Lompat ke isi

Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tambahan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
tambahan referensi
Tag: kemungkinan spam menambah pranala facebook pengguna baru menambah pranala luar VisualEditor
Baris 1: Baris 1:
'''Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo''' adalah salah satu pesantren kharismatik dan tertua di [[Kabupaten Jember|Jember]], [[Jawa Timur]]. Pesantren ini bertempat di [[Jl. K.H. Abdullah Yaqien|Jl. K.H. Abdullah Yaqien no 1-5]] Desa [[Mlokorejo, Puger, Jember|Mlokorejo]], [[Puger, Jember|Kecamatan Puger]], [[Kabupaten Jember]], [[Jawa Timur|Provinsi Jawa Timur]].
'''Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo''' adalah salah satu pesantren kharismatik dan tertua di [[Kabupaten Jember|Jember]], [[Jawa Timur]]. Pesantren ini bertempat di [[Jl. K.H. Abdullah Yaqien|Jl. K.H. Abdullah Yaqien no 1-5]] Desa [[Mlokorejo, Puger, Jember|Mlokorejo]], [[Puger, Jember|Kecamatan Puger]], [[Kabupaten Jember]], [[Jawa Timur|Provinsi Jawa Timur]].


Pada awalnya, pesantren ini berupa langgar ngaji yang didirikan oleh KH. Harun (pada abad ke-18), lalu diteruskan oleh sang menantu, KH. Irsyad Hasyim yang merupakan santri Syaikhona Kholil Bangkalan. Secara legal, lembaga ini kemudian diresmikan oleh pengasuh ke-III, [[KH. Abdullah Yaqin|KH. Abdullah Yaqien]] (menantu KH. Irsyad Hasyim) pada tahun [[1943]] dengan nama "Bustanul Ulum" atas perintah sang guru, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa bin R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat.
Pada awalnya, pesantren ini berupa langgar ngaji yang didirikan oleh KH. Harun pada pertengahan abad ke-18, lalu diteruskan oleh sang menantu, KH. Irsyad Hasyim yang merupakan santri Syaikhona Kholil Bangkalan. Secara legal, lembaga ini kemudian diresmikan oleh pengasuh ke-III, [[KH. Abdullah Yaqin|KH. Abdullah Yaqien]] (menantu KH. Irsyad Hasyim) pada tahun [[1943]] dengan nama "Bustanul Ulum" atas perintah sang guru, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa bin R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat.


Nama pondok pesantren adalah Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo, yang mempunyai yayasan yang bernama [[Yayasan]] [[Wakaf]] [[Sosial]] [[Pendidikan]] [[Islam]] (YWSPI). Pondok pesantren ini mengalami perkembangan yang pesat saat kepemimpinan diasuh oleh KH. Abdullah Yaqin pada tahun 1943.
Nama pondok pesantren adalah Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo, namun karena pesantren ini terbilang tua, maka ia sering disebut "Pondhuk Mloko". Pesantren ini juga memiliki yayasan yang bernama [[Yayasan]] [[Wakaf]] [[Sosial]] [[Pendidikan]] [[Islam]] (YWSPI). Menurut catatan sejarah, pondok pesantren ini mengalami perkembangan yang pesat saat kepemimpinan diasuh oleh KH. Abdullah Yaqin pada tahun 1940.


Kategori Pondok Pesantren Bustanul Ulum adalah [[salaf]]-[[modern]] dan status Pondok Pesantren adalah Pusat. Status yang ditempati Pondok Pesantren adalah tanah Wakaf yang memiliki luas sekitar 18.719 m2.[https://laduni.id]
Kategori Pondok Pesantren Bustanul Ulum adalah [[salaf]]-[[modern]] dan status pondok pesantren adalah pusat. Status yang ditempati Pondok Pesantren adalah tanah Wakaf yang memiliki luas sekitar 18.719 m2.[https://laduni.id]


Dari Pesantren Mlokorejo ini, terdapat juga beberapa pesantren yang diasuh oleh para putera dan menantu alm. KH. Abdullah Yaqin, seperti di antaranya:
Dari Pesantren Mlokorejo ini, terdapat juga beberapa pesantren yang diasuh oleh para putera dan menantu alm. KH. Abdullah Yaqin, seperti di antaranya:
* [[PP. Darussalam Torjun]], [[Kabupaten Sampang|Kab. Sampang]], pimpinan Alm. KH. A. Dhofir Shah.
* [https://www.facebook.com/pages/category/Cottage/PP-Darussalam-Torjun-Sampang-315394641994863/ PP. Darussalam Torjun], [[Kabupaten Sampang|Kab. Sampang]], pimpinan Alm. KH. A. Dhofir Shah.


