Lompat ke isi

Kepaksian Sekala Brak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Lambang Kepaksian Sekala Brak: Memperbaiki ringkasan
Tag: LTA Sekala Brak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Lambang Kepaksian Sekala Brak: Memperbaiki ringkasan
Tag: LTA Sekala Brak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 169: Baris 169:
==Lambang Kepaksian Sekala Brak==
==Lambang Kepaksian Sekala Brak==
[[Berkas:Lampang Paksi Pak (Kepaksian Sekala Brak).jpg|jmpl|Cambai Mak Bejunjungan Lambang dari Kepaksian Sekala Brak.]]
[[Berkas:Lampang Paksi Pak (Kepaksian Sekala Brak).jpg|jmpl|Cambai Mak Bejunjungan Lambang dari Kepaksian Sekala Brak.]]
CAMBAI MAK BEJUNJUNGAN<ref>https://skalabraknews.com/2018/07/16/tombak-pusaka-petakha-lima-ini-kata-pangeran-edward-syah-pernong-37333/</ref> adalah Lambang Milik Daripada [[Kepaksian Sekala Brak]] saat ini terdapat di 4 (empat) titik lokasi kebesaran Istana, Gedung dan lamban, yaitu [[Sekala Brak]] [[Istana Gedung Dalom]] di [[Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat]], Kepaksian Nyerupa Gedung Pakuon di [[Tapak Siring, Sukau, Lampung Barat]], Paksi Buay Belunguh Lamban Gedung di [[Kenali, Belalau, Lampung Barat]], Paksi Buay Bejalan Diway Lamban Dalom di [[Kembahang, Batu Brak, Lampung Barat]], pemegang tertinggi di [[Kepaksian Sekala Brak]] (Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak), lambang Cambai Mak Bejunjungan [[Kepaksian Sekala Brak]] ini mulai digunakan sejak 24 Agustus 1289 (29 Rajab 688 Hijriyah) sebutan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak di gunakan sejak Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
CAMBAI MAK BEJUNJUNGAN<ref>https://skalabraknews.com/2018/07/16/tombak-pusaka-petakha-lima-ini-kata-pangeran-edward-syah-pernong-37333/</ref> adalah Lambang Milik Daripada [[Kepaksian Sekala Brak]] saat ini terdapat di 4 (empat) titik lokasi kebesaran Istana, Gedung dan lamban, yaitu [[Sekala Brak]] [[Istana Gedung Dalom]] di [[Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat]], Kepaksian Nyerupa Gedung Pakuon di [[Tapak Siring, Sukau, Lampung Barat]], Paksi Buay Belunguh Lamban Gedung di [[Kenali, Belalau, Lampung Barat]], Paksi Buay Bejalan Diway Lamban Dalom di [[Kembahang, Batu Brak, Lampung Barat]], pemegang tertinggi di [[Kepaksian Sekala Brak]] (Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak), lambang Cambai Mak Bejunjungan [[Kepaksian Sekala Brak]] ini mulai digunakan sejak terbentuknya Paksi 4 Kepaksian Sekala Brak sedangkan sebutan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak di gunakan sejak Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


===Lambang dan makna Cambai Mak Bejunjungan===
===Lambang dan makna Cambai Mak Bejunjungan===

Revisi per 19 Agustus 2021 07.36

Kepaksian Sekala Brak
Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak
Sekala Brak. Batu Brak

1289
علم اللواء لمملكة سقالة براك أسود ومنقوش عليه اسم ليلى الله محمد رسول الله ثمانية اتجاهات للرياح بخط لامجالا ولامبونج مكتوب بمملكة السقالة براك لامبونج eilm alliwa' limamlakat saqalat brak 'aswad wamanqush ealayh aism laylaa allah muhamad rasul allah thamaniat aitijahat lilriyah bikhatin lamjala walambunj maktub bimamlakat alsaqaalat brak lambunj
StatusWilayah Protektorat Kepaksian (1289 Masehi-1824 Masehi)
Ibu kotaBatu Brak, Lampung Barat (sekarang Liwa)
Bahasa yang umum digunakanLampung, Indonesia
Agama
Islam
PemerintahanMonarki
Sultan 
• M–M
Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi (Sultan Sekala Brak)
Sejarah 
• Penaklukan Sekala Brak Kuno.
1289
Mata uangDolar Morgan 1875,1888 dan Voc 1790, Nederlendsch Indie 1945
Didahului oleh
Digantikan oleh
Majapahit
Hindia Belanda
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kepaksian (Baca:"شهادة") adalah Empat pemegang pucuk tertinggi didalam Adat. Sekala (Baca:"مقياس") artinya titisan. Brak (Baca:"الفرامل") artinya Dewa. Sekala Brak Adalah titisan Dewa (Baca:"تجسد الإله") Kerajaan Sekala Brak (Baca: Kepaksian Sekala Bkhak) adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Kerajaan ini bermula dari unit masyarakat Suku Tumi pada abad ke-3 yang bercorak Hindu dan menganut animisme.

Karakteristik ini terus bertahan hingga abad ke-12 ketika empat umpu[1] putra-puta dari pada Al-Mujahid dari negeri pasai Sampainya-n di Pagaruyuang, kemudian setelah berdirinya salah satu Kerajaan di Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke Muko-Muko menyebarkan agama Islam. Kemudian masuk mengislamkan Kepaksian sekala brak Kuno sehingga kerajaan ini lalu disebut sebagai Kepaksian Sekala Brak yang artinya empat pemegang tertinggi di Kepaksian Sekala Brak.[2] Tambo Paksi mencatat diantaranya pada Rajab 688 Hiriyah empat putra Al-Mujahid datang dan mengislamkan Kepaksian Sekala Brak Kuno, pada masa ini terdapat empat titik lokasi Istana Kepaksian[3][4].

