Lompat ke isi

Gelombang panas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 8: Baris 8:
Kenapa PENGHIJAUAN tidak boleh hanya di hutan saja ? Jawabnya jika penghijauan tersentral di hutan saja , maka daerah yang sejuk hanya di sekitar hutan saja atau di sekitar dataran tinggi saja, yang mana awan yang membawa potensi hujan akan cenderung berarak mengarah ke dataran tinggi saja, dan jika selalu begitu potensi terjadinya bencana banjir bandang dan tanah longsor di dataran tinggi semakin besar.
Kenapa PENGHIJAUAN tidak boleh hanya di hutan saja ? Jawabnya jika penghijauan tersentral di hutan saja , maka daerah yang sejuk hanya di sekitar hutan saja atau di sekitar dataran tinggi saja, yang mana awan yang membawa potensi hujan akan cenderung berarak mengarah ke dataran tinggi saja, dan jika selalu begitu potensi terjadinya bencana banjir bandang dan tanah longsor di dataran tinggi semakin besar.
Beda halnya jika penghijauan, merata, atau sengaja mengupayakan meratanya suhu rata rata tiap permukaan bumi, baik dataran tinggi maupun dataran rendah, maka awan yang berpotensi membawah hujan akan merata pula.
Beda halnya jika penghijauan, merata, atau sengaja mengupayakan meratanya suhu rata rata tiap permukaan bumi, baik dataran tinggi maupun dataran rendah, maka awan yang berpotensi membawah hujan akan merata pula.
Kembali ke gelombang panas, intinya usaha terbaik untuk mengendalikan GELOMBANG PANAS jawabnya adalah PENGHIJAUAN, dan merata.
Kembali ke gelombang panas, intinya usaha terbaik untuk mengendalikan GELOMBANG PANAS jawabnya adalah PENGHIJAUAN, dan merata.
merata tidak sebatas negara negara yang selama ini sudah terlihat lebih hijau, sudah memiliki hutan yang luas, sudah banyak menyumbang kebutuhan oksigen alami di dunia. Tetapi juga seharusnya negara negara yang selama ini wilayahnya didominasi gurun pasir, ataupun bebatuan tandus, ikut juga melakukan penghijauan diwilayahnya masing masing seperti halnya negara negara timur tengah ataupun dibelahan bumi yang lain. Terlepas bagaimanapun usahanya, tetap harus dan wajib ikut ambil bagian dalam gerakan penghijauan dunia. entah itu harus import tanah subur dari negara yang subur berikut dengan pohonnya, jika nikel bisa mereka import, batubara, minyak bumi, dan segala komoditas yang lain yang selama ini mereka usahakan, kenapa tidak dengan tanah yang subur, kaya humus, pohon pohon yang beraneka ragam, kenapa tidak mereka import pula, mungkin belum terfikir , bahwa selama ini kebutuhan oksigen mereka bergantung kepada hutan negara lain, dan negara mereka adalah penyumbang terbesar gelombang panas yang selama ini terjadi di dunia ini.
Akhirnya, di era pandemi seperti saat ini bisa menyadarkan umat manusia selaku wakil Tuhan dimuka bumi, akan pentingnya oksigen, dan udara bersih, dan menjadi momentum untuk melakukan gerakan mendunia , yaitu penghijauan di negaranya masing masing.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 14 Juli 2021 13.17

Sebuah gelombang panas adalah periode lanjutan dari cuaca yang sangat panas, yang diikuti oleh kelembaban tinggi. Tidak ada definisi universal untuk gelombang panas;[1] sebutan ini relatif bagi cuaca umum di suatu daerah. Temperatur yang dianggap normal oleh orang-orang dari daerah beriklim panas dapat dianggap sebuah gelombang panas di daerah dingin bila mereka berada di luar pola iklim normal untuk daerah itu.[2] Sebutan ini diaplikasikan kepada variasi cuaca rutin dan penyebaran panas yang berlebihan yang mungkin hanya terjadi sekali seabad. Beberapa gelombang panas telah menyebabkan kegagalan panen yang merugikan, ribuan kematian karena hipertermia, dan mati listrik tersebar karena penggunaan pendingin udara yang terlalu meningkat. Gelombang panas dapat menyebabkan kekeringan.

GELOMBANG PANAS = lebih mudahnya dipahami sebagai keadaan suatu permukaan bumi dimana keadaan udaranya seperti didalam ruang bakar kendaraan bermotor,, sebagaimana dipahami oleh kebanyakan orang , dalam ruang bakar kendaraan bermotor, saat oksigen masuk bersama bahan bakar , kemudian mengalami kompresi, oksigen / udara akan akan menjadi panas, kemudian bertemu sumber api / pemantik yang biasanya disebut BUSI, maka akan terjadi ledakan, selanjutnya menyisakan gas buang , yang mana gas tersebut sangat tidak ramah bagi kesehatan manusia.

