Lompat ke isi

Pare, Kediri: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
bahasa ingeris
Baris 31: Baris 31:


[[Kategori:Kecamatan di Kabupaten Kediri]]
[[Kategori:Kecamatan di Kabupaten Kediri]]

[[en:Mojokuto]]

Revisi per 12 Desember 2008 06.20

Pare
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenKediri
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total−62.424 (source: MONGABAY.COM) jiwa
Kode Kemendagri35.06.17 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3506140 Edit nilai pada Wikidata
Luas- km²
Desa/kelurahan-17


Pare, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Terletak 25 km sebelah timur laut Kota Kediri, atau 120 km barat daya Kota Surabaya. Pare berada pada jalur Kediri-Malang dan jalur Jombang-Kediri serta Jombang - Blitar. Sudah lama ada wacana Pare dikembangkan menjadi ibu kota Kabupaten Kediri, yang secara berangsur-angsur dipindahkan dari Kota Kediri. Namun niat ini tidak pernah serius dilakukan oleh para Bupati yang menjabat. Pemerintah Kabupaten Kediri saat ini mengembangkan kawasan proliman (Simpang Lima) Gumul sebagai pusat perdagangan/kulakan terbesar di Jawa Timur yang 'gagal.'

Nama Pare dipercaya oleh sebagian masyarakat setempat berasal dari kata "palerenan" dalam Bahasa Indonesia berarti tempat peristirahatan. Penelusuran memang perlu dilakukan untuk mengetahui dengan pasti asal kata nama kota Pare. Tetapi dari kondisi kota yang tenang, guyub, rukun dan udara yang bersahabat, bisa jadi asal kata itu memang benar. Kendati hanya sebuah kota kecamatan, dari sisi pengamatan demografi membenarkan asumsi di atas. Penduduk Pare berasal dari kota-kota di sekitarnya maupun dari luar propinsi seperti dari suku Minang, Sunda, Timor, Irian, Bali, Kalimantan. Pendeknya komposisi sebagian besar suku di Indonesia hampir terwakili keberadaannya di Pare. Biasanya yang pernah bertugas atau berdomisili di Pare, akan menghabiskan masa pensiunnya di kota yang tenang dan damai ini.

Kota yang berada pada ketinggian 125 meter di atas permukaan laut ini mempunyai udara yang sejuk. Jadi juga mempunyai potensi sebagai tujuan wisata yang mencari ketenangan dari hiruk pikuk kota besar. Berbagai jenis jajanan dan makanan enak dan higinis dengan harga "kampung" dapat dijumpai dengan mudah di kota Pare. Berbagai infrastruktur dan fasilitas kehidupan kota juga dengan mudah dapat dijumpai: hotel, rumah sakit (yang besar HVA dan RSUD rumah bersalin yang lengkap pun juga ada), ATM bersama, warnet 24 jam ber-AC, dsb.

Pare terkenal di sektor agraris dan peternakannya. Tanahnya subur bekas letusan gunung Kelud dan tidak pernah mengalami kekeringan. Produk agraria andalan dari Pare adalah bawang merah, biji mente dan blinjo. Pada 1970-an Pare terkenal sebagai penghasil daging babi kelas satu (kandang babi), kemudian disusul oleh peternakan ayam broiler. Sedangkan oleh-oleh khas dari Pare antara lain adalah tahu kuning dan gethuk pisang. Di Pare sudah lama bermunculan industri menengah bertaraf internasional, seperti industri plywood dan pengembangan bibit-bibit pertanian. Tempat-tempat rekreasi pun telah ada semenjak tahun 1970-an meskipun sederhana, seperti Pemandian "Canda-Bhirawa" Corah dan alun-alun "Ringin Budo".

Pare terutama Desa Tulungrejo juga dikenal mempunyai potensi pengembangan kursus Bahasa Inggris. Saat ini lebih banyak bermunculan berbagai jenis bimbingan belajar terutama kursus-kursus Bahasa Inggris. Lebih dari 20 buah lembaga bimbingan belajar menawarkan kursus Bahasa Inggris dengan program program D2, D1 atau short course untuk mengisi waktu liburan. Dalam hal ini, kota Pare sebagai pusat belajar Bahasa Inggris yang murah, efisien dan efektif sudah terkenal hingga keluar Pulau Jawa. Sebagai efek ikutannya, di daerah Tulungrejo sekarang muncul berbagai jenis tempat penginapan dan kost yang menampung para pelajar dan maupun pekerja. Tarif kos per orang bervariasi dari 50 ribu hingga 200 rb per bulan.

Kecamatan Pare menjadi terkenal di seluruh dunia karena di sinilah antropolog kaliber dunia, Clifford Geertz - yang saat itu masih menjadi mahasiswa doktoral - melakukan penelitian lapangannya yang kemudian ditulisnya sebagai sebuah buku yang berjudul The Religion of Java. Dalam buku tersebut Geertz menyamarkan Pare dengan nama "Mojokuto".

Pare termasuk kota lama. Ini terbukti dari keberadaan dua candi tidak jauh dari pusat kota, yakni Candi Surowono dan Candi Tegowangi, serta keberadaan patung "Budo" yang berada tepat di pusat kota. Ketiga peninggalan ini membuktikan bahwa Pare telah lahir ratusan tahun lalu. Hanya sampai sekarang belum diketahui dengan pasti kapan kota Pare berdiri dan siapa pendirinya.