Lompat ke isi

Tari Gawi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Azzurahrahma17 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Azzurahrahma17 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
Menari menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat Indonesia. Dari berbagai suku dan daerah masing-masing di Indonesia mempunya ragam kebudayaan, seperti halnya Tari Gawi adalah tari bergembira yang terdapat di daerah Ende pula. Tari ini dibawakan oleh beberapa penari pria dan wanita dengan menggunakan desain lantai dua lingkaran bersaf. Para penari pria saling bergandengan sesama penari pria serta membuat desain lantai lingkaran. 201 Penari-penari wanita juga saling bergandengan sesarna penari wanita dan membuat desain lantai lingkaran di luar lingkarin penari pria. Tari Gawi biasanya diselenggarakan sesudah panen sebagai ungkapan rasa bergembira. Tari Gawi ini sendiri yang berasal dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu warisan seni budaya yang masih kuat, yaitu lewat Tari Gawi di Desa Lise Detu, Kecamatan Wolowaru. Tarian adat ini biasanya warga suguhkan di berbagai upacara. Baik yang bersifat komunal maupun individual. Warga kerap mementaskannya untuk menyambut tamu ataupun pejabat yang bertandang dari Jakarta atau Kupang, ibu kota Provinsi NTT. Kata Gawi berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa suku Ende Lio yakni 'Ga' yang berarti segan atau sungkan dan 'Wi' yang berarti menarik. Gawi dalam bahasa Indonesia dapat disebut juga dengan kata, 'TANDAK. Secara harfiah kata tandak bermuara pada kata bertandak yang berarti berkunjung, mengunjungi, menyatukan hati, langkah dan pikiran. Di kalangan masyarakat suku Ende Lio, Flores, Nusa Tenggara Timur, Gawi adalah identitas kesukuan yang dinyatakan dalam bentuk tarian yang di kenal Tari Gawi, yang meniscayakan bentuk persaudaraan, persatuan dan kebersamaan, itulah kenapa dalam tarian ini semua penari saling bergandengan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian Gawi sejatinya dilakukan secara massal oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Para penari membentuk lingkaran yang mengelilingi Tubu Busu dan para lelaki berada paling depan lingkaran sedangkan perempuan di bagian belakang. Namun ada kalanya penari perempuan membuat formasi setengah lingkaran. Pada setiap pementasan Tari Gawi, para penari selalu menggunakan pakaian adat tradisional. Corak ornamen dan motif selalu membuat ada nuansa eksotis. Penari laki-laki biasanya memakai baju kaus oblong berwarna putih polos. Namun, tak jarang yang bertelanjang dada. Tidak lupa, sarung (ragi) plus selempang.<ref>{{Cite web|last=developer|first=mediaindonesia com|date=2015-03-29|title=Gawi, Tarian Kebersamaan|url=https://mediaindonesia.com/weekend/1940/gawi-tarian-kebersamaan|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2021-08-13}}</ref>
Menari menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat Indonesia. Dari berbagai suku dan daerah masing-masing di Indonesia mempunya ragam kebudayaan, seperti halnya Tari Gawi adalah tari bergembira yang terdapat di daerah Ende pula. Tari ini dibawakan oleh beberapa penari pria dan wanita dengan menggunakan desain lantai dua lingkaran bersaf. Para penari pria saling bergandengan sesama penari pria serta membuat desain lantai lingkaran. 201 Penari-penari wanita juga saling bergandengan sesarna penari wanita dan membuat desain lantai lingkaran di luar lingkarin penari pria. Tari Gawi biasanya diselenggarakan sesudah panen sebagai ungkapan rasa bergembira. Tari Gawi ini sendiri yang berasal dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu warisan seni budaya yang masih kuat, yaitu lewat Tari Gawi di Desa Lise Detu, Kecamatan Wolowaru. Tarian adat ini biasanya warga suguhkan di berbagai upacara. Baik yang bersifat komunal maupun individual. Warga kerap mementaskannya untuk menyambut tamu ataupun pejabat yang bertandang dari Jakarta atau Kupang, ibu kota Provinsi NTT. Kata Gawi berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa suku Ende Lio yakni 'Ga' yang berarti segan atau sungkan dan 'Wi' yang berarti menarik. Gawi dalam bahasa Indonesia dapat disebut juga dengan kata, 'TANDAK. Secara harfiah kata tandak bermuara pada kata bertandak yang berarti berkunjung, mengunjungi, menyatukan hati, langkah dan pikiran. Di kalangan masyarakat suku Ende Lio, Flores, Nusa Tenggara Timur, Gawi adalah identitas kesukuan yang dinyatakan dalam bentuk tarian yang di kenal Tari Gawi, yang meniscayakan bentuk persaudaraan, persatuan dan kebersamaan, itulah kenapa dalam tarian ini semua penari saling bergandengan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian Gawi sejatinya dilakukan secara massal oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Para penari membentuk lingkaran yang mengelilingi Tubu Busu dan para lelaki berada paling depan lingkaran sedangkan perempuan di bagian belakang. Namun ada kalanya penari perempuan membuat formasi setengah lingkaran. Pada setiap pementasan Tari Gawi, para penari selalu menggunakan pakaian adat tradisional. Corak ornamen dan motif selalu membuat ada nuansa eksotis. Penari laki-laki biasanya memakai baju kaus oblong berwarna putih polos. Namun, tak jarang yang bertelanjang dada. Tidak lupa, sarung (ragi) plus selempang.<ref>{{Cite web|last=developer|first=mediaindonesia com|date=2015-03-29|title=Gawi, Tarian Kebersamaan|url=https://mediaindonesia.com/weekend/1940/gawi-tarian-kebersamaan|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2021-08-13}}</ref>