* [[PP. Bustanul Ulum Krai]], [[Kabupaten Lumajang|Kab. Lumajang]], pimpinan Alm. KH. Affan Malik.
* [https://www.laduni.id/post/read/67150/pesantren-bustanul-ulum-lumajang PP. Bustanul Ulum Krai], [[Kabupaten Lumajang|Kab. Lumajang]], pimpinan Alm. KH. Affan Malik.
*[[PP. Ulul Albab]], [[Kabupaten Lumajang|Kab. Lumajang]] Candipuro, pimpinan KH. Abdul Aziz Marwi Hasba.
*[https://www.facebook.com/pesantrenululalbab1/ PP. Ulul Albab], [[Kabupaten Lumajang|Kab. Lumajang]] Candipuro, pimpinan KH. Abdul Aziz Marwi Hasba.


* [[PP. Bustanul Ulum Kasiyan]], [[Kabupaten Jember|Kab. Jember]], pimpinan KH. Abdul Hamid bin Abdullah Yaqin.
* [[PP. Bustanul Ulum Kasiyan]], [[Kabupaten Jember|Kab. Jember]], pimpinan KH. Abdul Hamid bin Abdullah Yaqin.


* [[PP. Bustanul Ulum Daltim]], Mlokorejo, pimpinan KH. Abdul Halim bin Abdullah Yaqin,
* [https://www.facebook.com/PPBUDaltim/ PP. Bustanul Ulum Daltim], Mlokorejo, pimpinan KH. Abdul Halim bin Abdullah Yaqin,
*[[PP. Isa'dul Ummah]], [[Kota Pasuruan|Kab. Pasuruan]], pimpinan alm. KH. Amir Kholili Hasbullah, dan
*[http://isadul-ummah.blogspot.com/ PP. Isa'dul Ummah], [[Kota Pasuruan|Kab. Pasuruan]], pimpinan alm. KH. Amir Kholili Hasbullah, dan


* [[PP. Bustanul Ulum AWS]], Mlokorejo, pimpinan KH. Abdullah Hanani bin Syamsul Arifin.
* [https://www.facebook.com/BustanulUlumAWS/ PP. Bustanul Ulum AWS], Mlokorejo, pimpinan KH. Abdullah Hanani bin Syamsul Arifin.


===Riwayat Pengasuh [https://ponpes-mloko.com]===
===Riwayat Pengasuh [https://ponpes-mloko.com]===
1). KH. Harun (Alm)


* KH. Harun (Alm)
Adalah seorang penyiar agama Islam dari Madura. Belum diketahui secara pasti tanggal beliau lahir dan wafat. Namun yang jelas, beliau hidup di pertengahan abad ke-18. KH. Harun mempunyai tiga orang putra dan satu putri, putri KH. Harun bernama Habibah yang dikenal dengan Ny. Hj. Maimunah di kemudian hari dinikahkan dengan pemuda yang bernama Hasyim atau KH. Irsyad Hasyim.


Adalah seorang penyiar agama Islam dari Madura. Belum diketahui secara pasti tanggal beliau lahir dan wafat. Namun yang jelas, beliau hidup di pertengahan [[Abad ke 18|abad ke-18]]. KH. Harun mempunyai tiga orang putra dan satu putri, putri KH. Harun bernama Habibah yang dikenal dengan Ny. Hj. Maimunah di kemudian hari dinikahkan dengan pemuda yang bernama Hasyim atau KH. Irsyad Hasyim.
2). KH. Irsyad Hasyim (Alm)


* KH. Irsyad Hasyim (Alm)
Adalah salah satu santri Syaikhona KH. Muhammad Kholil bin Abdul Lathif, Bangkalan. Beliau juga sahabat dekat R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa bin R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat, pendiri pesantren Al-Wafa Tempurejo. Keduanya sama-sama pernah mengaji kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Belum diketahui secara pasti kapan beliau lahir dan tahun berapa beliau wafat. Namun, setelah diambil menantu oleh KH. Harun, KH. Irsyad Hasyim diberi amanah untuk mengasuh Pesantren Mlokorejo.

Adalah salah satu santri [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona KH. Muhammad Kholil bin Abdul Lathif]], [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]]. Beliau juga sahabat dekat R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa bin R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat, pendiri [[pesantren Al-Wafa Tempurejo]]. Secara sanad keilmuan, keduanya sama-sama pernah mengaji kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Belum diketahui secara pasti kapan beliau lahir dan tahun berapa beliau wafat. Namun, setelah diambil menantu oleh KH. Harun, KH. Irsyad Hasyim diberi amanah untuk mengasuh Pesantren Mlokorejo.