 Beda lagi dengan mesin diesel, hanya disebabkan mengalami kompresi , kemudian oksigen jadi panas, selanjutnya bertemu dengan bahan bakar yang di injeksi kan dengan tekanan tinggi , sudah terjadi ledakan dalam ruang bakar. 
 Contoh di atas hanya sebagai logika ,dimana saat oksigen terpapar oleh panas matahari berlebih , secara langsung, dalam arti disebabkan adanya lapisan ozon yang bocor, maka oksigen akan berubah menjadi tidak ramah seperti halnya gas buang kendaraan bermotor. Atau mungkin juga gelombang panas disebabkan banyaknya gas alam cair yang terlepas dengan sendirinya ke udara secara alami, kemudian terpapar sinar matahari langsung, sehingga menghasilkan udara panas,, yang selanjutnya disebut gelombang panas, karena datang secara bergelombang dari suatu negara ke negara yang lain.
 Selanjutnya bagaimana cara mengatasi / mengendalikan gelombang panas ? ,, PANAS LAWAN KATANYA DINGIN, atau sejuk. Sudah pasti sebagai pengendali udara panas adalah udara sejuk, sudah tentu upaya terbaik untuk mengendalikan gelombang panas adalah dengan PENGHIJAUAN. atau REBOISASI = MENANAM POHON SEBANYAK MUNGKIN, dan bukan hanya dihutan saja, tetapi menyeluruh atau merata pada setiap ruang publik atau hunian. 
 Kenapa PENGHIJAUAN tidak boleh hanya di hutan saja ? Jawabnya jika penghijauan tersentral di hutan saja , maka daerah yang sejuk hanya di sekitar hutan saja atau di sekitar dataran tinggi saja, yang mana awan yang membawa potensi hujan akan cenderung berarak mengarah ke dataran tinggi saja, dan jika selalu begitu potensi terjadinya bencana banjir bandang dan tanah longsor di dataran tinggi semakin besar. 
  Beda halnya jika penghijauan, merata, atau sengaja mengupayakan meratanya suhu rata rata tiap permukaan bumi, baik dataran tinggi maupun dataran rendah, maka awan yang berpotensi membawah hujan akan merata pula. 
 Kembali ke gelombang panas, intinya usaha terbaik untuk mengendalikan GELOMBANG PANAS jawabnya adalah PENGHIJAUAN, dan merata. 

merata tidak sebatas negara negara yang selama ini sudah terlihat lebih hijau, sudah memiliki hutan yang luas, sudah banyak menyumbang kebutuhan oksigen alami di dunia. Tetapi juga seharusnya negara negara yang selama ini wilayahnya didominasi gurun pasir, ataupun bebatuan tandus, ikut juga melakukan penghijauan diwilayahnya masing masing seperti halnya negara negara timur tengah ataupun dibelahan bumi yang lain. Terlepas bagaimanapun usahanya, tetap harus dan wajib ikut ambil bagian dalam gerakan penghijauan dunia. entah itu harus import tanah subur dari negara yang subur berikut dengan pohonnya, jika nikel bisa mereka import, batubara, minyak bumi, dan segala komoditas yang lain yang selama ini mereka usahakan, kenapa tidak dengan tanah yang subur, kaya humus, pohon pohon yang beraneka ragam, kenapa tidak mereka import pula, mungkin belum terfikir , bahwa selama ini kebutuhan oksigen mereka bergantung kepada hutan negara lain, dan negara mereka adalah penyumbang terbesar gelombang panas yang selama ini terjadi di dunia ini.

 Akhirnya, di era pandemi seperti saat ini bisa menyadarkan umat manusia selaku wakil Tuhan dimuka bumi, akan pentingnya oksigen, dan udara bersih, dan menjadi momentum untuk melakukan gerakan mendunia , yaitu penghijauan di negaranya masing masing.

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Meehl, George A. (2004-08-13). "More Intense, More Frequent, and Longer Lasting Heat Waves in the 21st Century". Science. 305 (5686): 994. doi:10.1126/science.1098704. PMID 15310900. 
  2. ^ Robinson, Peter J. (2001). "On the Definition of a Heat Wave". Journal of Applied Meteorology. American Meteorological Society. 40 (4): 762–775. doi:10.1175/1520-0450(2001)040<0762:OTDOAH>2.0.CO;2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-05-07. Diakses tanggal 2009-09-30. 

Pranala luar