Lompat ke isi

Tari Lenggo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Astari28 (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'Tari Lenggo adalah tari upacara untuk menghormati raja yang terdapat di Sumbawa Timur. Lenggo dapat ditarikan oleh empat orang penari pria dan empat orang penari wanita berpasang-pasangan. Dimana seorang penari pria mengenakan celana panjang berwama hijau muda, berbaju lengan panjang, bersarung kuning, mengenakan cori atau keris dan ke�palanya mengenakan perhiasan yang disebut sigar yang berbentuk bulan sabit. Sedangkan seorang penari wanita mengenakan sarung k...'
 
Astari28 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
Tari Lenggo adalah tari upacara untuk menghormati raja yang terdapat di Sumbawa Timur. Lenggo dapat ditarikan oleh empat orang penari pria dan empat orang penari wanita berpasang-pasangan. Dimana seorang penari pria mengenakan celana panjang berwama hijau muda, berbaju lengan panjang, bersarung kuning, mengenakan cori atau keris dan ke�palanya mengenakan perhiasan yang disebut sigar yang berbentuk bulan sabit. Sedangkan seorang penari wanita mengenakan sarung kuning, baju panjang yang disebut baju bodo yang berwana merah jambu, dan rambutnya disanggup. Tari Lenggo diiringi oleh instrumen-instrumen gending atau gong kecil, silu atau seruling dan gong yang agak besar. Sekarang tari Lenggo sering dipertunjukkan untuk menyambut pembe�sar-pembesar dan tamu agung.<ref>{{Cite book|last=Djamaludin;|first=SUDARSONO; Atjep|url=http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=3536&keywords=tarian+tarian+indonesia|title=Tari-Tarian Indonesia I|publisher=Proyek Pengembangan Media Kebudayaan|language=Indonesia}}</ref>
Tari Lenggo adalah tari upacara untuk menghormati raja yang terdapat di Sumbawa Timur.<ref name=":0">{{Cite book|last=Djamaludin;|first=SUDARSONO; Atjep|url=http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=3536&keywords=tarian+tarian+indonesia|title=Tari-Tarian Indonesia I|publisher=Proyek Pengembangan Media Kebudayaan|language=Indonesia}}</ref> Tarian ini lahir pada ada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (Sultan Bima yang kedua) yang memerintah antara tahun 1640-1682 M.<ref name=":1">{{Cite web|date=2018-01-03|title=Tari Lenggo, Tarian Klasik Kesultanan Bima|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/tari-lenggo-tarian-klasik-kesultanan-bima/|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB, NTT|language=en-US|access-date=2021-08-10}}</ref> Lenggo dapat ditarikan oleh empat orang penari pria dan empat orang penari wanita berpasang-pasangan. Dimana seorang penari pria mengenakan celana panjang berwama hijau muda, berbaju lengan panjang, bersarung kuning, mengenakan cori atau keris dan kepalanya mengenakan perhiasan yang disebut sigar yang berbentuk bulan sabit. Sedangkan seorang penari wanita mengenakan sarung kuning, baju panjang yang disebut baju bodo yang berwana merah jambu, dan rambutnya disanggup.<ref name=":0" /> Tari Lenggo diiringi oleh instrumen-instrumen gending atau gong kecil, silu atau seruling dan gong agak besar yang merupakan alat musik tradisional Bima seperti dua buah gendang besar(Genda Na’e), Gong, Silu (sejenis Serunai), serta Tawa-tawa. Irama Tari lenggo berima lembut mengikuti alunan musik yang lembut.<ref name=":1" />

Sekarang tari Lenggo sering dipertunjukkan untuk menyambut pembesar-pembesar dan tamu agung. Dalam perkembangannya tari Lenggo selalu dipertunjukkan pada saat Upacara Adat Hanta UA PUA terutama pada saat rombongan penghulu Melayu memasuki pelataran Istana. Dua pasang Lenggo ini turut mendampingi Penghulu Melayu selama perjalanan dari Kampung Melayu menuju Istana Bima di atas Uma Lige (Rumah Mahligai) yang diusung oleh 44 orang Pemuda kekar yang melambangkan 44 struktur Hadat kesultanan Bima.<ref name=":1" /> Selain itu, Tari Lenggo juga sering ditampilkan di beberapa acara-acara resmi Istana atau Kantor Pemerintah seperti penyambutan tamu penting dan festival budaya sebagai bagian dari usaha pelestarian dan memperkenalkan budaya tradisi.<ref>{{Cite web|last=DJKI|title=Tari Lenggo {{!}} KI Komunal {{!}} DJKI|url=http://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/jenis/1/ekspresi-budaya-tradisional/171/tari-lenggo|website=covid19.go.id|access-date=2021-08-10}}</ref>

== Referensi ==
<references />

Revisi per 10 Agustus 2021 02.42

Tari Lenggo adalah tari upacara untuk menghormati raja yang terdapat di Sumbawa Timur.[1] Tarian ini lahir pada ada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (Sultan Bima yang kedua) yang memerintah antara tahun 1640-1682 M.[2] Lenggo dapat ditarikan oleh empat orang penari pria dan empat orang penari wanita berpasang-pasangan. Dimana seorang penari pria mengenakan celana panjang berwama hijau muda, berbaju lengan panjang, bersarung kuning, mengenakan cori atau keris dan kepalanya mengenakan perhiasan yang disebut sigar yang berbentuk bulan sabit. Sedangkan seorang penari wanita mengenakan sarung kuning, baju panjang yang disebut baju bodo yang berwana merah jambu, dan rambutnya disanggup.[1] Tari Lenggo diiringi oleh instrumen-instrumen gending atau gong kecil, silu atau seruling dan gong agak besar yang merupakan alat musik tradisional Bima seperti dua buah gendang besar(Genda Na’e), Gong, Silu (sejenis Serunai), serta Tawa-tawa. Irama Tari lenggo berima lembut mengikuti alunan musik yang lembut.[2]

Sekarang tari Lenggo sering dipertunjukkan untuk menyambut pembesar-pembesar dan tamu agung. Dalam perkembangannya tari Lenggo selalu dipertunjukkan pada saat Upacara Adat Hanta UA PUA terutama pada saat rombongan penghulu Melayu memasuki pelataran Istana. Dua pasang Lenggo ini turut mendampingi Penghulu Melayu selama perjalanan dari Kampung Melayu menuju Istana Bima di atas Uma Lige (Rumah Mahligai) yang diusung oleh 44 orang Pemuda kekar yang melambangkan 44 struktur Hadat kesultanan Bima.[2] Selain itu, Tari Lenggo juga sering ditampilkan di beberapa acara-acara resmi Istana atau Kantor Pemerintah seperti penyambutan tamu penting dan festival budaya sebagai bagian dari usaha pelestarian dan memperkenalkan budaya tradisi.[3]

Referensi

  1. ^ a b Djamaludin;, SUDARSONO; Atjep. Tari-Tarian Indonesia I (dalam bahasa Indonesia). Proyek Pengembangan Media Kebudayaan. 
  2. ^ a b c "Tari Lenggo, Tarian Klasik Kesultanan Bima". Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB, NTT (dalam bahasa Inggris). 2018-01-03. Diakses tanggal 2021-08-10. 
  3. ^ DJKI. "Tari Lenggo | KI Komunal | DJKI". covid19.go.id. Diakses tanggal 2021-08-10.