Saat terpentuknya Provinsi Lampung telah diakui keberadaan dari pada Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak 4 putra Sultan Ratu yang terdiri dari Umpu Pernong, Umpu Belunguh, Umpu Bejalan di Way dan Umpu Nyerupa pada tanggal 3 September tahun 1971 tertulis dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 tahun 1971 tentang Bentuk Lambang Daerah Provinsi Lampung penjelasan tentang isi dan arti Lambang Daerah Provinsi Lampung, pada saat itu tidak ada intervensi dari siapapun mutlat kesepakatan dari pada Saibatin, Penyimbang serta Tokoh-tokoh Persatuan Lampung, kebenaran ini akan mempersatukan Rakyat (Masyarakat) Lampung, Eksistensi dari pada Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak diakui dan dinyatakan oleh pemerintah Provinsi Lampung Kala itu[5][6].

Sejarah singkat

Kepaksian Sekala Brak adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Dari temuan arkeologi dan antropologi, wilayahnya diperkirakan telah didiami oleh Suku-suku Lappung. Suku Lampung, Suku Bangsa, Suku Saibatin adalah suku-suku (Negeri Sekala Brak) sejak jaman Kepaksian Sekala Brak. Yang berada di lereng tengkuk Gunung Pesagi (bukit sulang), Gunung Pesagi ini Gunung yang tidak pernah aktif dari dahulu kala serta Gunung tertinggi di lemah Lampung (tanah Lampung).

Sedangkan pemerintahan monarki yang pernah berkuasa di Negeri Sekala Brak telah memerintah sejak era Kepaksian Sekala Brak. Catatan tertulis paling awal tentang sejarah Kepaksian Sekala Brak ditemukan dari Tambo paksi yang di miliki empat kepaksian serta senjata pusaka, situs peninggalan Negeri Sekala Brak (SM).

Kepaksian Sekala Beghak telah ada sejak zaman dahulu kala, sebagai sebuah kerajaan, Kepaksian Sekala Bekhak kuno dipimpin oleh seorang laki-laki dengan Raja terakhirnya yang bernama Ratu Sekaghummong yang merupakan anak dari Ratu Sangkan serta cucu dari Ratu Mucah Bawok. Pada dasawarsa ke-2 sampai dengan dasawarsa ke-6 abad ke-14 putra serta keturunan dari pada Ratu Sekaghummong menempati permukiman baru.

Kemudian saat empat putra dari Al-Mujahid datang dengan misi menyebarkan ajaran islam pada abad ke-12, Secara kekuasaan, Kerajaan Sekala Brak kuno yang beragamakan bercorak Hindu dan menganut animisme ini berhasil ditaklukkan, Hal ini ditandai dengan gugur, jatuh nya Ratu Sekaghummong yang menolak ajaran Islam melalui titik awal dari pada Kerajaan Islam. Dengan dibuktikan di Sekala Brak mayoritas beragamakan Islam dan warisan budaya, tradisi, adat istiadat, serta tata cara berkehidupan sosial oleh masyarakat Sekala Brak yang merupakan warisan leluhur secara turun temurun dari generasi ke generasi masih tetap berjalan dan di pertahankan hingga jaman Pra-sejarah kemerdekaan saat ini.

Kepaksian Sekala Brak dikuasai dan dipimpin oleh empat putra dari pada Al-Mujahid yang kemudian membagi daerah kekuasaannya dalam empat titik kebesaran istana gedung, masing-masing memiliki kekuasaan wilayah dan rakyat, Empat tersebut adalah Hanibung, Tanjung Menang, Tampak Siring dan Puncak[7].

Di dalam sejarah di dapat dari berbagai sumber bahwasanya Sebutan Sekala berasal dari tumbuhan sekala[8] yang terdapat di tengkuk Bukit sulang (hematang sulang) di Benekhang, Mandi Agin Way Tippon sampai jaman Pra-sejarah saat ini tumbuh-tumbuhan tersebut masih ada pada tempatnya.

Pada tanggal 4 Juni 2021 beberapa perangkat adat khaja Jukuan melakukan pembuktian keberadaan dari tumbuh-tumbuhan tersebut sehingga ditemukannya tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas di Benekhang, Mandi Agin Way Tippon Kecamatan Batu Brak, Lampung Barat Provinsi Lampung.

Sedangkan Batu Brak (Baca-Batu Brak)[9] berasal dari sebutan sebuah Batu yang lebar bahasa Lampung nya “Batu Bekhak” yang memiliki sejarah, batu tersebut berada di Hanibung Peninggalan ini terletak di tengah perkebunan kopi masyarakat di Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat Menurut kepercayaan lama di Sekala Brak, batu tersebut sebagai tanda kuburan tua “para dewa” yang khusus turun dari Kayangan ke muka bumi. Batu Brak itu sendiri bermakna sebagai batu mulia Simbol dari orang mulia dalam pengertian para penakluk Al-Mujahid penyebar agama Islam di lemah Sekala Brak.

Diceritakan pendahulu di sekala brak bahwasanya lokasi tersebut sekitar tahun 1931 adalah tempat persembunyian dari pada Hindia Belanda, bukti-bukti kejadian ini berada di Tropenmuseum Amsterdam, Belanda[10].