Pasangan KH. Irsyad Hasyim dan Ny. Hj. Maimunah dikaruniai tujuh anak, yaitu: 1) Nyai. Hj. Hamidah Hasyim, 2) Moch. Kholil beliau wafat muda, 3) KH. Hasan Basri Hasyim, 4) KH. Khotib Hasyim, 5) Ny. Hj. Khoiriyah Hasyim, 6) KH. Abdul Karim Hasyim dan 7) Ny Hj. Juwariah Hasyim.
Pasangan KH. Irsyad Hasyim dan Ny. Hj. Maimunah dikaruniai tujuh anak, yaitu: 1) Nyai. Hj. Hamidah Hasyim, 2) Moch. Kholil beliau wafat muda, 3) KH. Hasan Basri Hasyim, 4) KH. Khotib Hasyim, 5) Ny. Hj. Khoiriyah Hasyim, 6) KH. Abdul Karim Hasyim dan 7) Ny Hj. Juwariah Hasyim.


Karena berkawan dekat dengan Kiai Sepuh Tempurejo, KH. Irsyad Hasyim pada akhirnya diberi hadiah dua menantu. Pertama, KH. Abdullah Yaqin, merupakan santri senior nan sangat alim yang diutus oleh R. KH. Abdul Hamid Itsbat Banyuanyar untuk mengaji dan membantu mengajar di Pesantren Tempuran (nama akrab PP. Al-Wafa). KH. Abdullah Yaqin dinikahkan dengan putri pertama KH. Irsyad Hasyim, Ny. Hj. Hamidah Hasyim. Kedua, Kiai Sepuh Tempurejo menghadiahkan putranya yang bernama R. KH. Ahmad Said bin R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa, untuk dinikahkan dengan Ny. Hj. Khoiriyah Hasyim.
Karena kedekatannya dengan Kiai Sepuh Tempurejo, KH. Irsyad Hasyim pada akhirnya diberi hadiah dua menantu. Pertama, KH. Abdullah Yaqin, merupakan santri senior nan sangat alim yang diutus oleh [https://iqra.id/kh-abdul-hamid-ulama-madura-yang-disegani-penduduk-mekah-216998/ R. KH. Abdul Hamid Itsbat] [[Palenggaan, Pamekasan|Banyuanyar]] untuk mengaji dan membantu mengajar di Pesantren Tempuran (nama akrab PP. Al-Wafa). KH. Abdullah Yaqin dinikahkan dengan putri pertama KH. Irsyad Hasyim, Ny. Hj. Hamidah Hasyim. Kedua, Kiai Sepuh Tempurejo menghadiahkan putranya yang bernama R. KH. Ahmad Said bin R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa, untuk dinikahkan dengan Ny. Hj. Khoiriyah Hasyim.


* KH. Abdullah Yaqin (1911-1996)


Beliau pernah ber-khdimah dan mengaji di Pesantren Sumberanyar, [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]], lalu mengaji dan berkhidmah kepada R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat di [https://banyuanyar.net/banyuanyartv-profil-pondok-pesantren-banyuanyar.html Pondok Pesantren Banyuanyar]. Selang beberapa tahun kemudian, Kiai Sepuh Banyuanyar (panggilan akrab R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat) memberikan sepucuk surat kepada KH. Abdullah Yaqin untuk disampaikan kepada putranya, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa yang hijrah ke Tempurejo mendirikan pesantren. Sebagai seorang santri, KH. Abdullah Yaqin tidak berani membaca surat tersebut, beliau hanya langsung mengantarkannya pada tujuan.


Setelah surat itu dibaca oleh Kiai Sepuh Tempuran, KH. Abdullah Yaqin langsung diamanahkan mengajar di pesantren tersebut, di samping berkhidmah kepada sang Kiai hingga pamit boyong dan dihadiahkan kepada sahabatnya, KH. Irsyad Hasyim. Setelah diambil menantu oleh KH. Irsyad Hasyim, KH. Abdullah Yaqin diberi amanah untuk mengasuh Pesantren Mlokorejo pada tahun 1940 atas perintah mertua dan guru, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa. Sementara itu, KH. Irsyad Hasyim hijrah ke desa [[Kasiyan, Puger, Jember|Kasiyan]], Puger untuk mendirikan pesantren lagi dan dikenal dengan nama "[http://wikimapia.org/9020685/Pondok-Pesantren-Irsyadun-Nasyi-in-YPII Irsyadun-Nasyi'in]".
3). KH. Abdullah Yaqin (Alm)


Dari pasangan KH. Abdullah Yaqin dan Ny. Hj. Hamidah Irsyad Hasyim, Allah SWT menganugerahkan tujuh anak: 1) Ny. Hj. Azizah Abdullah (PP. Darussalam Torjun), 2) Ny. Hj. Azimah Abdullah (PP. Bustanul Ulum Krai), 3) Ny. Hj. Aisyah Abdullah (PP. Ulul Albab Candipuro), 4) KH. Syamsul Arifin Abdullah (pengasuh Mlokorejo saat ini), 5) KH. Abdul Hamid Abdullah (PP. Bustanul Ulum Kasiyan), 6) KH. Abdul Halim Abdullah (PP. Bustanul Ulum Daltim Mlokorejo), dan 7) Ny. Hj. Afifah Abdullah (PP. Is'adul Ummah, Susukanrejo, Pasuruan).


