Angsa (awatara): Perbedaan antara revisi
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
Baris 22: | Baris 22: | ||
Dalam kitab ''[[Bhagawatapurana]]'' diceritakan bahwa para [[Caturkumara|putra Brahma]], dipimpin oleh [[Sanatkumara]], bertanya kepada [[Brahma]] (dewa pencipta) tentang tujuan tertinggi pencapaian [[yoga]]. Sanatkumara berkata: |
Dalam kitab ''[[Bhagawatapurana]]'' diceritakan bahwa para [[Caturkumara|putra Brahma]], dipimpin oleh [[Sanatkumara]], bertanya kepada [[Brahma]] (dewa pencipta) tentang tujuan tertinggi pencapaian [[yoga]]. Sanatkumara berkata: |
||
{{cquote|Yang Mulia, pikiran orang-orang secara alamiah tertarik pada objek indra material, dan juga objek indra dalam bentuk keinginan masuk dalam pikiran. Oleh karena itu, bagaimana bisa seseorang yang menginginkan pembebasan, yang ingin menyeberangi kegiatan kepuasan indria, merusak hubungan timbal balik antara objek indra dan pikiran? Tolong jelaskan ini kepada kami.<ref>{{cite web| url=http://vedabase.net/sb/11/13/17/en1| title=Bhagavata Purana (11.13.17)}}</ref>}} |
{{cquote|Yang Mulia, pikiran orang-orang secara alamiah tertarik pada objek indra material, dan juga objek indra dalam bentuk keinginan masuk dalam pikiran. Oleh karena itu, bagaimana bisa seseorang yang menginginkan pembebasan, yang ingin menyeberangi kegiatan kepuasan indria, merusak hubungan timbal balik antara objek indra dan pikiran? Tolong jelaskan ini kepada kami.<ref>{{cite web| url=http://vedabase.net/sb/11/13/17/en1| title=Bhagavata Purana (11.13.17)}}</ref>}} |
||
Brahma bingung menjawab pertanyaan tersebut karena ia terikat dengan aktivitas penciptaan yang dilakukannya.<ref>{{cite web| url=http://vedabase.net/sb/11/13/18/en1 |title=Bhagavata Purana (11.12.18)}}</ref> Akhirnya ia memusatkan pikiran kepada [[Wisnu]], lalu Wisnu muncul dalam wujud angsa. Dia memberikan penjelasan kepada Brahma dan para putranya sehingga mereka memperoleh pencerahan. Setelah itu Dia kembali ke singasana-Nya. |
Brahma bingung menjawab pertanyaan tersebut karena ia terikat dengan aktivitas penciptaan yang dilakukannya.<ref>{{cite web | url=http://vedabase.net/sb/11/13/18/en1 | title=Bhagavata Purana (11.12.18) | access-date=2010-11-08 | archive-date=2008-12-02 | archive-url=https://web.archive.org/web/20081202182622/http://vedabase.net/sb/11/13/18/en1 | dead-url=yes }}</ref> Akhirnya ia memusatkan pikiran kepada [[Wisnu]], lalu Wisnu muncul dalam wujud angsa. Dia memberikan penjelasan kepada Brahma dan para putranya sehingga mereka memperoleh pencerahan. Setelah itu Dia kembali ke singasana-Nya. |
||
== Filosofi == |
== Filosofi == |
||
Baris 31: | Baris 31: | ||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* {{en}} [http://vedabase.net/sb/11/13/en1 Bhagavata Purana. Canto 11 Chapter 13: The Hamsa-avatara Answers the Questions of the Sons of Brahma] |
* {{en}} [http://vedabase.net/sb/11/13/en1 Bhagavata Purana. Canto 11 Chapter 13: The Hamsa-avatara Answers the Questions of the Sons of Brahma] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090512001143/http://vedabase.net/sb/11/13/en1 |date=2009-05-12 }} |
||
{{awatara}} |
{{awatara}} |
Revisi per 28 Juni 2021 03.34
Angsa | |
---|---|
Dewa Hindu | |
Awatara Wisnu yang berwujud angsa | |
Ejaan Dewanagari | हंस |
Ejaan IAST | haṃsa |
Golongan | awatara Wisnu |
Dalam agama Hindu, Angsa (Dewanagari: हंस; IAST: haṃsa ) adalah salah satu awatara (inkarnasi) Wisnu yang disebut dalam kitab Bhagawatapurana. Angsa merupakan salah satu awatara yang muncul pada zaman Satyayuga atau zaman kebajikan.[1] Angsa muncul sebagai awatara berwujud angsa yang memberi pengetahuan suci kepada Dewa Brahma dan para putra Dia (Catursana).
