk pada tanah berdrainase baik maupun terhambat dengan fluktuasi muka air tanah dangkal. Secara fisiografis, tanah ini dijumpai di dataran pantai baik berupa dataran pasir pantai maupun sand dune, di daratan aluvial atau koluvial, tektonik atau dataran tinggi berpasir. Spodosol di dataran pantai dan dataran tinggi dicirikan oleh relief datar hingga agak berombak, sedangkan yang terbentuk di sand dune mempunyai relief bergelombang atau berbukit kecil. Spodosol hanya terbentuk di daerah beriklim basah dengan curah hujan melebihi evapotranspirasinya. Spodosols juga dapat diasosiasikan sebagai tanah basah yang mempunyai permukaan air tanah tinggi atau dikenal dengan nama ”Ground Water Podzol” atau ”Podsols Air Tanah”. Penyebaran dominan Spodosol dijumpai di dataran aluvial dan koluvial yang merupakan daerah peralihan antara dataran struktural/tektonik dari batupasir kuarsa dengan dataran berawa/gambut

Karakteristik Morfologi

Spodosol adalah tanah yang terbentuk dari bahan pasir atau lempung kasar dan masam. Spodosol tipikal dicirikan dari adanya empat horison utama, yaitu: horison organik (Horison A) dengan permukaan yang berwarna gelap yang dihasilkan dari deposisi litter yang didukung oleh aktivitas mikroorganisme dalam pelapukannya, horison eluvial (horison E albik) dengan warna pucat yang telah mengalami pencucian intensif sehingga miskin akan basa-basa dapat tukar, bahan organik, besi, dan aluminium, horison iluvial (horison B spodik) yang berwarna gelap kemerahan, kecoklatan, atau kehitaman karena kaya akan bahan amorf adalah horison lapisan bawah yang terletak di bawah horison O, A, Ap, atau E, mengandung 85% atau lebih bahan spodik dengan ketebalan 2,5 cm atau lebih, dan horison C yang berpasir di bawahnya.

Sifat Fisika dan Kimia Tanah

Sifat fisik Spodosol yang umum adalah tekstur tanah yang kasar (pasir hingga pasir berlempung), struktur tanah butir tunggal/pasir kuarsa dengan konsistensi lepas, kecuali pada horison B spodik yang tersementasi oleh bahan organik, besi, dan aluminium dengan konsistensi teguh hingga sangat teguh, serta kemampuan meretensi hara dan air rendah.

Sifat kimia penting dari Spodosol adalah reaksi tanah masam hingga sangat masam. Kandungan C-organik umumnya tinggi sampai sangat tinggi pada horison B spodik dan sebagian horison A, sedangkan pada horison E albik tergolong rendah sampai sangat rendah. Kandungan unsur hara P potensial dan K potensial yang relatf sangat rendah. Kandungan basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, K, Na) tergolong sangat rendah. Spodosol memiliki aktivitas biologis yang rendah. Vegetasi terdiri dari tumbuhan yang menyimpan serasah asam pembentuk mor.[3]

Susunan Mineral

Susunan mineral pada Spodosol didominasi oleh kuarsa dan feldpars. Namun pada tiap horisonnya masih dijumpai adanya mineral phylosilikat seperti kaolint, illit, dan vermikulit dengan jumlah yang bervariasi tergantung bahan induk tanah dan atau tingkat perkembangan pelapukannya.

Klasifikasi Tanah

Di Indonesia, Spodosol dibedakan dalam tiga subordo yaitu Aquods yang memiliki rejim kelembapan tanah akuik, Humods yang berdrainase baik dengan kandungan C-organik pada horison spodiknya lebih dari atau sama dengan 6%, dan Orthods yang berdrainase baik dengan kandungan C-organik pada horison spodik kurang dari 6%. Spodosols yang mempunyai rejim suhu tanah cryik atau sangat dingin atau mengalami masa beku (Cryods dan Gelods), tidak dijumpai di Indonesia.[4]

Kendala dan Potensi Penggunaan

Penggunaan Spodosol untuk lahan pertanian maupun hutan sangat tergantung pada sifat fisik dan kimia tanahnya. Salah satu sifat fisik yang sangat menonjol pada Spodosol adalah teksturnya yang kasar dengan struktur butir tunggal, dan sangat sedikit fraksi debu dan liat. Kondisi ini akan berakibat pada rendahnya kemampuan tanah meretensi air (rawan kekeringan) dan rendahnya kemampuan tanah meretensi hara (hara mudah tercuci). Kunci utama dalam meningkatkan kualitas tanah Spodosol adalah dengan memperbaiki daya meretensi air dan hara. Sifat fisik lainnya adalah memiliki kedalaman efektif yang dangkal disebabkan oleh adanya lapisan yang mengeras (pan). Pan tersebut dapat berupa fragipan, duripan, atau horison plakik dengan kedalaman bervariasi. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Penambahan hara dengan cara pemupukan termasuk salah satu langkah dalam memperbaiki kualitas Spodosol. Pemilihan jenis pupuk perlu disesuaikan dengan karakter Spodosol yang bertekstur kasar dengan daya meretensi hara rendah.

Referensi

  1. ^ "Podzols | ISRIC". www.isric.org. Diakses tanggal 2021-04-22. 
  2. ^ "Podzol | FAO soil group". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-22. 
  3. ^ "Podzol Soils [Z]". New Zealand Soils Portal (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-22. 
  4. ^ Suharta dan Yatno, Nata dan Edi (Juli 2009). "Characteristics of Spodosols, Limitation and Usage Potential". Neliti. 3 (1). doi:http://dx.doi.org/10.21082/jsdl.v3n1.2009.%25p Periksa nilai |doi= (bantuan).