* KH. Syamsul Arifin Abdullah


Rihlah ilmiah KH. Syamsul Arifin dimulai dari pendidikan sang ayah, lalu beliau mengikuti jejak langkah ayahnya untuk mengaji di Pondok Pesantren Banyuanyar selama kurang lebih 10 tahun. Setelah dianggap cukup, beliau kemudian singgah di Pondok Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan untuk kembali menimba ilmu. Tidak hanya sampai di situ, KH. Syamsul Arifin masih meneruskan ngaji-nya di tanah Haramain, Mekah dan Madinah. Beliau menghadiri majelis para ulama dan menyambungkan sanad keilmuan, di antaranya kepada: 1) [[Muhammad bin Alawi al-Maliki|Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki]], 2) [https://mubakid.or.id/archives/1149 Syekh Ismail Utsman Zein Yamani], 3) [https://jurnaltauhid.wordpress.com/2013/09/17/abdullah-dardum-al-fadani-sibuwaih-di-zamannya-2/ Syekh Abdullah Ahmad Dardum], 4) [[Yasin Al-Fadani|Syekh Yasin Isa al-Fadani]] dan beberapa masyayikh [[Madrasah Al-Shaulatiyah|Madarsah Shaulatiyah]]. Baru setelah berlama di tanah [[Hijaz]], beliau kembali ke Indonesia.
Beliau pernah berkhdimah dan mengaji di Pesantren Sumberanyar, Pamekasan, juga mengaji dan berkhidmah kepada R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat Banyuanyar. Lalu, selang beberapa tahun kemudian, Kiai Sepuh Banyuanyar, demikian panggilan akrab R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat, memberikan surat kepada KH. Abdullah Yaqin untuk disampaikan kepada putranya, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa yang hijrah ke Tempurejo, Jember. Sebagai santri, KH. Abdullah Yaqin tidak berani membaca surat tersebut, beliau langsung mengantarkannya pada tujuan.


Sejak tahun 1988, KH. Abdullah Yaqin sudah mengkader putranya, KH. Syamsul Arifin untuk memimpin pesantren. Dan pasca kewafatan KH. Abdullah Yaqin, KH. Syamsul Arifin kemudian didaulat menjadi pengasuh pesantren, 1996.
Setelah surat itu dibaca oleh Kiai Sepuh Tempuran, KH. Abdullah Yaqin langsung diamanahkan mengajar di pesantren tersebut, di samping berkhidmah kepada sang Kiai.


Beliau dinikahkan oleh KH. Abdullah Yaqin dengan Ny. Hj. Karimah Aschal, putri [https://www.laduni.id/post/read/903/biografi-kh-abdullah-schal-bangkalan KHS. Abdullah Schal Bangkalan]. Dari pernikahan ini, KH. Syamsul Arifin dianugerahi enam anak: 1) KH. Abdullah Hanani, 2) Ny. Hj. Sulthonah, 3) KH. Abdul Mughits, 4) Lora Muhammad, 5) Ning Romlah Hamidah, 6) Ning Athiyah Muthmainnah.


===Pendidikan===
Pada awalnya, sistem pendidikan Pondok Pesantren Mlokorejo menggunakan metode lama, yaitu sorogan, bandongan dan halakah. Metode sorogan artinya murid membacakan satu kitab di hadapan guru, metode bandongan adalah seorang guru membacakan kitab di hadapan murid, sedangkan halakah adalah istilah untuk sebuah diskusi keilmuan yang dilakukan oleh beberapa orang dengan bentuk melingkar.


Seiring dengan bertambahnya para santri dan semakin banyaknya santri yang berminat untuk menetap, pada tahun 1940 atas saran Kiai Sepuh Tempurejo, KH. Abdullah Yaqien memberi nama pesantren dengan nama Pondok Pesantren Bustanul Ulum. Pada tahun 1950, Pondok Pesantren Bustanul Ulum membuka sekolah formal. Sekolah formal tersebut dibuka dari lembaga yang paling rendah, yaitu ''Roudatul Athfal'' sampai lembaga tinggi pada saat itu, yaitu Pendidikan Guru Agama (PGA).


Setelah berbagai lembaga formal didirikan, pada tahun 1956 KH. Abdullah Yaqin menderikan Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI). Pendirian yayasan ini dimaksudkan untuk memayungi berbagai lembaga formal dan non-formal yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo.