Sekala Brak sebagai salah satu tempat asal mula suku-suku di tanah Lampung dari dataran lemah Sekala Brak inilah sebagian leluhur suku-suku menyebar mendirikan negeri baru untuk menyebarkan Islam di Lampung melalui Adat dan budaya Jaman itu, di perkirakan dari abad 12 Masehi 29 Rajab 688 Hijriah. Penyebaran dimulai dari hamakha way tippon mengikuti aliran air (sungai) Way Semaka dari tengkuk gunung pesagi sampai Semaka, Tanggamus, hingga lemah Sumatra dan lemah Jawa.[11]

Prasasti Hujung Langit Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno Raja Punku Sri Haridewa yang masih dikuasai oleh di sebut Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku “Epigrafi dan Sejarah Nusantara” yang diterbitkan oleh pusat Penelitian Arkeolog Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26 – 45, diketahui bahwa nama Raja yang tercantum pada Prasasti Hujung langit pada baris Ke-7 dari 16 baris adalah Baginda Punku Sri Haridewa.

Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih dikuasai oleh suku Tumi terdapat dalam Prasasti Hujung Langit tulisan tersebut ada 16 bari dan diatas tulisan tersebut terdapat gambar menyerupai Gagang Sarung Semar Raja yang terletak di Bunuk Tenuar Liwa, Lampung Barat dan sampai saat ini keberadaan Prasasti Hujung Langit tetap terjaga dan terawat dengan baik. Batu Prasasti Hujung Langit tersebut diperkirakan sudah ada sebelum abad ke-10 M. Dengan demikian.

Pengembangan Suku-suku Indonesia berasal dari Assam yg terletak di India selatan, sebelah Utara Burma. Suku Melayu kuno atau Proto Malayan Tribes dari India Selatan itu dalam pengungsiannya, bergerak menyeberangi laut Andamen untuk kemudian berpencar dalam beberapa kelompok. Demikian teori yang dikemukakan oleh J. R. Logan pada abad Ke-19 M yang melakukan penelitian sejak tahun 1848 hingga 1900.

Kelompok kesatu, bergerak ketimur melalui Jawa dan Kalimantan dan ada yang terus keutara di Philipina, yang kemudian melahirkan Suku bangsa Igorot dan lain lain. Kelompok kedua mencapai ujung utara Sumatra menyusuri pantai barat dan mendarat di Singkel, Barus dan Sibolga, kemudian melahirkan cikal bakalnya Suku Suku Batak Karo, Batak Toba, Dairi dan Alas. Kelompok ketiga meneruskan pelayarannya menelusuri Pantai Barat Sumatra terus keselatan yang akhirnya melalui daerah pesisir menuju kedaerah pegunungan, kembali sebagai People bukit barisan.

Namun demikian, pengalaman nenek moyang mereka yang bergerak mengarunggi samudra luas dalam melakukan pengungsian besar besaran membentuk karakter "dwi muka" sebagai manusia gunung dan tau akan arti laut. Karna itu mereka kemudian menyebar dari Tengkuk bukit sulang bukit barisan melalui sungai-sungai.

Kajian itu memiliki benang merah berdasar tulisan William Marsden melalui sejarah Sumatra, Menjelaskan, “apabila Orang Lampung ditanya tentang darimana mereka berasal, maka mereka menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk kearah gunung yang tertinggi” (Marsden 2008).

Bukit sulang Bukit Barisan adalah Pusat kebesaran pada jaman Suku Tumi. Saat ini, secara geografis wilayah Suku Tumi mencakup wilayah beberapa provinsi di Sumatra. Seorang ahli sejarah Lawrence Palmer Briggs dalam jurnalisnya di abad Ke-19 M, tahun 1950, menyebutkan bahwa, ibukota awal Sriwijaya terletak di daerah pegunungan agak jauh dari Palembang. Tempat itu dipayungi oleh dua gunung dan dilatari sebuah danau. Itulah sebabnya Sailendra dan keluarganya disebut “Family of the King of the Mountains” (Sailendravarmsa). Berdasarkan penelusuran hasil penelitian Binsar D.L. Tobing : 2004, dijelaskan bahwa Prasasti Hujuŋg Langit diantaranya menyebutkan satu daerah bernama Hujuŋg Langit yang seluruh hutan dan seluruh tanahnya diperuntukkan bagi bangunan suci yang dalam hal ini adalah wihara. Nama Hujuŋg Langit itu sendiri tidak tercantum dalam peta maupun sumber-sumber lain, namun sekitar 13 km (jika ditarik garis lurus dari prasasti Hujung Langit) disebelah Timur Laut ada nama tempat yang bernama Ujung (Damais, 1995:28). Jadi kemungkinan yang dimaksud sebagai Hujung Langit adalah daerah yang bernama Ujung adalah pekon Hujung.

Haji Yuwa Rajya Punku Sri Haridewa merupakan salah satu tokoh yang disebutkan dalam Prasasti Hujung Langit. Jika dilihat dari gelar yang melekat pada namanya, tersebutlah Punku, mempunyai arti tuanku, dimungkinkan sebagai gelar yang menganggap bahwa Punku Sri Haridewa merupakan orang yang turut melindungi serta memilihara bangunan suci. Pun atau Pu adalah merupakan gelar kehormatan bagi kebangsawanan seseorang sebagaimana banyak keluarga di Kerajaan San-fo-ts'i yang bergelar “Pu”.

Begitu juga gelar Pu yang bersanding dalam kata DAPUNTA maka gelar dapunta harus diperuntukkan bagi orang yang amat tinggi kedudukannya. Kehormatan yang amat tinggi itu ditunjukkan dengan bubuhan da-, -ta, dan sebutan “Hyang”. Demikian keterangan makna gelar Pu dalam buku Sriwijaya yang ditulis oleh Prof. Dr. Slamet Muljana .

