Lompat ke isi

Persilangan dihibrida: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Akuindo (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k +{{Authority control}}
Baris 3: Baris 3:


== Percobaan Mendel ==
== Percobaan Mendel ==
[[Percobaan Mendel]] yang melibatkan dua sifat sekaligus disebut percobaan dihibrid, dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembentukan [[gamet]], setiap pasang [[alel]] dalam satu [[lokus]] [[bersegregasi]] dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus lainnya. Hukum perpaduan bebas ini dirumuskan dari hasil observasi terhadap penyebaran fenotip F2 persilangan dihibrid. Mendel memperoleh perbandingan fenotip F2 9 : 3 : 3 : 1, <ref name=":2">{{Cite book|title=Genetika|last=|first=Suryo|date=2005|publisher=UGM Press|isbn=|location=Yogyakarta|pages=|url-status=live}}</ref> misalnya persilangan dengan dua sifat beda antara biji bundar kuning dengan keriput hijau, kemudian F1 yang diperoleh biji bundar kuning. Hal ini terjadi karena setiap [[gen]] dapat berpasangan secara bebas. Artinya, biji bundar [[Gen dominan|dominan]] terhadap keriput, dan kuning dominan terhadap hijau. Persilangan antara F1 menghasilkan keturunan F2 dengan perbandingan [[Fenotipe|fenotip]] antara bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1. <ref name=":1">{{Cite book|title=Seri Pengetahuan Gen dan DNA|last=Walker|first=R|date=2003|publisher=Erlangga|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>.
[[Percobaan Mendel]] yang melibatkan dua sifat sekaligus disebut percobaan dihibrid, dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembentukan [[gamet]], setiap pasang [[alel]] dalam satu [[lokus]] [[bersegregasi]] dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus lainnya. Hukum perpaduan bebas ini dirumuskan dari hasil observasi terhadap penyebaran fenotip F2 persilangan dihibrid. Mendel memperoleh perbandingan fenotip F2 9 : 3 : 3 : 1,<ref name=":2">{{Cite book|title=Genetika|last=|first=Suryo|date=2005|publisher=UGM Press|isbn=|location=Yogyakarta|pages=|url-status=live}}</ref> misalnya persilangan dengan dua sifat beda antara biji bundar kuning dengan keriput hijau, kemudian F1 yang diperoleh biji bundar kuning. Hal ini terjadi karena setiap [[gen]] dapat berpasangan secara bebas. Artinya, biji bundar [[Gen dominan|dominan]] terhadap keriput, dan kuning dominan terhadap hijau. Persilangan antara F1 menghasilkan keturunan F2 dengan perbandingan [[Fenotipe|fenotip]] antara bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1.<ref name=":1">{{Cite book|title=Seri Pengetahuan Gen dan DNA|last=Walker|first=R|date=2003|publisher=Erlangga|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>.


'''Persilangan dihibrid''' adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda. Eksperimen [[Mendel]] dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio [[fenotipe]] dan [[genotipe]]<nowiki/>nya, metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan [[monohibrid]]. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh [[Gardner]], hibrid dapat dibedakan menjadi [[monohibrid]], [[dihibrid]], [[trihibrid]] dan bahkan [[polihibrid]] tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu<ref name=":0" />.
'''Persilangan dihibrid''' adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda. Eksperimen [[Mendel]] dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio [[fenotipe]] dan [[genotipe]]<nowiki/>nya, metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan [[monohibrid]]. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh [[Gardner]], hibrid dapat dibedakan menjadi [[monohibrid]], [[dihibrid]], [[trihibrid]] dan bahkan [[polihibrid]] tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu<ref name=":0" />.
Baris 21: Baris 21:
Hukum mendel II merupakan hukum pengelompokkan gen secara bebas. Berdasarkan percobaan, anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi), ketika berlangsung [[meiosis]] selama pembentukkan gamet-gamet <ref name=":2" />
Hukum mendel II merupakan hukum pengelompokkan gen secara bebas. Berdasarkan percobaan, anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi), ketika berlangsung [[meiosis]] selama pembentukkan gamet-gamet <ref name=":2" />


Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Percobaan yang dilakukan persilangan dihibrid dapat dipraktikan dengan menggunakan kancing genetika berwarna merah, putih, hijau, dan hitam. <ref name=":2" />
Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Percobaan yang dilakukan persilangan dihibrid dapat dipraktikan dengan menggunakan kancing genetika berwarna merah, putih, hijau, dan hitam.<ref name=":2" />


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Reflist}}

{{Authority control}}


[[Kategori:Genetika]]
[[Kategori:Genetika]]

Revisi per 8 Juli 2021 07.53

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda, misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau dengan tanaman ercis berbiji kisut dan berwarna cokelat; padi berumur pendek dan berbulir sedikit dengan padi berumur panjang dan berbulir banyak[1].

Percobaan Mendel

Percobaan Mendel yang melibatkan dua sifat sekaligus disebut percobaan dihibrid, dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembentukan gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus bersegregasi dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus lainnya. Hukum perpaduan bebas ini dirumuskan dari hasil observasi terhadap penyebaran fenotip F2 persilangan dihibrid. Mendel memperoleh perbandingan fenotip F2 9 : 3 : 3 : 1,[2] misalnya persilangan dengan dua sifat beda antara biji bundar kuning dengan keriput hijau, kemudian F1 yang diperoleh biji bundar kuning. Hal ini terjadi karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas. Artinya, biji bundar dominan terhadap keriput, dan kuning dominan terhadap hijau. Persilangan antara F1 menghasilkan keturunan F2 dengan perbandingan fenotip antara bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1.[3].

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe dan genotipenya, metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrid. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner, hibrid dapat dibedakan menjadi monohibrid, dihibrid, trihibrid dan bahkan polihibrid tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu[1].

Contoh Persilangan Dihibrid

Mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah pada pengulangan dengan kombinasi sifat yang berbeda. Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog, pasangan-pasangan kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya, gen-gen yang terletak pada kromosom nonhomolog dengan kata lain gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis. Pengamatan ini menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu hukum pilihan acak yang menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-sifat berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain, oleh sebab itu akan timbul lagi pilihan acak pada keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat beda. Ciri khas karya Mendel yang cermat ialah bahwa ia lalu menanam semua ercis dan membuktikan adanya genotipe terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi baru pada ciri-cirinya[1].

Persilangan bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter tersebut, untuk itu tanaman kapri/ercis (Pisum sativum) yang memiliki biji bulat warna kuning (BBKK) disilangkan dengan kapri berbiji keriput warna hijau (bbkk). Keturunan F1 dari persilangan antara dua induk/tetua yang homozigot tersebut menghasilkan hibrida (heterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut. Keturunan F1-nya (BbKk) adalah hibrida dan persilangan antara BBKK x bbkk adalah persilangan dihibrid[3]

Contoh lain persilangan dihibrid yaitu persilangan antara biji kacang ercis berbentuk bulat dan berwarna kuning dengan biji yang yang berbentuk kisut dan berwarna hijau. Ternyata hasil keturunan silangan F1 100% berbiji bulat kuning. Jika tanaman hasil silangan ini dikawinkan sesamanya maka terjadilah hasil perkawinan sebagai berikut:

  1. 9/16 bagian = bulat kuning
  2. 3/16 bagian = bulat hijau
  3. 3/16 bagian = kisut kuning
  4. 1/16 bagian = kisut hijau

Hukum mendel II merupakan hukum pengelompokkan gen secara bebas. Berdasarkan percobaan, anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi), ketika berlangsung meiosis selama pembentukkan gamet-gamet [2]

Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Percobaan yang dilakukan persilangan dihibrid dapat dipraktikan dengan menggunakan kancing genetika berwarna merah, putih, hijau, dan hitam.[2]

Referensi

  1. ^ a b c Wildan, Yatim (2003). Genetika. Bandung: Tarsito. 
  2. ^ a b c Genetika. Yogyakarta: UGM Press. 2005. 
  3. ^ a b Walker, R (2003). Seri Pengetahuan Gen dan DNA. Jakarta: Erlangga.