Sejak didirikannya Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI), perjalanan Pondok Pesantren Bustanul Ulum semakin berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan dukungan beberapa cabang madrasah atau sekolah dan pesantren di luar Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo. Sebagai ketua yayasan, KH. Abdullah Yaqin berkeinginan agar yayasan tidak hanya mengurus bidang pendidikan, tetapi juga turut berkiprah dalam menyejahterakan masyarakat, khususnya masyarakat disekitar pesantren.


Pada tahun 1979 Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI) dirubah atau disempurnakan menjadi Yayasan Wakaf Sosial Pendidikan Islam (YWSPI) dengan akta pendirian nomor 35 tanggal 14 Maret 1979. Setelah tapuk kepemimpinan dipegang oleh KH. Syamsul Arifin Abdullah, pada tahun 1989 lembaga pendidikan formal di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum dinon-aktifkan. Saat itu, penonaktifan ini sangat tepat mengingat lembaga pendidikan formal berjalan kurang maksimal. Demikian ini disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia yang memadai. Berdasarkan hal itu, KH. Syamsul Arifin Abdullah memutuskan untuk mengembalikan pesantren ini pada manhaj salaf dengan harapan para santri menjadi generasi yang ''tafaqquh fi addin,'' yaitu generasi yang tekun memperdalam ilmu agama Islam.
Setelah diambil menantu oleh KH. Irsyad Hasyim, KH. Abdullah Yaqin diberi amanah untuk mengasuh Pesantren Mlokorejo pada tahun 1940. Demikian ini atas peruintah R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa.



4). [[KH. Syamsul Arifin Abdullah]]

===Pendidikan===
Pada awalnya, sistem pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo menggunakan metode lama yaitu sorogan, yang berupa halakah di musala yang sesuai dengan tren pendidikan saat itu.

Pada awal kepemimpinan KH. Syamsul Arifin, tahun 1989, lembaga pendidikan formal yang ada di lingkungan PP. Bustanul Ulum Mlokorejo dinon-aktifkan. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan lembaga formal pada saat itu kurang maksimal, karena kurangnya ketersediaan sumber daya manusia yang memadai.

Sejak saat itulah, KH. Syamsul Arifin Abdullah memutuskan untuk mengembalikan sistem pendidikan PP. Bustanul Ulum Mlokorejo kepada sistem salaf, dengan harapan para santri agar menjadi generasi yang benar-benar fokus ber-''Tafaqquh Fiddin''.


Seiring dengan perkembangan zaman dan pembelajaran non-formal saja tidak cukup, KH. Syamsul Arifin Abdullah banyak menerima masukan dari kalangan masyarakat, sesepuh dan para wali santri yang  mengharapkan agar di lingkunagan PP. Bustanul Ulum Mlokorejo didirikan kembali lembaga pendidikan formalnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, pembelajaran non-formal saja dirasa belum cukup. Oleh karena itu, para sesepuh, pengurus dan wali santri mengharapkan di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo didirikan kembali sekolah formal. Setelah melalui proses musyawarah yang panjang akhirnya pada tahun [[2000]] [[google:SMP-SMA Plus Bustanul Ulum, Jalan KH. Abdullah Yaqien, Krajan Timur, Mlokorejo, Jember Regency, East Java|SMP Plus Bustanul Ulum]] didirikan melihat keberminatan santri yang semakin tingggi terhadap ilmu formal.


Setelah melaui proses yang sangat panjang, akhirnya pada tahun [[2000]] SMP Plus Bustanul Ulum didirikan. Melihat minat santri dan masyarakat setempat yang semakin tinggi terhadap pendidikan ilmu formal, maka  tiga  tahun kemudian didirikanlah SMA Plus Bustanul Ulum, tepatnya pada tahun 2004. Dan tiga tahun kemudian, pada awal tahun [[2007]], PP. Bustanul Ulum Mlokorejo bekerja sama dengan [[Universitas Islam Jember|Univesitas Islam Jember]] (UIJ) membuka kelas filial di lingkungan PP. Bustanul Ulum Mlokorejo.
Setelah tiga tahun kemudian, [[2003]], didirikanlah SMA Sultan Agung Filial Mlokorejo yang kemudian bergani nama menjadi [[google:SMP-SMA Plus Bustanul Ulum, Jalan KH. Abdullah Yaqien, Krajan Timur, Mlokorejo, Jember Regency, East Java|SMA Plus Busatanul Ulum]] pada 2005. Dan pada awal tahun 2007, Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo bekerja sama dengan [[Universitas Islam Jember|Universitas Islam Jember (UIJ)]] untuk membuka [[Filial|kelas filial]] di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo,