Selanjutnya gelar Haji (Aji) adalah arti yang umum untuk “raja”, dipakai untuk menyebut seseorang dalam hubungannya dengan wilayah kekuasaannya (Ayatrohaedi, 1979: hal 79). Arti kata yang sama juga diberikan oleh Zoetmulder (1995: hal 327) yang menyebutkan bahwa Haji dapat diartikan sebagai raja, keluarga Raja, Pangeran, Seri Baginda, Yang Mulia.

Dan terdapat juga sebutan Yuwa Rajya (Yuwa Raja) untuk baginda Sri Haridewa, sebutan itu pernah tercantum dalam prasasti yang berasal dari Sumatra, yaitu prasasti Telaga Batu yang diperkirakan berasal dari Abad Ke-7 M tahun 686 Masehi. Dalam prasasti ini disebutkan tiga kategori pangeran, yaitu :yuwaraja (Putera Mahkota), pratiyuwaraja (Putera Mahkota ke dua), dan Rajakumara (Putera Mahkota lainnya ) (de Casparis, 1956: hal 17; 1976: hal 69; Kulke, 1991 : hal 9). Biasanya raja muda ini sebelum menjadi raja yang berkuasa penuh diberi kedudukan sebagai raja disuatu daerah atau wilayah ( Soemadio (ed), 1993: hal 410).

Selain nama Baginda Sri Haridewa yang tertulis dalam Prasasti Hujung Langit, terdapat juga para pejabat yang mengiringinya dalam penetapan sima tersebut, seperti Hulun (seseorang Yang Melayani Raja/ Hulun Haji), pejabat tinggi yang hadir diantaranya Samgat Juru Pajak (Pejabat Pajak), Pamgat Juru Ruhanan (Pengawas Para Pejabat), Pramukha Kabayan (Pemuka yang berkaitan dengan bangunan suci), Juru Redap (Pejabat Bagian Informasi), Juru Pajabat (Petugas Menyambut Raja), juru samya (orang yang berkuasa pada derajat yang lebih rendah (desa), wakil pejabat atau kepala, Juru Natalan (Bagian Penulisan / Juru Tulis), Juru Mabwaŋ (Pejabat Menangangi tenaga Kerja), dan pejabat tingkat banwa yang hadir diantaranya adalaha Rama.

Dan saat ini, walau prasasti itu usianya telah berabad - abad lamanya, namun sebutan sebutan yang ada didalam prasasti tersebut masih tetap dipertahankan oleh masyarakat setempat, seperti sebutan Pun masih dipertahankan oleh masyarakat di sekitar Prasasti Hujung Langit sebagai panggilan kehormatan bagi anak laki laki tertua dari keturunan Sultan dalam wilayah Kerajaan yang kini mengejawantah menjadi Kerajaan Adat. Selain itu juga Jabatan Juru seperti dalam prasasti masih dipertahankan pula oleh masyarakat Adat Hususnya Kepaksian untuk orang-orang yang memiliki tugas khusus dalam adat, yang kini disebut Jukuan Lamban, Gelar/Adok dari tingkat tertinggi adalah Kepala Jukkuan Gelar Raja istri Batin, Perangkat Adat Gelar Batin Istri Khadin, Perangkat Adat Gelar Raden istri Minak, Perangkat Adat Gelar Minak istri Kimas, Perangkat Adat Gelar Kimas Istri Mas dan lainnya. Pada era saat ini Kepaksian sebutannya menjadi Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Istana Gedung Dalom adalah Istana Sekala Brak yang berada di Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat Provinsi Lampung. Lamban gedung kenali, gedung pakuon sukau, lamban dalom kembahang.

Kepaksian Sekala Brak Masa prasejarah

Di wilayah Kepaksian Sekala Brak saat ini diperkirakan telah dihuni oleh suku tumi sejak sebelum masehi. Hal ini didukung oleh temuan berupa peralatan dari batu berusia sejak sebelum masehi situs batu berada di sekala brak.

Pada zaman Neolotikum, suku tumi yang mendiami Kepaksian Sekala Brak Kuno diperkirakan telah mengenal pertanian, cara menyimpan dan mendistribusikan hasil panen.

Memasuki akhir Neolitikum, lembah Sungai sekala brak mulai berkembang menjadi pusat Adat dan kebudayaan. Sedangkan bukti dari Zaman masuknya Islam di Lampung dapat ditemui di sekala brak diantaranya warisan adat dan budaya, kebiasaan yang dijalankan oleh masyarakat, tradisi, adat istiadat, yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Saat ini Kepaksian Sekala Brak telah menjadi bagian dari pada Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) DK 9+ (Dewan Kerajaan)[12].

Sistem Pemerintahan Adat

Struktur pemerintahan dari pada ini bisa piramid tertinggi adalah Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) ini memegang kekuasaan menentukan mutlak Bertitah, Bertahta dan Lain Sebagainya semua berpusat kepada Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) semua hak-hak kebesaran ada pada Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) semua yang dipakai Struktur dibawahnya atas perintah atas berkenan, titah dari Sultan, dibawahnya Saibatin adalah pemapah dalom, pemapah dalom ini sepertinya wakil Sultan, pemapah dalom ini ada 2 (dua) yang terdiri dari mempunyai 2 (dua) kaki. Perdana mentri dan perdana utama

Pemapah dalom mempunyai garis juga kepada kampung batin, garis lurus ke kampung batin ini adalah dari Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) akan tetapi garis koordinasinya kepada pemapah dalom, kalau garis lurusnya dari Saibatin Raja Adat Dikepaksian.