Referensi:

Revisi per 13 Agustus 2021 15.39

Menari menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat Indonesia. Dari berbagai suku dan daerah masing-masing di Indonesia mempunya ragam kebudayaan, seperti halnya Tari Gawi adalah tari bergembira yang terdapat di daerah Ende pula. Tari ini dibawakan oleh beberapa penari pria dan wanita dengan menggunakan desain lantai dua lingkaran bersaf. Para penari pria saling bergandengan sesama penari pria serta membuat desain lantai lingkaran. 201 Penari-penari wanita juga saling bergandengan sesarna penari wanita dan membuat desain lantai lingkaran di luar lingkarin penari pria. Tari Gawi biasanya diselenggarakan sesudah panen sebagai ungkapan rasa bergembira. Tari Gawi ini sendiri yang berasal dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu warisan seni budaya yang masih kuat, yaitu lewat Tari Gawi di Desa Lise Detu, Kecamatan Wolowaru. Tarian adat ini biasanya warga suguhkan di berbagai upacara. Baik yang bersifat komunal maupun individual. Warga kerap mementaskannya untuk menyambut tamu ataupun pejabat yang bertandang dari Jakarta atau Kupang, ibu kota Provinsi NTT. Kata Gawi berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa suku Ende Lio yakni 'Ga' yang berarti segan atau sungkan dan 'Wi' yang berarti menarik. Gawi dalam bahasa Indonesia dapat disebut juga dengan kata, 'TANDAK. Secara harfiah kata tandak bermuara pada kata bertandak yang berarti berkunjung, mengunjungi, menyatukan hati, langkah dan pikiran. Di kalangan masyarakat suku Ende Lio, Flores, Nusa Tenggara Timur, Gawi adalah identitas kesukuan yang dinyatakan dalam bentuk tarian yang di kenal Tari Gawi, yang meniscayakan bentuk persaudaraan, persatuan dan kebersamaan, itulah kenapa dalam tarian ini semua penari saling bergandengan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian Gawi sejatinya dilakukan secara massal oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Para penari membentuk lingkaran yang mengelilingi Tubu Busu dan para lelaki berada paling depan lingkaran sedangkan perempuan di bagian belakang. Namun ada kalanya penari perempuan membuat formasi setengah lingkaran. Pada setiap pementasan Tari Gawi, para penari selalu menggunakan pakaian adat tradisional. Corak ornamen dan motif selalu membuat ada nuansa eksotis. Penari laki-laki biasanya memakai baju kaus oblong berwarna putih polos. Namun, tak jarang yang bertelanjang dada. Tidak lupa, sarung (ragi) plus selempang.[1]

Referensi:

  1. ^ developer, mediaindonesia com (2015-03-29). "Gawi, Tarian Kebersamaan". mediaindonesia.com. Diakses tanggal 2021-08-13.