Seperti dawuh dari KH. Syamsul Arifin Abdullah, bahwa PP. Bustanul Ulum Mlokorejo ini, akan terus dikembangkan dari segi pembangunan maupun yang lainnya sampai hari kiamat nanti. [http://digilib.uinsby.ac.id]
Seperti dawuh dari KH. Syamsul Arifin Abdullah, bahwa PP. Bustanul Ulum Mlokorejo ini, akan terus dikembangkan dari segi pembangunan maupun yang lainnya sampai hari kiamat nanti. [http://digilib.uinsby.ac.id]

Revisi per 21 Mei 2021 14.19

Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo adalah salah satu pesantren kharismatik dan tertua di Jember, Jawa Timur. Pesantren ini bertempat di Jl. K.H. Abdullah Yaqien no 1-5 Desa Mlokorejo, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.

Pada awalnya, pesantren ini berupa langgar ngaji yang didirikan oleh KH. Harun pada pertengahan abad ke-18, lalu diteruskan oleh sang menantu, KH. Irsyad Hasyim yang merupakan santri Syaikhona Kholil Bangkalan. Secara legal, lembaga ini kemudian diresmikan oleh pengasuh ke-III, KH. Abdullah Yaqien (menantu KH. Irsyad Hasyim) pada tahun 1943 dengan nama "Bustanul Ulum" atas perintah sang guru, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa bin R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat.

Nama pondok pesantren adalah Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo, namun karena pesantren ini terbilang tua, maka ia sering disebut "Pondhuk Mloko". Pesantren ini juga memiliki yayasan yang bernama Yayasan Wakaf Sosial Pendidikan Islam (YWSPI). Menurut catatan sejarah, pondok pesantren ini mengalami perkembangan yang pesat saat kepemimpinan diasuh oleh KH. Abdullah Yaqin pada tahun 1940.

Kategori Pondok Pesantren Bustanul Ulum adalah salaf-modern dan status pondok pesantren adalah pusat. Status yang ditempati Pondok Pesantren adalah tanah Wakaf yang memiliki luas sekitar 18.719 m2.[1]

Dari Pesantren Mlokorejo ini, terdapat juga beberapa pesantren yang diasuh oleh para putera dan menantu alm. KH. Abdullah Yaqin, seperti di antaranya:

Riwayat Pengasuh [2]

  • KH. Harun (Alm)

Adalah seorang penyiar agama Islam dari Madura. Belum diketahui secara pasti tanggal beliau lahir dan wafat. Namun yang jelas, beliau hidup di pertengahan abad ke-18. KH. Harun mempunyai tiga orang putra dan satu putri, putri KH. Harun bernama Habibah yang dikenal dengan Ny. Hj. Maimunah di kemudian hari dinikahkan dengan pemuda yang bernama Hasyim atau KH. Irsyad Hasyim.

  • KH. Irsyad Hasyim (Alm)

Adalah salah satu santri Syaikhona KH. Muhammad Kholil bin Abdul Lathif, Bangkalan. Beliau juga sahabat dekat R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa bin R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat, pendiri pesantren Al-Wafa Tempurejo. Secara sanad keilmuan, keduanya sama-sama pernah mengaji kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Belum diketahui secara pasti kapan beliau lahir dan tahun berapa beliau wafat. Namun, setelah diambil menantu oleh KH. Harun, KH. Irsyad Hasyim diberi amanah untuk mengasuh Pesantren Mlokorejo.

Pasangan KH. Irsyad Hasyim dan Ny. Hj. Maimunah dikaruniai tujuh anak, yaitu: 1) Nyai. Hj. Hamidah Hasyim, 2) Moch. Kholil beliau wafat muda, 3) KH. Hasan Basri Hasyim, 4) KH. Khotib Hasyim, 5) Ny. Hj. Khoiriyah Hasyim, 6) KH. Abdul Karim Hasyim dan 7) Ny Hj. Juwariah Hasyim.

Karena kedekatannya dengan Kiai Sepuh Tempurejo, KH. Irsyad Hasyim pada akhirnya diberi hadiah dua menantu. Pertama, KH. Abdullah Yaqin, merupakan santri senior nan sangat alim yang diutus oleh R. KH. Abdul Hamid Itsbat Banyuanyar untuk mengaji dan membantu mengajar di Pesantren Tempuran (nama akrab PP. Al-Wafa). KH. Abdullah Yaqin dinikahkan dengan putri pertama KH. Irsyad Hasyim, Ny. Hj. Hamidah Hasyim. Kedua, Kiai Sepuh Tempurejo menghadiahkan putranya yang bernama R. KH. Ahmad Said bin R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa, untuk dinikahkan dengan Ny. Hj. Khoiriyah Hasyim.