Didalam Istana Gedung Dalom ada pengapungan batin, pemapah dalom, para puakhi saudara Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) dengan Istilah Sagedung "Isi ni Gedung" isi Gedung (isi Istana) Puakhi ni Saibatin saudara nya Saibatin mereka tidak keluar dari Gedung (Istana Gedung Dalom) masih menyatu terhadap Istana Gedung Dalom Struktur dibawah keluarganya Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) adalah suku-suku balak yang tersebar di sepanjang pesisir Pugung Malaya, Ranau bahkan di wilayah tanggamus ini dinamakan suku-suku balak, ada juga pesumbaian dan Khaja-Khaja baca (raja-raja) Jukuan, dibawah raja Sumbai baru Batin dibawah batin namanya Kebbu di pimpin oleh seorang Radin di bawah radin bulambanan, lamban-lamban sebelum dia berkeluarga dia lamban biasa tapi setelah dia berkeluarga baru mempunyai kedudukan[13][14]. Komunitas Hanggum Jejama adalah salah satu Lembaga Organisasi badan hukum dari pada Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, kerajaan yang telah di akui eksistensi nya oleh pemerintah Provinsi Lampung sejak dalulu kala serta di sebut dalam peraturan daerah Provinsi Lampung nomor 1 tahun 1971 tentang bentuk dan Lambang Provinsi Lampung. Komunitas tersebut di bawah garis koordinasi dengan kampung batin (Pengapungan Batin).

Panji Al-Liwa

Bendera Sekala Brak adalah sebuah panji yang dipakai oleh para putra Umpu Ngegalang Paksi gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi berwarna hitam dan terdapat tulisan Syahadatin, allah dan Muhammad pada tahun 1289. Bendera hitam bertuliskan kalimat syahadatain, allah dan Muhammad digunakan oleh Para Putra Umpu Al-Mujahid, di masa awal berdirinya Kepaksian Sekala Brak.

Pada saat tahun 1899 selesai Tuan Guru Pangeran Dalom Merah Dani dari tanah suci sepulangnya beliau menunaikan ibadah haji saat beliau berkunjung ke Konstantinopel instanbul di tahun 1899 Masehi. Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja menyampaikan kepada Sultan Usmani bahwasanya Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja berasal dari sebuah Kerajaan Islam Sumatra yang nenek moyangnya berasal dari tanah pesisir pantai utara Sumatra kemudian Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di terima oleh Abd-ul-Hamid II, Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja Segera dihadiahi sebuah Kiswah.

Kiswah adalah kain yang menutupi Ka'bah di Makkah, Saudi Arabia. Kain ini biasanya diganti setiap tahun pada tanggal 9 Dzulhijjah yang bertuliskan lailahaillollah muhammaderasululloh.

Panji Al Liwa simbol dari pada pemberian Sultan Usmani Abd-ul-Hamid II ini menandakan bahwasanya Kepaksian Sekala Brak adalah kerajaan Penyebar Agama Islam Sejak dahulu kala dari tahun 1289 Masehi.

Panji ini Sebagai Simbol berjaya, penguasa, perkasa kelompok tertentu untuk memperlihatkan salah satu dari identitas Kebesaran dan Kesejahtraan.

Bendera Sekala Brak (Panji Sekala Brak) secara tradisional memiliki warna yang solid. Warna yang dipakai adalah hitam. Namun, warna lainnya juga diadopsi. Selain dengan warna, dimunculkan Lam jalallah 8 (delapan) penjuru angin, seperti tertulis dengan tulisan aksara Lampung Kepaksian Sekala Brak Lampung, atau tulisan tertentu seperti syahadatain. Panji ini sebagai salah satu simbol perang penyebar agana Islam dengan sebutan Bendera Al-Liwa dengan sebutan lainnya Panji Al-Liwa, Bendera Sekala Brak.

Kemudian Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di hadiahi pula 2 (dua) buah pedang instanbul akan tetapi saat ini pedang instanbul tersebut telah rapuh namun Pedang instanbul ini masih tersimpan dengan baik oleh Sultan Sekala Brak di Istana Gedung Dalom walaupun sudah lebih dari seratus tahun pedang instanbul tidak terawat.

Sultan Usmani juga memberikan gelar sultan kepada Pangeran Dalom Merah Dani setelah itu pada saat itu juga Sultan Usmani menyampaikan pemberitahuan kepada Pangeran Dalom Merah Dani untun menyampaikan kepada sultan pendahulu di Kepaksian bahwasanya Kepaksian Sekala Brak harus mengirimkan serdadu apa bila ada terjadi sesuatu di turki.

Pada tahun 1917 ada peperangan dunia pertama kepaksian Sekala Brak mengirimkan banyak pasukan antara lain yang di pimpin oleh Tuyuk (Pendahulu) dari Sultan Sekala Brak yang bernama H. Hasbulloh berangkat ke turki berangkat membawa misi perang di turki selama peperangan dunia pertama, beberapa tahun kemudia H. Hasbulloh kembali lagi ke Sekala Brak.

Sultan Sekala Brak adalah Pemiliki simbol kebesaran dari Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong (Kerajaan Sekala Brak) yaitu sebuah Bendera Al-Liwa Panji Syahadatain berwarna hitam tertulis lailahaillollah muhammaderasululloh Bendera ini tidak boleh ditiru/dicontoh oleh Paksi-Paksi Lain Karna ini seutuhnya milik dari pada Kepaksian Pernong Sekala Brak dan ini adalah khas dari pada Kepaksian Pernong Sekala Brak dan tidak ada di paksi-paksi lain. Panji (Bendera) Al-Liwa ini mutlak milik dari pada Istana Gedung Dalom di Batu Brak. Didalam tulisan dari pada pangeran ringgau tertulis bahwasanya Sebutan Kepaksian di tanah Lampung sebutan tersebut seutuhnya milik dari pada Kepaksian Pernong Sekala Brak termasuk simbol-simbol yang lainnya.