Bhagawatapurana
Menurut kitab Bhagawatapurana, pada masa Satyayuga (zaman kebajikan), Tuhan (oleh sekte Waisnawa diidentikkan dengan Wisnu) dikenal dengan nama Haṃsa (secara harfiah berarti "angsa"). Dalam kitab (buku 11 bab 5 [sloka 21-23]) disebutkan:
Pada masa Satyayuga, Yang Mahakuasa berwarna putih dengan empat lengan, berambut ikal kusut dan memakai pakaian dari kulit kayu. Ia membawa kulit rusa hitam, benang suci, tasbih dan tongkat dan kendi.[2] Rakyat pada masa Satyayuga merasa damai, tanpa iri hati, menyayangi seluruh makhluk dan mantap dalam segala situasi. Mereka memuja kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan meditasi yang teguh dan dengan pengendalian indra dalam dan luar.[3] Pada Satyayuga, Yang Mahakuasa dipuja dengan nama Haḿsa (angsa), Suparṇa (sayap indah), Vaikuṇṭha (penguasa alam tertinggi), Dharma (penegak kebajikan), Yogeśvara (penguasa yoga), Amala (yang tak ternoda), Īśvara (penguasa tertinggi), Puruṣa (yang sejati), Avyakta (yang tak terlukiskan) dan Paramātmā (jiwa termulia).[4]
Menurut kitab Bhagawatapurana, angsa merupakan salah satu awatara Wisnu, di samping sepuluh awatara yang utama. Dalam kitab disebutkan:
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Wisnu, telah turun ke dunia ini dengan berbagai inkarnasi-Nya, seperti Sang Hyang Hamsa [angsa], Dattatreya, Caturkumara dan pelindung kita sendiri, Resabadewa yang perkasa. Dengan berinkarnasi, Tuhan mengajarkan ilmu kesadaran diri untuk kepentingan seluruh alam semesta. Dalam wujud-Nya sebagai Hayagriwa, Dia membunuh raksasa Madhu dan dengan demikian membawa Weda kembali dari planet Patalaloka di alam bawah.[5]
Kemunculan
Dalam kitab Bhagawatapurana diceritakan bahwa para putra Brahma, dipimpin oleh Sanatkumara, bertanya kepada Brahma (dewa pencipta) tentang tujuan tertinggi pencapaian yoga. Sanatkumara berkata:
Yang Mulia, pikiran orang-orang secara alamiah tertarik pada objek indra material, dan juga objek indra dalam bentuk keinginan masuk dalam pikiran. Oleh karena itu, bagaimana bisa seseorang yang menginginkan pembebasan, yang ingin menyeberangi kegiatan kepuasan indria, merusak hubungan timbal balik antara objek indra dan pikiran? Tolong jelaskan ini kepada kami.[6]
Brahma bingung menjawab pertanyaan tersebut karena ia terikat dengan aktivitas penciptaan yang dilakukannya.[7] Akhirnya ia memusatkan pikiran kepada Wisnu, lalu Wisnu muncul dalam wujud angsa. Dia memberikan penjelasan kepada Brahma dan para putranya sehingga mereka memperoleh pencerahan. Setelah itu Dia kembali ke singasana-Nya.
Filosofi
Angsa digunakan dalam filosofi aliran Adwaita Wedanta, aliran Hindu yang mencoba memahami "Diri" (Atman) dengan "Alam semesta" (Brahman). Pengulangan kata "hamso" secara terus-menerus mengubahnya menjadi "Soaham", yang berarti "Itu adalah aku." Maka dari itu angsa sering dihubungkan dengan Jiwa Tertinggi atau Brahman. Cara angsa terbang juga melambangkan kelepasan dari siklus samsara (reinkarnasi atau punarbhawa). Unggas tersebut juga memiliki konotasi dalam filsafat Advaita Vedanta—meskipun angsa tersebut hidup di air namun bulunya tidak basah oleh air, mirip dengan para pengikut Advaita yang mencoba hidup di dunia yang dipenuhi dengan Maya (ilusi), tetapi tidak terjerat oleh ilusi duniawi.[8]
Catatan kaki
- ^ "Bhagavata Purana (11.5.21-23)".
- ^ "Bhagavata Purana (11.5.21)".
- ^ "Bhagavata Purana (11.5.22)".
- ^ "Bhagavata Purana (11.5.23)".
- ^ "Bhagavata Purana (11.4.17)".
- ^ "Bhagavata Purana (11.13.17)".
- ^ "Bhagavata Purana (11.12.18)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-02. Diakses tanggal 2010-11-08.
- ^ Advaita Vedanta Homepage. "The Supreme Swan".