  • KH. Abdullah Yaqin (1911-1996)

Beliau pernah ber-khdimah dan mengaji di Pesantren Sumberanyar, Pamekasan, lalu mengaji dan berkhidmah kepada R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat di Pondok Pesantren Banyuanyar. Selang beberapa tahun kemudian, Kiai Sepuh Banyuanyar (panggilan akrab R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat) memberikan sepucuk surat kepada KH. Abdullah Yaqin untuk disampaikan kepada putranya, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa yang hijrah ke Tempurejo mendirikan pesantren. Sebagai seorang santri, KH. Abdullah Yaqin tidak berani membaca surat tersebut, beliau hanya langsung mengantarkannya pada tujuan.

Setelah surat itu dibaca oleh Kiai Sepuh Tempuran, KH. Abdullah Yaqin langsung diamanahkan mengajar di pesantren tersebut, di samping berkhidmah kepada sang Kiai hingga pamit boyong dan dihadiahkan kepada sahabatnya, KH. Irsyad Hasyim. Setelah diambil menantu oleh KH. Irsyad Hasyim, KH. Abdullah Yaqin diberi amanah untuk mengasuh Pesantren Mlokorejo pada tahun 1940 atas perintah mertua dan guru, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa. Sementara itu, KH. Irsyad Hasyim hijrah ke desa Kasiyan, Puger untuk mendirikan pesantren lagi dan dikenal dengan nama "Irsyadun-Nasyi'in".

Dari pasangan KH. Abdullah Yaqin dan Ny. Hj. Hamidah Irsyad Hasyim, Allah SWT menganugerahkan tujuh anak: 1) Ny. Hj. Azizah Abdullah (PP. Darussalam Torjun), 2) Ny. Hj. Azimah Abdullah (PP. Bustanul Ulum Krai), 3) Ny. Hj. Aisyah Abdullah (PP. Ulul Albab Candipuro), 4) KH. Syamsul Arifin Abdullah (pengasuh Mlokorejo saat ini), 5) KH. Abdul Hamid Abdullah (PP. Bustanul Ulum Kasiyan), 6) KH. Abdul Halim Abdullah (PP. Bustanul Ulum Daltim Mlokorejo), dan 7) Ny. Hj. Afifah Abdullah (PP. Is'adul Ummah, Susukanrejo, Pasuruan).

  • KH. Syamsul Arifin Abdullah

Rihlah ilmiah KH. Syamsul Arifin dimulai dari pendidikan sang ayah, lalu beliau mengikuti jejak langkah ayahnya untuk mengaji di Pondok Pesantren Banyuanyar selama kurang lebih 10 tahun. Setelah dianggap cukup, beliau kemudian singgah di Pondok Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan untuk kembali menimba ilmu. Tidak hanya sampai di situ, KH. Syamsul Arifin masih meneruskan ngaji-nya di tanah Haramain, Mekah dan Madinah. Beliau menghadiri majelis para ulama dan menyambungkan sanad keilmuan, di antaranya kepada: 1) Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, 2) Syekh Ismail Utsman Zein Yamani, 3) Syekh Abdullah Ahmad Dardum, 4) Syekh Yasin Isa al-Fadani dan beberapa masyayikh Madarsah Shaulatiyah. Baru setelah berlama di tanah Hijaz, beliau kembali ke Indonesia.

Sejak tahun 1988, KH. Abdullah Yaqin sudah mengkader putranya, KH. Syamsul Arifin untuk memimpin pesantren. Dan pasca kewafatan KH. Abdullah Yaqin, KH. Syamsul Arifin kemudian didaulat menjadi pengasuh pesantren, 1996.

Beliau dinikahkan oleh KH. Abdullah Yaqin dengan Ny. Hj. Karimah Aschal, putri KHS. Abdullah Schal Bangkalan. Dari pernikahan ini, KH. Syamsul Arifin dianugerahi enam anak: 1) KH. Abdullah Hanani, 2) Ny. Hj. Sulthonah, 3) KH. Abdul Mughits, 4) Lora Muhammad, 5) Ning Romlah Hamidah, 6) Ning Athiyah Muthmainnah.

Pendidikan

Pada awalnya, sistem pendidikan Pondok Pesantren Mlokorejo menggunakan metode lama, yaitu sorogan, bandongan dan halakah. Metode sorogan artinya murid membacakan satu kitab di hadapan guru, metode bandongan adalah seorang guru membacakan kitab di hadapan murid, sedangkan halakah adalah istilah untuk sebuah diskusi keilmuan yang dilakukan oleh beberapa orang dengan bentuk melingkar.