Bendera Lama Kepaksian Sekala Brak berwarna hitam dan terdapat tulisan Syahadatin, allah dan Muhammad[15][16][17][18][19][20].

Zaman Hindia Belanda

Berdiri marga-marga, khususnya saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah Traktat London, tukar guling kekuasaan Inggris dan Belanda, saat pemerintahan colonial belanda menggantikan Inggris untuk berkuasa di Wilayah Keresidenan Bengkulu-Inggris termasuk wilayah pesisir krui, maka berdiri marga-marga disepanjang pesisir, saat terjadi traktat London itu tercatat telah ada 8 (delapan) Marga di Pesisir krui dan 2 (dua) marga di wilayah pusat Sekala Brak.

Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lagi 8 (delapan) marga- marga baru di wilayah Pesisir krui begitu juga di wilayah Pusat Kepaksian Sekala Brak ada 3 (tiga) Marga, marga melinting peminggir 5 (lima) marga, marga teluk peminggir 6 (enam) marga, marga pemanggilan peminggir 11 (sebelas) marga, marga abung (federasi abung siwo migo) 10 (sepuluh) marga, marga rebang semendo 3 (tiga) marga, marga jelma doya (federasi buay lima way kanan) 10 (sepuluh) marga, marga melinting 3 (tiga) marga, marga tulang bawang (federasi mego pak tulang bawang) 6 (enam) marga salah satunya sebagai bagian dari politik Devide Ed Imperanya.

Pesanggerahan

Pesanggrahan adalah tempat peristirahatan. Pesanggrahan memiliki 2 arti. Pesanggrahan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga pesanggrahan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Pesanggrahan berasal dari kata dasar sanggrah[21].

Istana Gedung Dalom pada awalnya berada di Hanibung titik lokasi kebesaran ibu negeri dari Kepaksian Pernong[22] serta di dapat dari berbagai sumber di dalam sejarah bahwa perkampungan pada jaman itu berada di dataran daerah mandi angin, humbahuwong dan sebagian lagi berada di sekitaran Gedung dalom di hanibung di perkirakan pada abad ke-12 pada jaman Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong.

Sedangkan pada jaman berikutnya dari jaman Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi sampai degan jaman Pangeran Purba Gelar Sultan Pangeran Purba Jaya wilayah perkampungan tersebut menyebar sampai yang tercatat di dalam tambo kulit kayu yang di sebut tambo paksi dengan berbahasa Lampung:

Batas wilayah

MULAI JAK BAGINJING WAI NARIMA NGABELAH BALASA KAPAPPANG TURUN DI BAWAN SANGUN NGADAPOKKO HUMARA WAI TUTUNG NUTUK WAI TUTUNG CAKAKDI BUKIT SAWA TERUS NUTUK BUKIT SAWAI DOH HAN NUTUK UWAI MALEBUI NUTUK WAI MALABUI SAPAI DI HUMARANA DI WAI SAMAKA UNGGAK UNGGAK AN NUTUK WAI SAMAKA CAKAK DI HAMA BERUK NGADAPOKKO HULU WAI LIHA TURUN DI HAM SARUKUK NGABELAH HAM KADUPANG TURUN DI WAI SAMAKA TEBONG KARINJING NUTUK WAI SAMAKA UNGGAK UNGGAK AN CUTIK DITEBING SAHUWOK LAJU DISIRING TELA NGABELAH KARATUNG DOH NGADAPO K BAWANG SAKELING TURUN DI TEBA KAMILING TURUN DI WAI SA MAKA UNGGAK UNGGAK CUTIK NUTUK WAI SAMAKA NGADAPOK KO HUMARA WAI SARIMOL LAJU UWAI RAMELAI UNGGAK UNGGAKAN SAPAI DI PACUR PUNGAH TERUS NYAMABUT PANEPON SAKEDI NUTUK PANEPON SAKEDI NGABELAH PANYIN DANGAN RAGOH DI HUMARA WAI KULAK NYAMBERANG WAI RAMELAI JAK TARUGAK CAKAK DI TAMANOH LACAR NGADAPOK KO HUMARA WAI KATUBAN UNGGAK UNGGAK AN NUTUK WAI HILIYAN RUBOK CAK (CAKAK) DI BAGINJING WAI RIMA (NARIMA).

Mendirikan Liwa

Pada jaman ini sekitar abad ke-16 Istana Gedung Dalom (Istana Sekala Brak) yang di batu brak ini sudah pernah didirikan dan di tempati oleh para Sultan di Kepaksian Sekala Brak kala itu sebelum terjadinya kebakaran pada sekitar tahun 1898.

Sedangkan pada jaman Pangeran Alif Jaya sekitar tahun 1746 membangun pesanggerahan besar di Liwa dari era Pangeran Alif Jaya Gelar Sultan Pangeran Alif Jaya sampai jaman Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja pada masa ini para Sultan Kemana-mana membawa nama besar Pesanggerahan tersebut yang berada di Liwa, Sebagai Wadah (Kendaraan) dari pada Sultan-sultan pada masa itu.

