Lompat ke isi

Adat bersendikan syarak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah Adat Basandi Syarak dalam Masyarakat Riau, Jambi, Gorontalo dan Banjar.
Menambah Adat Basandi Syarak dalam Masyarakat Riau, Jambi, Gorontalo dan Banjar.
Baris 114: Baris 114:
{{DEFAULTSORT:adaik basandi syarak syarak basandi kitabullah}}
{{DEFAULTSORT:adaik basandi syarak syarak basandi kitabullah}}
[[Kategori:Adat Minangkabau]]
[[Kategori:Adat Minangkabau]]
[[Kategori:Budaya Melayu]]
[[Kategori:Budaya Banjar]]
[[Kategori:Budaya Gorontalo]]
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
[[Kategori:Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Islam di Indonesia]]

Revisi per 3 September 2021 03.53

Adaik basandi syarak (bahasa Indonesia: Adat yang bersendikan syariat) adalah salah satu prinsip utama yang mengatur adat Minangkabau.[1] Prinsip ini dilahirkan selepas terjadinya Perang Paderi melalui sebuah perjanjian yang dikenal dengan nama sumpah setia di Bukit Marapalam yang disepakati oleh tigo tungku sajarangan, yaitu tiga unsur pemegang kekuasaan tradisional dalam masyarakat Minangkabau: niniak mamak (pemuka adat), alim ulama, dan cadiak pandai (cendekiawan).

Jika ditelusuri lebih jauh, penggunaan pepatah Adat basandi syarak Syarak basandi kitabullah ini tidak hanya berlaku di Minangkabau atau Sumatera Barat saja. Bersama masyarakat Minangkabau, masyarakat Jambi, Banjar, Gorontalo dan Riau juga mengklaim bahwa hukum adat mereka didasarkan pada hukum agama (syarak); dan Syarak didasarkan pada Kitab Suci, Al-Qur'an.[2]

Adaik basandi syarak mengatur bahwa seluruh adat yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau harus "bersendikan" kepada syariat Islam, yang pada gilirannya didasarkan pada al-Quran dan Sunnah (syarak basandi Kitabullah). Versi yang lebih lengkap dari doktrin ini juga memuat fakta historis bahwa Islam tiba di wilayah Minangkabau melalui laut dan bertemu dengan pengaruh adat di tanah tinggi (syarak mandaki adaik manurun).

Pada kaba Minangkabau

Pada Falsafah Jambi

bahwa Adat Melayu Jambi merupakan sistem pandangan hidup masyarakat Jambi yang kokoh seperti tersirat dalam seloko; Titian teras betanggo batu, cermin yang tidak kabur, lantak nan tidak goyah, dak lapuk dek hujan dak lekang dek panas, kato nan saiyo, adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah, syara’ mengato, adat memakai[4]   

Pada Falsafah Riau

bahwa adat istiadat dan Lembaga Adat Melayu Riau yang hidup dan berkembang dalam masyarakat adalah adat yang bersendikan syara' dan syara' bersendikan Kitabullah perlu dibina dan dikembangkan secara nyata dan dinamis sehingga dapat didayagunakan untuk menunjang kelancaran kegiatan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta memperkuat ketahanan nasional.[5]

Pada Falsafah Gorontalo

"Sumber nilai adat penata masyarakat Gorontalo tersimpul dalam ideologi lokal yang berbunyi Adati hula-hula'a to sara'a, Sara'a hula-hula'a to Quru'ani (adat bersendi syara', syara' bersendi Al-Qur'an). Ketegasan sikap masyarakat Gorontalo didasarkan pada tata ketegasan berlandas moral yang baik".[6]

Pada Falsafah Banjar

Budayawan Kalimantan Selatan Adjim Arijadi dalam Harijadi Kota Banjarmasin ke-484  lalu mengatakan, di Banua Banjar ini berlaku prinsip: “Adat Basandi Syara, dan Syara Basandi Kitabullah”. Relatif sama dengan Minang Sumatra Barat. Jadi antara budaya dengan agama tidak dapat dipisahkan, budaya menjadi subordinat dari agama. Kita harapkan prinsip ini benar adanya.[7]

Referensi

  1. ^ Benda-Beckmannn, Franz, dan Keebet von Benda-Beckmannn. "Changing one is changing all: Dynamics in the Adat-Islam-State Triangle." The Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law 38.53-54 (2006): 239-270.
  2. ^ Adat Basandi Syarak dalam Filsafah masyarakat Melayu diakses pada tanggal 15 Desember 2020
  3. ^ Djamaris, E. (2002). Pengantar sastra rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  4. ^ Pemerintah Propinsi Jambi, Peraturan Daerah Nomor 2 tentang Lembaga Adat Melayu Jambi, Sekretariat Daerah Propinsi Jambi, 2014.
  5. ^ Pemerintah Daerah Propinsi Riau, Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 1 tahun 2014 Tentang Lembaga Adat Melayu Riau, Sekretariat Daerah
  6. ^ Masyarakat Gorontalo Agamis Berbalut Adat diakses pada Selasa 3 April 2012 17:14 WIB di nu.or.id
  7. ^ Adat Basandi Syarak dalam Falsafah Masyarakat Banjar "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-27. Diakses tanggal 2015-05-27.