Seiring dengan bertambahnya para santri dan semakin banyaknya santri yang berminat untuk menetap, pada tahun 1940 atas saran Kiai Sepuh Tempurejo, KH. Abdullah Yaqien memberi nama pesantren dengan nama Pondok Pesantren Bustanul Ulum. Pada tahun 1950, Pondok Pesantren Bustanul Ulum membuka sekolah formal. Sekolah formal tersebut dibuka dari lembaga yang paling rendah, yaitu Roudatul Athfal sampai lembaga tinggi pada saat itu, yaitu Pendidikan Guru Agama (PGA).

Setelah berbagai lembaga formal didirikan, pada tahun 1956 KH. Abdullah Yaqin menderikan Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI). Pendirian yayasan ini dimaksudkan untuk memayungi berbagai lembaga formal dan non-formal yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo.

Sejak didirikannya Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI), perjalanan Pondok Pesantren Bustanul Ulum semakin berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan dukungan beberapa cabang madrasah atau sekolah dan pesantren di luar Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo. Sebagai ketua yayasan, KH. Abdullah Yaqin berkeinginan agar yayasan tidak hanya mengurus bidang pendidikan, tetapi juga turut berkiprah dalam menyejahterakan masyarakat, khususnya masyarakat disekitar pesantren.

Pada tahun 1979 Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI) dirubah atau disempurnakan menjadi Yayasan Wakaf Sosial Pendidikan Islam (YWSPI) dengan akta pendirian nomor 35 tanggal 14 Maret 1979. Setelah tapuk kepemimpinan dipegang oleh KH. Syamsul Arifin Abdullah, pada tahun 1989 lembaga pendidikan formal di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum dinon-aktifkan. Saat itu, penonaktifan ini sangat tepat mengingat lembaga pendidikan formal berjalan kurang maksimal. Demikian ini disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia yang memadai. Berdasarkan hal itu, KH. Syamsul Arifin Abdullah memutuskan untuk mengembalikan pesantren ini pada manhaj salaf dengan harapan para santri menjadi generasi yang tafaqquh fi addin, yaitu generasi yang tekun memperdalam ilmu agama Islam.

Seiring dengan perkembangan zaman, pembelajaran non-formal saja dirasa belum cukup. Oleh karena itu, para sesepuh, pengurus dan wali santri mengharapkan di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo didirikan kembali sekolah formal. Setelah melalui proses musyawarah yang panjang akhirnya pada tahun 2000 SMP Plus Bustanul Ulum didirikan melihat keberminatan santri yang semakin tingggi terhadap ilmu formal.

Setelah tiga tahun kemudian, 2003, didirikanlah SMA Sultan Agung Filial Mlokorejo yang kemudian bergani nama menjadi SMA Plus Busatanul Ulum pada 2005. Dan pada awal tahun 2007, Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo bekerja sama dengan Universitas Islam Jember (UIJ) untuk membuka kelas filial di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo,

Seperti dawuh dari KH. Syamsul Arifin Abdullah, bahwa PP. Bustanul Ulum Mlokorejo ini, akan terus dikembangkan dari segi pembangunan maupun yang lainnya sampai hari kiamat nanti. [3]

Pendidikan Formal

1. R.A Al-Musthafa

2. MI Bustanul Ulum

2. SMP Plus Bustanul Ulum

3. SMA Plus Bustanul Ulum

4- Kelas Filial

Pendidikan Non Formal

1. TPQ Bustanu Ulum (khusus anak dari luar pesantren)

2. Madrasatul Qur’an Al-Lailiyah

3. Madrasah Ibtidaiyah (Ula)

4. Madrasah Tsanawiyah (Wustho)

5. Madrasah Aliyah (Ulya)

6. Tahassus Pesantren

7. Halakah Kitab Kuning

Fasilitas

1. Masjid

2. Asrama

3. Gedung Sekolah

4. Perpustakaan

5. Gedung Balai Pengobatan

6. Laboratorium Komputer

7. Laboratorium Bahasa

8. Ruang tamu

9. Kopontren

10. Klinik Kesehatan

11. Aula

12. Lapangan Serbaguna

13. Gudang

14. Ruang Pertemuan

Ekstrakurikuler

1. Tahfidz al-Qur’an

2. Pengajian Kitab Kuning

3. Ziarah

4. Musyawarah Makhadiyah

5. Bahtsul Masail

6. Diskusi Ilmiah

7. Hadrah/Rebana

8. Pengembangan Berbagai Olahraga

9. Keterampilan Wirausaha

10. Drumb Band

11. Pengembangan Jurnalistik dan Publish

12. Kaligrafi

13. Beladiri

14. Latihan berpidato

15. Markaz Bahasa Arab dan Inggris

Alamat

Jl. K.H. Abdullah Yaqien no1-5 Mlokorejo, Puger, Jember Telpon: (0336) 721234 / (0336) 721444 Kode Pos: 68164