Pada jaman Colonial Belanda masuk ke liwa Pesanggerahan Besar tersebut dikuasai oleh belanda. Kemudian pada saat Kekalutan di marga Liwa karena sedang Puguh Pesanggerahan Besar tersebut diserahkan kembali oleh Penerintah Colonial Belanda kepada Sultan, pada saat itu kerusuhan masih tetap berlangsung di marga liwa kekacauan antara Pangeran Komala Raja dengan asisten Kidemang, pada saat menentukan jalan kubu pehakhu simpangan ke arah Keresidenan Bengkulen[23].

Pada saat itu Sultan meninggalkan Pesanggerahan dengan membawa Putra dari Indra Patih Cakra Negara, pada jaman itu Keresidenan Bengkulen tidak bisa melengserkan Putra dari Indra Patih Cakra Negara karena adanya Kepaksian Sekala Brak.

Keresidenan Bengkulen mengetahui bahwa Struktur keadatan dari Kepaksian Sekala Brak[24] tetap membayang-bayangi di belakang kemargaan yang sudah dipecah-pecah di kerdilkan menjadi puluhan marga oleh Colonial Belandan akan tetapi Colonial Belanda masih merasakan denyut dari pada kekuasaan Sultan-Sultan pendahulu di wilayahnya masing-masing.

Marga-marga yang terbentuk itupun adalah keluaran dari Kepaksian Sekala Brak walaupun pengaruh dari Colonial Belanda yang sangat kuat serta mencengkram mendokterin mereka untuk mengikuti aturan dari pemerintahan belanda akan tetapi para Sultan-Sultan ini juga tidak mau meninggalkan sebuah tradisi karena bagaimanapun juga kebesaran dari Kepaksian Sekala Brak itu adalah kebesaran pangkal (asal).

Kemudian anggaran-anggaran dihentikan pembangunan jambatan, Jalan Raya, Bangunan, Bahkan Beringin, Masjid, Candi di hentikan kala itu.

Sehingga akhirnya Putra dari Indra Patih Cakra Negara Membawa putra pertamanya bersama sekitar tiga ratusan orang, meninggalkan Liwa berangkat nyussuk pekon mendirikan negeri baru di Negara batin Semaka, serta putra ketiga nya berangkat menuju sukau, dan putra yang kedua mendirikan Liwa sehingga menjadi tegak Jukhai (baca-Jurai) di Batu Brak.

Pada saat sekitar tahun 1898 Istana Gedung Dalom (Gedung Dalom) terjadi Kebakaran di Batu Brak sehingga Pesanggerahan besar yang berada di Liwa di pindahkan ke Istana Gedung Dalom yang berada di Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat saat ini, di ceritakan berpindahnya Istana Gedung Dalom itu dari kejauhan sekitar 15 kilometer tidak dicopot atau dibongkar melainkan diangkat ramai-ramai dan dibawa perlahan-pelahan menuju lokasi sekarang Selama 1 (satu) tahun kisaran tahun 1899-1900 Masehi sepulangnya Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja menunaikan ibadah haji bersama 100 rakyat sekala brak. Hingga jaman Pra-sejarah Istana Gedung Dalom (Gedung Dalom) hingga saat ini masih dapat di jumpai di Desa Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat Provinsi Lampung[25]. Pesanggerahan dari para sultan ini Jaman pra-sejarah di jadikan wisma penginapan yang dinamakan Sindalapai sedangkan tanah serta bangunannya di kelola oleh pemerintah Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung di Indonesia.

Lambang Kepaksian Sekala Brak

Berkas:Lampang Paksi Pak (Kepaksian Sekala Brak).jpg
Cambai Mak Bejunjungan Lambang dari Kepaksian Sekala Brak.

CAMBAI MAK BEJUNJUNGAN[26] adalah Lambang Milik Daripada Kepaksian Sekala Brak saat ini terdapat di 4 (empat) titik lokasi kebesaran Istana, Gedung dan lamban, yaitu Sekala Brak Istana Gedung Dalom di Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat, Kepaksian Nyerupa Gedung Pakuon di Tapak Siring, Sukau, Lampung Barat, Paksi Buay Belunguh Lamban Gedung di Kenali, Belalau, Lampung Barat, Paksi Buay Bejalan Diway Lamban Dalom di Kembahang, Batu Brak, Lampung Barat, pemegang tertinggi di Kepaksian Sekala Brak (Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak), lambang Cambai Mak Bejunjungan Kepaksian Sekala Brak ini mulai digunakan sejak terbentuknya Paksi 4 Kepaksian Sekala Brak sedangkan sebutan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak di gunakan sejak Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Lambang dan makna Cambai Mak Bejunjungan

Lambang Kepaksian Sekala Brak “Cambai Mak Bejunjungan” sebagai Lambang milik daripada Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak yang mempunyai falsafah bahwa Kepaksian Sekala Brak dapat berdiri tegak kokoh dan kuat walaupun tidak dibantu oleh unsur-unsur lain, pihak lain ataupun komunitas lain karena karakter nilai dasar dari Kepaksian Sekala Brak.

Kelihaian dan Kecerdikan dipegang oleh Umpu Pernong, Kekayaan dipegang oleh keturunan Umpu Belunguh, keberanian dipegang oleh keturunan Ratu Bejalan Diway dan Hamba Rakyat yang banyak yang tersebar menjadi simbol kebesaran Ratu Nyerupa, itulah makna dari pada “Cambai Mak Bejunjungan”.

Di dalam sejarah Lambang Cambai Mak Bejunjungan di pakai oleh salah satu Paksi, Kepaksian Sekala Brak yaitu oleh Paksi Buay Bejalan diway hal tersebut dibenarkan karna memang Paksi Buay Bejalan diway merupakan salah satu dari Paksi Pak Sekala Beghak yang mempunyai kedudukan dan Hak yang sama dengan Paksi lain nya juga berhak untuk memakai Lambang Cambai mak bejunjungan tersebut.

Sedangkan Bendera Sekala Brak Al-Liwa mutlak milik dari pada Istana Gedung Dalom Sekala Brak Batu Brak.

Cicca Kerajaan Sekala Brak

Tidak bersekutu berpisah tidak bercerai

Cicca dari masing-masing Kepaksian

Kepaksian Sekala Brak Mereka juga masing-masing menyatakan cicca yaitu harapan tentang karakter dan watak dari rakyat yang mereka pimpin sampai ke keturunan turun temurun dari generasi ke generasinya kelak.

  1. Cicca Kepaksian Pernong Sekala Brak. Kerajaan Sekala Brak Istana Gedung Dalom adalah “mucalak mucakhagil, Cerdik dan tangkas lazim dikatakan lihai, kijang melipi tebing” artinya lihai, tangkas dan berani.
  2. Cicca Paksi Buay Belunguh Lamban Gedung adalah “pakusukhak lom lungup, lamon bakak khebbu bulung” artinya memiliki kekayaan yang berlimpah.
  3. Cicca Kepaksian Nyerupa Gedung Pakuon adalah “mok bangsa lamon nyawa” artinya memiliki rakyat yang banyak dan tersebar dimana-mana.
  4. Cicca Paksi Buay Bejalan Diway Lamban Dalom adalah “sai tumbuk sekhatus” artinya satu lawan seratus yang berarti pemberani.[27][28]

Galeri

Referensi

  1. ^ developer, lampost co (2018-12-18). "Sekala Brak Menjawab Sejarah". lampost.co. Diakses tanggal 2021-04-11. 
  2. ^ Raditya, Iswara N. "Mengenal Kerajaan Sekala Brak sebagai Leluhur Lampung". tirto.id. Diakses tanggal 2021-04-10. 
  3. ^ https://metropolis.co.id/2018/08/14/4-umpu-sekala-brak-lampung-anak-raja-pagaruyung-minangkabau/
  4. ^ https://www.youtube.com/watch?v=XCyhy90atHE&t=301s
  5. ^ https://www.jdih.lampungprov.go.id/product-hukum/provinsi/1/pdf/bentuk-lambang-daerah
  6. ^ https://docplayer.info/39739308-Peraturan-daerah-propinsi-lampung-nomor-1-tahun-1971-tentang-bentuk-lambang-daerah-provinsi-lampung.html
  7. ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/tatanan-adat-paksi-pak-sekala-bekhak/
  8. ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/kerajaan-paksi-pak-sekala-brak/
  9. ^ https://www.lampungbaratkab.go.id/detailpost/pesona-lembah-batu-brak-lampung-barat
  10. ^ https://commons.m.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Man_poseert_tussen_megalieten_bij_Batoeberak_TMnr_10025819.jpg#mw-jump-to-license
  11. ^ https://onesearch.id/Record/IOS4198.28835
  12. ^ https://www.indovoices.com/umum/rapat-terbatas-makn-majelis-adat-kerajaan-nusantara/
  13. ^ https://www.academia.edu/34999765/Sistem_Pemerintahan
  14. ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 549–550. ISBN 9786029933703. 
  15. ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/ini-kisah-persahabatan-pangeran-edward-dan-raja-gowa/
  16. ^ http://fajarsumatera.co.id/kerajaan-usmani-anugerahkan-panji-pada-sekala-brak/
  17. ^ https://skalabraknews.com/2018/06/12/raja-gowa-wafat-sekala-brak-dan-goa-teguh-setia-98615/
  18. ^ http://repositori.kemdikbud.go.id/13412/1/Sejarah%20sosial%20daerah%20lampung%20kotamadya%20bandar%20lampung.PDF
  19. ^ http://repository.radenintan.ac.id/2118/6/Bab_IV.pdf
  20. ^ https://sergapnusantara.com/sejarah-panji-syahadatain-kepaksian-pernong
  21. ^ https://lektur.id/arti-pesanggrahan/
  22. ^ https://lampungbaratkab.go.id/detailpost/budaya
  23. ^ https://medialampung.co.id/sai-batin-marga-liwa-dukung-gerakan-literasi/
  24. ^ https://radarlampung.co.id/kepaksian-pernong-gelar-hippun-adat-ini-sebabnya/
  25. ^ file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/9312-17910-1-PB.pdf
  26. ^ https://skalabraknews.com/2018/07/16/tombak-pusaka-petakha-lima-ini-kata-pangeran-edward-syah-pernong-37333/
  27. ^ http://nurwan-gawoh.blogspot.com/2013/11/lambang-kerajaan-adat-paksi-pak-skala.html
  28. ^ http://bimanovian.blogspot.com/2014/07/cambai-mak-bejunjungan.html

Bacaan lanjutan

  • Amijaya, Dedy Tisna (1 Juni 2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. ISBN 9786029933703. 
  • Amijaya, Dedy Tisna (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. ISBN 9786021484173. 
  • Kurnia, Sultan (2020). Kerajaan Jambulipo. Yogyakarta: Diandra Kreatif. 
  • Nurdin, Fauzie (Juni 2018). Orang Abung Cerita Rakyat Sumatra Selatan Dari Waktu Ke Waktu. Thafa Media. ISBN 978-602-1351-67-3. 
  • Sujadjarwo (2018). Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Menjawab Sejarah. Bandar Lampung: Karya Cipta Mandiri. ISBN 9786025270529. 
  • Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak
  • Istana Gedung Dalom

Pranala luar